LAILA - 18

5.5K 280 54
                                    

Malam sudah semakin larut. Bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi kesibukan masih terus mengisi kamar dengan dominasi warna merah muda itu.

"Aduh, Nin, yang ini gimana, ya?" Laila mengacak rambutnya frustasi. Pelajaran fisika ini membuatnya stres sejak tadi.

Besok adalah hari terakhir ujian semester Laila dan di hari bahagia itu ia harus dipertemukan dengan fisika yang sangat ia benci. Nina mengangkat kepalanya, lalu menatap Laila dengan pandangan sayu. Ah mereka sama saja jika membahas pelajaran ini.

Sudah seminggu ini atau lebih tepatnya sejak ujian dimulai, Nina selalu berkunjung kerumah Laila untuk belajar bersama, bahkan beberapa kali Nina menginap jika diperlukan. Seperti hari ini contohnya.

"Nin, kalau nilai kita jelek gimana?" Laila menghela napasnya. Ikut berbaring bersama Nina.

"Gue pasrah" Sahut Nina sembari mengangkat tangannya.

Tok tok

Suara ketukan pintu membuat mereka berdua serentak merubah posisi menjadi duduk.

"Boleh saya masuk?" Tanya seseorang dari balik pintu.

"Boleh, kak" Sahut Laila.

Tak berselang lama, dari balik pintu muncul Adnan dengan nampan di tangannya.

Adnan melangkah pelan, lalu menggeleng melihat kekacauan kamar Laila. Alat tulis, buku pelajaran, lembaran soal bertebaran dimana-mana.

"Kenapa berantakan sekali, sayang" Celetuk Adnan setelah meletakkan nampan diatas meja. Ia meraih salah satu kertas berisi soal-soal.

"Kak Adnan jangan diberesin, biarin kaya gini!" Protes Laila langsung.

"Siapa juga yang mau beresin" Sahut Adnan sembari menggidikkan bahunya cuek.

Mendengar hal itu, Nina terkekeh. Seminggu sering berada dirumah ini, Nina jadi tau bagaimana kehidupan rumah tangga dua manusia ini. Terkadang Nina sampai lupa bahwa mereka suami-istri, karena interaksi mereka yang lucu layaknya pasangan baru. Belum lagi, Adnan yang sering jahil seperti saat ini. Membuat Laila manyun lalu merajuk.

"Mulai nyebelin. Lagi pusing ih, Kak. Jangan ngajak berantem" Keluh Laila.

"Diminum, Nina. Itu cokelat panas" Ujar Adnan pada Nina lalu mengambil tempat disebelah istrinya.

Adnan mengacak rambut Laila sekilas, "Kenapa sayang?" Tanya Adnan lembut.

Aduh. Nina lupa memberi tahu. Bahwa adegan seperti ini juga sering terjadi. Sebentar lagi, Laila pasti akan mengeluarkan jurus manjanya.

"Soalnya susah banget" Keluh Laila sembari memberikan kertas soal pada Adnan.

Adnan menaikkan sebelah alisnya, "Nina juga nggak bisa?" Tanya Adnan pada Nina.

Nina menggeleng, lalu mengangkat tangannya seperti orang menyerah.

"Kakak nggak bisa fisika, ya pas SMA?" Tanya Laila menggoda Adnan.

"Berapa, sih, nilai fisika kakak? Jelek pasti ni" Goda Laila lagi sambil menyikut Adnan.

"Ngaco, saya jago semua pelajaran ya, apalagi ini. Sini soalnya" Sahut Adnan.

Tawa Laila pecah. Lalu menyerahkan kertas soalnya pada Adnan. Nina juga berseru girang, lalu mendekat dan mulai mendengar penjelasan Adnan.

Adnan bukan hanya pintar berbisnis, sepertinya jika menjadi dosen juga dia sangat pandai. Kemampuan belajar Adnan diatas rata - rata. Terbukti ia masih bisa mengerjakan soal - soal SMA padahal pasti sudah sangat lama ia tidak bertemu soal semacam ini. Laila dan Nina sering berpikir, mungkin ini disebabkan karena Adnan juga lulusan dari sekolah diluar negri. Entah lah, yang pasti keberadaan Adnan sangat menguntungkan.

LAILAWhere stories live. Discover now