Masa Lalu (b)

Mulai dari awal
                                    

Ara kembali berbicara. “Sal, kalo lo bangun. Gue akan ngelakuin apapun yang lo mau. Gue juga bakalan ngorbanin hidup gue buat lo. Dan gue janji, kalo suatu saat nanti lo sakit lagi karena gue, gue akan pergi dari hidup lo.”

Hening...

Alan sama sekali tidak menunjukkan respon positif. Tangan Ara gemetar, wajahnya tertunduk. Harapannya kembali hilang. Dia terlihat sangat putus asa, tangisannya pun sudah tak terbendung lagi.

Ara sangat ingat apa yang di beritahukan dokter pada orang tuanya. Dokter itu bilang, kalau hari ini Alan tidak menunjukan respon positif maka semua peralatan yang menunjang kehidupan Alan akan di lepas. Itu artinya Alan akan...

“Enggak! Enggak! lo gak boleh mati Sal!” Ara berteriak histeris. Dia mulai mengguncang badan Alan kuat, “Elo harus bangun! lo gak bisa mati tanpa gue. Lo gak bisa tinggalin gue gitu aja Sal!” Ara terus saja menangis dan berusaha membuat Alan bangun.

Tenaga Ara melemah. Tatapannya kosong, yang ada di pikirannya sekarang hanya lah... bunuh diri, iya, bunuh diri.

Jika Alan tidak bisa bangun. Maka, Ara bisa mati menyusul Alan. Remaja itu mulai bangkit dari duduknya.
Baru Selangkah menjauh, Ara terpaksa menghentikan langkahnya. Ia merasa ada yang menahan tangan nya. “Lo gak bo-leh bu-nuh di-ri Ra,” Ara bergeming. Degup jantungnya terasa begitu cepat. Suara itu...

Ara tergagap.“A-ars-al,” Ara kesulitan saat mengucapkan nama seseorang yang sudah sangat dia rindukan.

Detik selanjutnya tangisan haru memenuhi ruangan, bersamaan dengan masuknya orang tua Alan dan Ara. Mereka menangis bahagia.

***

Roy, Reyhan, Sarah dan Ranti tertegun saat melihat penampilan dari ke dua anaknya.

“Kalian yakin, mau sekolah dengan penampilan begini?” Reyhan membuka suara. Ditatapnya kedua anak dihadapan nya dengan sorot tidak yakin.

“Iya Pa. Azzuhra sama Arsal udah mutusin buat sekolah dengan penampilan culun begini. Kita berdua juga udah mutusin kalo mama, bunda, papa, sama ayah gak perlu nganter jemput kita pake mobil. Dan satu lagi kita mau hidup sederhana, kita gak mau dikenal karena orang tua kita kaya. Jadi, kita harap kalian semua setuju,” jelas Ara panjang lebar.

Ara menoleh, lalu tersenyum meyakinkan pada Alan. “Selain itu, kita juga udah mutusin buat ngenalin diri sebagai Alan dan Ara. Kita gak akan sebutin nama lengkap kita, supaya orang-orang gak tau kalo kita anak dari keluarga Virendra dan Savier. Kita juga akan pergi sekolah pake sepeda dan yang terakhir kita akan rajin latihan taekwondo,” Alan melanjutkan seraya tersenyum meyakinkan.

Sarah membantah. “Tapi, nanti kalian kalo kenapa-kenapa gimana?”

“Iya bener banget. Selain itu mama dan yang lain lebih suka manggil kalian Arsal dan Azzuhra. Nama kalian itu artinya bagus sayang,” tambah Ranti.

Ara menjawab. “Mama, Bunda, kalian gak perlu khawatir. Arsal dan Zuhra masih tetep anak kalian kok. Kita masih ada di bawah pengawasan kalian. Jadi, kalian akan selalu manggil kita sebagai Arsal dan Azzuhra. Tapi kita minta mama, bunda, papa sama ayah percaya sama keputusan yang udah kita ambil.” Alan mengangguk guna meyakinkan jawaban Ara.

Akhirnya para orang tua pun berunding. Mereka menjadikan apa yang sudah terjadi pada Alan sebagai pelajaran. Keputusan pun diambil dan Roy yang akan mengumumkan nya.

Roy menghela napas sejenak. “Papa dan yang lain setuju dengan keputusan kalian. Kalian boleh ngelakuin apapun yang kalian mau. Kita gak akan maksa kehendak kita sama Arsal dan Azzuhra. Tapi ingat, itu bukan berarti kalian bebas ngelakuin hal yang gak seharusnya.”

Keputusan yang Roy berikan langsung membuat Alan dan Ara tersenyum senang. Mereka dengan cepat memeluk kedua orang tua mereka masing-masing.

“Maksih banyak. Kita pasti gak akan ngecewain kalian,” ucap keduanya serempak.

***

Dua orang remaja SMP sedang berdiri di depan kelas. sedari tadi ada banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya. Penampilan culun mereka dengan wajah datar tanpa senyum membuat beberapa orang berbisik tidak suka.

Salah satu remaja itu mulai maju selangkah guna memperkenalkan diri. “Nama saya Alan,” ucapnya singkat. Kemudian, giliran remaja perempuan yang memperkenalkan diri. “Nama saya Ara.”

“Kalian, bisa panggil kita Alan dan Ara.”


***

Haii i'm back. Ini ku up karena udh terlalu bosen nunggu take off  Semoga suka yaa. Dan semoga masih betah dirumah aja.

Salam sayang Tiash 😊

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang