sisi hati yang mencair

1.3K 79 0
                                    

Pesta pernikahan dengan konsep yang dipilih oleh Alifa dan Andrean berjalan dengan khidmat dan bahagia. Meski tidak teruntuk Alifa sendiri. Karena sebanyak apapun dia mencoba untuk kuat dan tegar, hatinya tetap merasa sedih bahkan semakin merasa hancur jika mengingat seorang yang  menjadi suaminya kini bukanlah Andrean, melainkan seorang yang teramat asing di hidup Aliefa.

Meski sebenarnya Andrean selalu menceritakan tentang sosok Ken pada Aliefa hingga setidaknya ia sedikit mengetahui sikap seorang Ken Raditya wiryatama yang ramah dan lembut. namun, hati Aliefa tetap menganggap Ken seorang yang asing baginya. Kala Andrean selalu bercerita tentang Ken. Aliefa sama sekali tak pernah bertemu dengan sosok Ken karena saat itu Ken tengah mengenyam pendidikan S2 di negri sakura, Jepang.

Andrean bercerita tentang keramahan dan sikap penurut dari seorang Ken Raditya Wiryatama pada sang ibu serta kakaknya, Andrean selalu terlihat sangat bahagia kala ia menceritakan berbagai hal tentang sang adik dan tentu saja membuat Alifa merasa penasaran dengan sosok Ken raditya wiryatama. Hingga Alifa berharap dia akan bertemu saat pernikahannya nanti.

Aliefa tersenyum miris, Tuhan seakan menjawab harapan Aliefa kala itu. Takdir seakan menggiring Ken kepadanya. Aliefa memang berharap sekali dapat bertemu sosok Ken Raditya Wiryatama. Namun bukan seperti apa yang dia bayangkan sebelumnya. Dia sama sekali tidak berharap akan di pertemukan dalam ikatan pernikahan suci dan berbagi sumpah menjadi sepasang suami istri dengan seorang Ken raditya wiryatama.

Alifa masih tetap menjadi seorang Aliefa tiga hari yang lalu. Bibirnya masih terkatup rapat. Ia masih tetap tidak berbicara sepatah katapun. Semua tamu yang datang hanya dibalas dengan senyum yang terkesan sangat dipaksakan dari Alifa. Sementara suaminya tidak berniat mengajaknya berbicara selama di pelaminan, dan itu sangat menguntungkan bagi Alifa. Karena setidaknya Alifa tidak akan terlalu merasa bersedih saat menyadari kenyataan jika sang suami bukanlah Andrean.

Acara resepsi yang dilangsungkan di salah satu hotel ternama berlangsung hingga larut malam, karena banyaknya tamu kehormatan serta keluarga besar Wiryatama yang datang terasa sangat menguras tenaga Alifa begitupun juga Ken. Meski Alifa tidak berkata apapun. Namun kelelahan sangat jelas terlukis dari wajahnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Suara berat sang suami mengejutkan Alifa

Ken dapat melihat keterkejutan wanita yang saat ini berstatus istrinya. Namun, Alifa tetap tidak mengatakan apapun dia hanya menatap Ken dengan tatapan yang hampa.

"Apa sebaiknya kita istirahat saja? Biar orang tua kita yang menyambut para tamu." Bujuk Ken.

Alifa masih setia dengan bibir yang mengatup rapat, dan menunduk menatap karpet merah yang tergelar di bawah kakinya.

Ken tidak lagi mengatakan apapun, karena yang Alifa lihat dia membisikan sesuatu di telinga sang ibu, Winda. Dan tak lama Winda menghampiri Alifa seraya berkata. "Alifa, sayang, istirahatlah! Biar kami yang menyambut para tamu." Ucap Winda tersenyum hangat

"Mamah sudah mengatakannya, jadi mari kita beristirahat, kau terlihat sangat lelah." Ken menarik dan menuntun tangan Alifa tanpa permisi.

Untuk kesekian kalinya sikap Ken mengejutkan Aliefa. Namun, Alifa masih tidak mengatakan apapun. Ia hanya memandangi punggung tegap milik suaminya.

"Apa perlu kubantu membukakan gaunmu?" Tawar Ken kala keduanya sampai di dalam kamar, dan tentu saja ucapan Ken sukses membuat Alifa merasa gugup dan tanpa diundang semburat merah telah menghiasi wajahnya yang putih.

Tawa Ken mengudara "Aku hanya ingin membantumu dan sama sekali tidak ada maksud yang lain." Suara yang terdengar ramah itu entah kenapa sedikit membuat sisi hati Alifa menghangat.

Dengan cepat Alifa menggeleng dan berlari menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Hari ini benar-benar menguras energinya dia merasa sangat lelah . Selain hatinya belum membaik, kini energinya pun habis karena acara pernikahannya hari ini.

Alifa memandangi diri di depan cermin, ia tersenyum samar bahkan sangat samar. Entah kenapa kala mengingat keramahan yang suaminya tunjukkan, Alifa sedikit terhibur. kesedihan yang ia rasakan selama tiga hari ini pun terasa sedikit berkurang. Meski sedikit namun Aliefa akui jika Ken mampu membuat sisi hati Alifa merasa kembali hidup.

Awalnya Alifa enggan menerima usulan dari ibu mertuanya, Winda. Aliefa berfikir jika pernikahan yang tetap akan terlaksana ini dapat membuatnya semakin merasa bersedih dan terpuruk. Karena Aliefa yakin, jika masih berhubungan dengan keluarga Andrean. Maka kesakitan serta kekecewaannya atas Takdir tak akan pernah menghilang. Namun ternyata semua fikirannya terpatahkan, buktinya sikap hangat yang Ken tunjukkan mampu sedikit meringankan kesedihan hatinya saat ini.

Suara ketukan pintu menarik Aliefa dari ketermanguannya kini. "Apa kau baik-baik saja?" Suara Ken yang berada sangat dekat dengan pintu kamar mandi mengejutkan Aliefa.

Alifa yang memang sudah selesai sedari tadi bergegas membuka pintu dan mendapati suaminya yang terlihat sangat lelah, namun tetap menunjukkan senyuman hangatnya. Dan tentu saja untuk pertama kalinya semua itu sukses membuat Alifa membalas senyumannya meski sangat samar itu Aliefa tunjukkan pada suaminya. Atau tepatnya suami pengganti dari Andrean Malik Wiryatama.

"Tidurlah, kau terlihat sangat lelah." Ucap Ken lembut.

Alifa mengangguk patuh sebelum akhirnya tak butuh waktu lama sesaat setelah merebahkan tubuhnya di tempat tidur, mata yang terlihat sudah sangat sayu itu pun terpejam dan membawanya ke alam mimpi.

Ken keluar dari kamar mandi dan menatap wajah yang selalu membuatnya penasaran karena Andrean tak pernah hentinya menceritakan sosok Aliefa Wijaya Kusumah selama ini. Ia menatap wajah polos dan tenang kala tertidur. "Selelah itukah kau, hingga tidurmu terlihat nyaman sekali " gumam Ken.

Untuk pertama kalinya setelah tiga hari tidurnya selalu dihantui minpi buruk. Untuk kali ini Aliefa terlihat tidur dengan nyenyak dan nyaman. Entah karena ia kelelahan ataukah adanya rasa nyaman yang menelusup hatinya tanpa ia sadari.

Ken pun ikut terlelap disamping Aliefa kini. Ia benar-benar merasa lelah karena pesta kakaknya itu, atau lebih tepatnya menjadi pesta pernikahannya kini. Ken sama sekali tak pernah bermimpi berada di titik ini. Ia memang ingin bertemu dengan sosok Aliefa. Namun sama seperti Aliefa, Ken pun tak menyangka jika pertemuan yang selama ini ia harapkan itu membawanya menjadi suami dari seorang yang harusnya menjadi kakak ipar baginya.

Takdir memang tidak bisa ditebak bukan. Dengan tangannya, Tuhan menulis cerita yang sama sekali tak pernah mampu kita duga. Dan tentu saja semua yang terjadi selalu memberikan pembelajaran.

Entah takdir itu baik atau buruk. Tugas kita hanya terus menjalani dan ikhlas dalam menerimanya, meski itu sulit. Namun jangan pernah lupakan. Jika Tuhan tidak pernah menyalahi takdir untuk setiap HambaNYA.

Our Vow (End)Where stories live. Discover now