Chapter 5

340 17 6
                                    

Keduanya kini sudah berada di dalam apartemen Jihoon, seperti biasa Woojin tak langsung pulang dari apartemen Jihoon jika sudah berada disana, melainkan kaki nya akan langsung melangkah menuju balkon yang sudah Jihoon rubah seolah tempat itu menjadi miliknya.

Jihoon yang melihat tingkah Woojin dimana alam bawah sadar nya langsung membawa kaki nya melangkah kesana hanya dapat menggelengkan kepala nya pelan.

'Seperti nya kado ku mengubah balkon itu memang yang terbaik, karena Woojinie menyukai nya!'  Kekeh Jihoon dalam benak menyadari kebiasaan Woojin yang tak pernah ia lewati.

Setelah nya Jihoon langsung menuju pantry nya dan membuat dua minuman coklat dingin untuk nya dan Woojin tentunya.

"Ini ...," ucap Jihoon sambil memberikan minuman coklat dinginnya pada Woojin yang berada di balkon sambil memejamkan manik nya seolah merasakan tamparan lembut angin yang menyentuh kulit wajahnya.

Spontan Woojin membuka manik nya, dan tersenyum tipis pada Jihoon sembari menerima gelas yang di berikan Woojin.

"Apa kau mendapatkan inspirasi baru di balkon ini?" tanya Jihoon penasaran pada sang kekasih.

Woojin berdeham sejenak, dan menganggukan kepalanya perlahan membenarkan perkataan Jihoon.

Jihoon yang tampak antusias langsung mendekati Woojin.

Pandangan manik Jihoon tak lepas dari wajah Woojin seolah menunggu kelanjutan dari apa yang ingin di ceritakan padanya.

Ya, semenjak Jihoon tau bahwa Woojin seorang penulis, pemuda manis itu sudah bertekad jika ia bertemu dengan Woojin kembali ia menginginkan bahwa dirinya menjadi orang yang pertama mendengarkan semua cerita yang akan ditulis oleh Woojin, karena bagi Jihoon hal itu sudah lebih dari cukup untuk menyentuh hatinya merasa seorang yang paling spesial di mata Woojin.

Woojin menggenggam tangan Jihoon yang bebas tidak memegang gelas nya dan mulai mengusap nya perlahan.

"Kalau boleh tau, cerita apa yang kau paling nantikan dariku?" tanya Woojin dengan ucapannya yang terdengar sungguh sungguh.

"Aku?" tanya balik Jihoon sambil mengarahkan tangannya pada dirinya seraya meyakinkan pertanyaan yang di tanyakan oleh Woojin sebelumnya.

Woojin langsung menganggukan kepalanya pada Jihoon, serta menunggu jawaban dari Jihoon.

"Aku ... menyukai segala tulisan yang kau buat, asalkan cerita itu ditulis oleh mu, maka aku pasti menyukainya," ucap Jihoon diluar dugaan Woojin.

Woojin kira Jihoon akan memilih salah satu genre kesukaannya dan mengatakannya padanya, tetapi yang terjadi justru Jihoon tak memilih sama sekali, dan menekan kan bahwa apapun yang ia tulis adalah hal yang di sukai oleh Jihoon.

Bukankah kalimat tersebut terkesan Jihoon telah menjadi bucin untuk nya?

"Lalu bagaimana jika aku terfikir menulis cerita horor, ataupun cerita thriller, apakah kau akan tetap menyukai tulisanku?" tanya Woojin penasaran sekaligus berusaha menepis praduga bahwa Jihoon benar benar telah bucin padanya sehingga ia mengatakan demikian.

Lagi lagi Jihoon menganggukan kepala nya dengan senyumannya yang seolah sudah di patenkan oleh pemuda manis itu.

"Kau yakin? kau tak akan takut?" tanya Woojin lagi seolah tak percaya dengan kekasih nya itu.

"Lalu kau meragukanku sekarang?" tanya Jihoon dengan tangannya dilipatkan di dada nya belum lagi dengan maniknya yang mendelik tajam ke arah Woojin.

Senyuman merekah terpancar sempurna yang dapat Woojin perlihatkan pada sang kekasih.

Sejenak ia menaruh minumannya, dan juga minuman Jihoon di meja kecil di dekatnya, lalu meraih Jihoon untuk ia peluk dengan erat.

"Tentu saja aku mempercayaimu, hanya saja aku cukup terkejut kau mengatakan demikian," lirih Woojin yang memilih jujur pada Jihoon.

Mendapat perlakuan yang tiba tiba dari Woojin tentu saja membuat Jihoon seperti melayang ke udara, dan tak mau melepaskan pelukan Woojin tersebut.

"Aku mencintaimu," bisik Jihoon di telinga Woojin hati - hati, dan setelah nya dengan terburu buru Jihoon menyelusupkan kepalanya kedalam pelukan Woojin.

Spontan Woojin terkekeh mendapati tingkah random dari sang kekasih.

'Aku berharap kau seperti ini dalam waktu yang lama sehingga secara perlahan kau dapat meninggalkan obat -obatan yang selama ini kau andalkan.'

***

Seorang pemuda tampak menepuk bahu pemuda lainnya yang berada di sebelahnya.

"Kau kenal sosok pemuda manis yang beberapa menit lalu masuk lift, dan tampak dirangkul oleh seorang pemuda satunya lagi?"

Pemuda lainnya itu menganggukan kepalanya, dan mengatakan bahwa ia mengenal nya.

Bagaimana mungkin ia tak kenal dengan pemuda manis tersebut, jika dirinya dan juga pemuda manis itu berada di kantor yang sama, bahkan berada di lingkungan apartemen yang sama?

"Ah, baiklah ... sepertinya aku tertarik, kalau begitu aku akan tinggal di apartemen mu mulai kali ini."

"Uhuk ... Uhuk ...."

"Apa kau bilang? Mengapa kau tiba tiba ingin tinggal bersamaku? Kau sudah gila, bagaimana jika ibumu melacakku?! Bisa mati aku di telan ibumu itu!" ucap pemuda yang memiliki apartemen disana.

"Ya ... ya ... ya diamlah, urusan ibuku nanti saja, yang terpenting aku akan tinggal bersamamu, aku akan melakukan hal penting, dan juga men-reset otakku kembali," ucap pemuda itu acuh tak acuh.

'Celaka apa jangan jangan karena Jihoon? Oh ayolah Jihoon sudah memiliki kekasih, dan dia kan ..., arrggh bisa gila aku berada di sampingnya!'

Pemuda yang dengan seenaknya saja memaksakan tinggal di tempat temannya, langsung melangkah kan kaki nya dan menarik temannya itu agar naik ke apartemennya.

"Ayo naik! Aku ingin beristirahat di tempatmu," ucap pemuda itu dengan seenak jidatnya.

'Jihoon maafkan aku, bagaimana ini ... aishh ... bisa berantakan pekerjaan ku jika dia malah mengejar Jihoon.' Monolog pemuda itu sembari berusaha menenangkan dirinya dari kekalutan atas ulah temannya itu.

———

See you next chapter

Please Leave a Comment and Vote

Minimal vote 40 baru kita lanjut yak 🤭
Perbanyak comment biar seya cepat update nya hehe

.
.

Seya

MIRACLE [2PARK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang