EXTRA PART (III) - The End

4.1K 225 7
                                    

Untuk merayakan 100K pembaca, aku menuliskan bagian ini -

-----------

Seorang pria dengan setelan jas lengkap tetap terlihat tenang di depan karyawannya meski dalam hati bersorak gembira karena berhasil memenangkan tender bernilai miliaran won. Ia baru saja menyelesaikan rapat dengan pihak pemberi tender dan pesaingnya -sebuah perusahaan yang kini setara dengan perusahaannya - yang tampak begitu kesal. Bagaimana tidak, proyek ini adalah proyek lokal, namun berhasil dimenangkan oleh perusahaan luar yang membangun bisnis di negeri ini.

Kota Seoul tampak mendukung hati pria itu, langitnya cerah dengan sedikit awan. Pria itu jadi tidak sabar untuk pulang lalu mengajak anaknya bermain di pinggir sungai Han.

"Jun, apa kita ada meeting setelah ini?" Tanya pria itu. Nama lawan bicaranya yang sebenarnya adalah Park Junho. Mereka bertemu saat kuliah. Junho adalah sahabatnya saat ia masih berada di sekolah bahasa. Jangan tanya kenapa Junho yang asli orang Korea datang ke kelas Bahasa Korea untuk para mahasiswa baru dari luar negeri. Karena pada saat itu Junho menyukai Asisten Dosen yang mengajar di kelas tersebut.

"Tidak, apa kau akan pulang lebih awal?" Tanya Jun.

Pria itu menggeleng, "Tidak juga"

Saat sampai di ruangannya. Ponsel pria itu terdengar berdering. Ia memang selalu meninggalkan ponsel saat ada rapat penting, alasannya sederhana sekali. Tidak ingin diganggu siapapun.

Pria itu menyerngit sembari melihat layar ponselnya yang menampilkan lima panggilan tidak terjawab dari seseorang dengan nama yang sama. Saat pria itu hendak menelpon balik, ponselnya lagi-lagi berdering lebih dulu.

"Ken--"

"Rafka! Naka ditabrak orang!" Belum sempat pria bernama Rafka itu menyapa. Seruan orang di seberang sana membuatnya mematung.

Pikiran Rafka seketika kosong. Suasana bahagia di hatinya tadi kini benar-benar menghilang dan digantikan dengan kekhawatiran yang luar biasa. Rasanya bahkan jantungnya sempat berhenti beberapa saat.

"Lo dimana? Nina jangan panik! Gue kesana sekarang!" Rafka menarik jasnya kasar, lalu meninggalkan ruangan dengan terus bertanya pada gadis bernama Nina di seberang telepon.

Jika ini Jakarta, Rafka akan melanggar segala peraturan lalu lintas saat ini juga. Namun ini Korea Selatan. Rafka mencoba berpikir sejernih mungkin, ia percaya Nina bisa mengatasi masalah di sana.

Selang 10 menit, Rafka sampai, untungnya tempat yang ia tuju tidak jauh dari kantornya. Rafka turun dengan tergesa - gesa, ia bahkan meninggalkan mobilnya begitu saja. Bau menyengat khas rumah sakit menusuk indra menciumannya. Rafka fokus berjalan hingga sampai di ruangan dokter tempat Naka biasa berkonsultasi.

Rafka dengan tidak sabar membuka pintu ruangan dokter itu dengan mengabaikan sapaan dari perawat.

"Happy Birthday, Rafka!!!" Suara lantang menghantam gendang telingan Rafka. Siapa lagi yang memiliki suara nyaring ini jika bukan gadis bertubuh kecil bernama Nina.

Rafka menatap Nina kosong yang kini tengah bersorak gembira sembari menepuk tangannya. Lalu setelahnya seekor anjing samoyed berbulu putih bersih datang menghampirinya dengan begitu gembira. Di kepalanya melingkar sebuah topi khas ulang tahun.

"Naka!" Seru Rafka lalu memeluk anjing samoyed bernama Naka itu. Naka melompat - lompat kecil ke arah Rafka, menunjukkan pada Rafka bahwa ia merindukan ayahnya itu.

"Kamu merindukan Appa, hah?" Tanya Rafka sembari mengusap-usap tubuh gembul Naka. Hatinya yang sedari tadi khawatir kini bisa bernafas sangat lega melihat Naka sehat dan masih enerjik di depannya.

LAILAWhere stories live. Discover now