Chapter 10

280 27 4
                                    

Denting suara alat makan di meja makan rumah Daniel terdengar seperti penghias musik yang terasa hening disana.

Rasanya Daniel ingin segera beranjak dari bangku tempat nya saat ini, dan untuk itu pula Daniel terburu buru melahap makanan yang ada di hadapannya itu.

Tak bisakah Ibu nya menurunkan aura nya menjadi normal kembali?

Apakah ia sebegitu marahnya padanya sehingga tak ada senyuman sama sekali untuknya? Belum lagi dengan sang ayah yang dengan wajah dingin nya santai menyantap makan malam nya.

"Bisakah kau memakan makanan mu dengan tenang? Eomma terganggu olehmu," ujar Nyonya Kang pada akhirnya memecahkan keheningan.

Seketika Daniel tersedak saat mendengar ocehan Ibunya itu.

"Ini, minumlah," ujar sang Ibu yang langsung menyodorkan minumannya.

Suara helaan nafas panjang terdengar cukup keras di telinga Daniel dan juga Tuan Kang.

"Aku menyerah denganmu," ujar Nyonya Kang tiba tiba.

Daniel mengerjapkan maniknya bingung.

Menyerah? Apa maksudnya?

"Aku kira aku dapat bertahan dengan sikap ku yang seperti ini padamu, tetapi aku juga yang justru mematahkan nya." Lirih Nyonya Kang kembali mencoba meluruskan perkataannya sebelumnya.

"Eomma ... Eomma sudah kembali seperti Eomma yang ku kenal kan sekarang?" Celetuk Daniel yang menyadari perubahan sikap sang Ibu.

Mau tak mau Nyonya Kang menganggukan kepalanya. Ia benar benar tak tahan berlama lama bersikap dingin pada putranya yang selalu membuat ulah.

"Tak bisakah kau sekali saja seperti kakak mu?"

"Hyung?"

"Iya, hyung mu," ujar Nyonya Kang kembali.

"Tentu saja tak bisa Eomma, bagaimana mungkin aku seperti hyung, jika aku seperti hyung itu sama saja seperti Eomma memiliki satu anak, dan itu tak akan seru Eomma ... percayalah padaku," ujar Daniel dengan seenak jidatnya asal bicara.

Kali ini Nyonya Kang tak berargumen pada Daniel yang telah mengatakan demikian.

"Sudahlah, sepertinya perkataan Niel ada benarnya," ujar Tuan Kang yang menghentikan perdebatan kecil di antara Nyonya Kang dan juga Daniel yang selalu saja seperti itu.

Mendengar sang ayah yang seakan mendukung nya tentu saja Daniel tak tinggal diam, dengan bersuka cita ia mengatakan pada sang ayah bahwa ayahnya adalah ayah yang terbaik.

Tuan Kang yang dingin sedingin freezer perlahan terlihat mencair atas tingkah putra bungsunya itu.

"Ah, karena kau makan malam di rumah hari ini bukankah berarti kau hendak membicarakan hal penting?"

"Woah, appa memang keren," ujar Daniel yang lagi lagi memuji sang ayah.

Sang ayah hanya berusaha menahan tawanya. Ia benar benar merasa bahwa putra bungsu nya itu memang memiliki aura tersendiri yang dimana aura nya itu dapat mencairkan suasana yang ada, hanya saja seperti nya tak sependapat dengan Nyonya Kang tentunya.

"Aku sudah mempertimbangkan akan bekerja di tempat appa, hanya saja aku memiliki syarat," ujar Daniel dengan tegas layaknya seorang ahli yang tengah bernegosiasi.

"Syarat?"

Daniel mengangguk-anggukan kepala nya.

"Syarat seperti apa?" Tanya sang ayah kembali menunggu kalimat yang akan di katakan oleh Daniel.

"Aku akan bekerja di tempat appa, asalkan appa dapat merahasiakan identitas ku, serta sebagai timbal baliknya appa boleh menempatkan ku dimana saja sesuai dengan kemampuan ku, aku tak ingin jabatan yang instan."

Tuan Kang mengerutkan keningnya. Sungguh ia tak menyangka bahwa putranya akan mengatakan demikian.

Bukankah di zaman sekarang banyak orang yang menyukai hal instan? Lalu mengapa putranya justru mengatakan hal sebaliknya? Tidak kah berisiko untuk putranya sendiri?

"Apa alasanmu melakukan hal itu?"

"Pertama, aku tak suka nepotisme, lagi pula aku cukup cerdas dan yakin dengan kemampuan ku. Kedua, aku tak ingin orang lain menganggap remeh appaku. Ketiga, aku ingin men-challenge diriku sendiri sekaligus aku tak menyukai hal yang di spesialkan hanya karena aku anak pemilik perusahaan."

Nyonya Kang dan Tuan Kang seketika terdiam mendengar kalimat penuh keyakinan dari mulut Daniel.

Kekehan pelan terdengar dari belah bibir Tuan Kang.

"Kau sudah dewasa rupanya. Aku tak menyangka memiliki kedua putra yang sangat dewasa dan bijak," ujar Tuan Kang yang merasa bangga dengan kedua putranya itu.

Tunggu dulu ...

Jika Tuan Kang dan Nyonya Kang memiliki dua putra, lalu mengapa tak berada di rumah makan malam bersama dengan keluarganya?

Hal itu tentu saja karena putra sulung Tuan Kang jauh dari tempat tinggal mereka.

Putra sulung nya saat ini sedang menetap di Negara Pemikir dan belum ada kabar dari pemuda itu untuk kembali ke negaranya.

"Appa mu benar, Eomma tak menyangka kau dapat memikirkan hal tersebut, apakah kau benar Daniel anak Eomma yang selalu saja membuat ulah?" Lirih Nyonya Kang menatap ke arah Daniel.

Daniel tak tahan menahan tawa nya ketika melihat kedua orang tuanya yang memandang nya penuh rasa bangga.

"Baiklah, syarat mu appa terima, dan berhubung ada beberapa hal yang perlu appa pertimbangkan atas syaratmu, maka kau dapat bergabung di perusahaan appa lusa," ujar Tuan Kang pada akhirnya setelah mempertimbangkan dengan baik.

Daniel tentu saja menyetujui perkataan sang ayah, sekaligus dengan begitu artinya ia masih memiliki waktu luang untuk bersama dengan sahabat nya sebelum ia di sibukkan dengan dunia pekerjaan bukan?

'Ugh, sepertinya appa memiliki satu pemikiran denganku!'

***

Beberapa kali hembusan nafas kasar terdengar dari belah bibir seorang pemuda chubby yang kini sibuk menatap langit langit kamarnya, dengan pemikirannya yang terus kesana kemari menunggu kabar dari sang sahabat yang sebelumnya mengatakan padanya bahwa akan kembali menghubungi dirinya

Sudah hampir dua jam Jaehwan menunggu Daniel menghubungi dirinya, tetapi nyatanya hingga saat ini tak ada tanda bahwa Daniel akan menghubungi dirinya.

Jujur rasanya Jaehwan ingin sekali menghubungi Daniel, hanya saja pesan Daniel yang terngiang di kepalanya mengatakan untuk tidak menghubungi sahabatnya itu membuat dirinya mengurungkan niatnya.

"Arggh ... Kim Jaehwan, mengapa kau merasa gelisah seperti ini sih? Bukankah bagus sekarang tak ada pengganggu di dekatmu?" decak Jaehwan sambil membanting tubuhnya sendiri diatas ranjang nya yang empuk.

Setelah nya Jaehwan lebih memilih memejam kan manik nya guna menghapus kegelisahan yang sedari tadi ia rasakan.

Bohong jika Jaehwan tak mengkhawatirkan sahabat nya itu, apalagi tak biasanya seorang Kang Daniel yang ia kenal seperti itu. Adapun satu-satunya hal yang tak ia ingin kan adalah hal yang buruk menimpa sahabatnya itu.

'Semoga kau baik baik saja,' gumam Jaehwan dalam benak sebelum akhirnya benar benar masuk ke alam mimpinya yang awalnya ia paksakan.

———

TBC

Hai hai sadar ngga kalau ini chapter baru yang baru seya rilis? 🫢🫢, lebih tepat nya chapter ini adalah chapter yang sempat terlewat dari scene Daniel hehe

Semoga suka ya ...

See you next chapter

Leave a comment, and vote

.

.

Seya

MIRACLE [2PARK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang