18. Apa yang terjadi?

13.2K 796 40
                                    

Dia berjalan sembari terus memijit-mijit keningnya yang terasa nyeri. Lalu begitu dia sudah hampir mencapai area dapur dan aroma masakan memenuhi ruangan itu ... entah kenapa perutnya merasa tak nyaman? Dia membekap mulutnya dengan tangan ketika rasa mual tiba-tiba datang menyerang.

Adara buru-buru berlari kearah toilet begitu hentakan rasa mual itu kembali ia rasakan.

"Kau kenapa, Ra? Sakit?" Nesya berdiri di depan pintu toilet dengan membawa spatula ditangan, lengkap dengan apron yang masih dipakainya.

Adara membasuh mulutnya dengan air sesaat setelah ia memuntahkan sesuatu, menatap Nesya dengan kesal lalu menggeleng lemah.

"Kamu masak apa sih? Baunya menyengat sekali?" Lalu dia pun kembali memuntahkan cairan bening di lantai kamar mandi.

"Oh my God, Dara! Apa yang terjadi denganmu?" Nesya membelalakkan matanya dengan ngeri bercampur jijik.

"Ini gara-gara aroma masakanmu yang membuatku mual. Astaga Nes, ini adalah aroma masakan paling menjijikan yang pernah ku cium!" Setelah mengatakan kata-kata penuh penghinaan itu Adara dengan terburu-buru berlari menuju kamarnya, seakan tidak peduli dengan reaksi Nesya yang nampaknya akan keluar tanduk dikepalanya.

"Hey tega sekali kau mengatakan itu. Memangnya kau pikir siapa yang memasak untukmu selama ini, eh? Pokoknya aku akan mogok masak selama satu minggu biar kau tahu rasa, Adara Fidelia! Ah ralat sebulan atau selamanya aku tidak akan memasakkan makanan untukmu lagi! Dara, Kau dengar itu?" seru Nesya dengan suara keras bahkan dengan sengaja dia mengacungkan spatula yang ia pegang ke arah Adara berlari.

Sesampainya di kamar, Adara langsung mencari minyak kayu putih di dalam kotak obat. Lalu menghirupnya dalam-dalam, perlahan rasa mual itu mulai menghilang setelah ia mencium aroma menyegarkan kayu putih. Adara juga tidak lupa mengolesi keningnya dengan minyak itu untuk menghilangkan sakit kepalanya, hingga rasa sakit itu berangsur-angsur mereda.

Dia kembali berbaring di ranjang, berniat untuk memejamkan matanya namun tiba-tiba Adara teringat siang ini dia ada janji dengan Bagas untuk menemani pria itu berbelanja furniture cafe miliknya. Apalagi karena dirinyalah Bagas harus mengalami hal semacam ini. Adara tidak mungkin berpangku tangan begitu saja, mengingat Bagas sampai harus menjual mobil miliknya untuk memperbaiki cafe itu dibanding dengan menerima bantuan materi darinya.

Setelah membersihkan diri Adara merasa jauh lebih baik, dia berniat untuk meminta maaf kepada Nesya mengenai ucapannya tadi. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia menjadi mual begitu mencium aroma masakan yang dengan susah payah dibuat oleh Nesya untuk sarapan mereka. Namun sayangnya Adara tidak menemukan sahabatnya itu dimana-mana. Ugh, pasti saat ini Nesya sedang merajuk dengannya. Adara tersenyum tipis mengingat Nesya yang tak akan mungkin bisa berlama-lama marah padanya.

'Silahkan saja kalau mau tidak digaji!'

°°°°

Adara menuruni mobilnya yang langsung disambut oleh Bagas dengan ceria diteras rumahnya. Sepertinya Bagas sudah menunggunya sejak tadi, tapi pria itu tidak mengatakan apapun perihal keterlambatan Adara.

Adara mendorong Bagas menjauh ketika pria itu sudah berdiri dihadapannya sembari merentangkan lengan untuk memeluknya, sikapnya itu seketika membuat kening Bagas berkerut bingung.

"Sorry." Adara meringis, merasa tak enak hati karena tindakan spontannya itu nampak membuat Bagas tersinggung.

"Maaf...." gumam Bagas pelan, tampak tak enak hati.

"Eh, tidak apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf. Tadi itu aku merasa mual dengan parfummu..."

Bagas mendengus tak percaya. Lalu menggenggam dan mengaitkan jemarinya dengan Adara. "Hei, Aku sudah lama memakai parfum ini dan kau tak pernah komplain sebelumnya!"

Ex Brother in Law (Tamat)Where stories live. Discover now