Chapter 6

402 42 26
                                    

Seorang pemuda tampak merebahkan tubuhnya, dengan senyumannya terukir sempurna menatap langit langit.

Rasanya pemuda yang sebenarnya pemilik apartemen tersebut ingin mengumpat jika saja ia tak hafal tingkah temannya itu.

"Astaga! lama lama aku bisa gila jika kau ada disini," omel pemuda pemilik apartemen tersebut menyindir  temannya itu.

"Diamlah!, kau mengganggu fantasi ku Jjae," decak  pemuda lainnya dengan tak tahu diri itu.

Jaehwan tampak memutarkan manik nya malas dan menghentak hentakkan kaki nya kearah dapur membuat minuman dingin dengan anggapan bahwa minuman tersebut dapat membantu meredakan emosi nya sekaligus pikirannya.

Baru saja Jaehwan tampak tenang membuat coklat dingin dan hampir selesai ia sajikan, dengan cepat gelas yang berisi coklat dingin itu menghilang dari hadapan Jaehwan.

"Kang Daniel!! Tak bisakah kau membuat hari ku lebih damai walau cuman dalam sehari?" bentak Jaehwan yang tak habis fikir dengan tingkah sang sahabat yang dengan seenak jidatnya menyambar minumannya yang baru saja ia sajikan.

Daniel yang mendengar teriakan Jaehwan hanya mengusap telinganya pelan, serta melanjutkan menyesapi coklat dingin hasil buatan Jaehwan tersebut tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Ternyata kau sedikit berbakat dalam membuat minuman seperti ini, jauh berbanding dengan hasil masakanmu, dimana aku terkadang harus berfikir ulang untuk memakannya," ucap Daniel yang kelewat santai tanpa memedulikan tatapan Jaehwan ke arahnya.

"Kang Daniel!!!" Pekik Jaehwan keras memanggil nama sang sahabat.

"Ya?"

'Astaga! Tenang Jjae sayangi pita suaramu, dan ingatkan dirimu bahwa percuma jika kau melawan sahabat mu yang bebal!' Monolog Jaehwan dalam benak nya berusaha kembali mengontrol dirinya.

Jaehwan berusaha mengambil nafasnya dalam dalam, dan setelah itu membuang nya secara perlahan.

Jaehwan berusaha bersabar, dan menahan emosi nya, toh percuma jika ia harus berdebat dengan sahabatnya itu, sebab nyatanya pada akhirnya dia lah yang harus mengalah, dan hal tersebut sudah dipastikan hampir 90%.

Daniel yang lama kelamaan merasa ada yang janggal dengan sahabat nya itu, akhirnya mencoba kembali bersuara bertanya pada Jaehwan.

Namun Jaehwan yang telah bertekad pada dirinya sendiri untuk tak terusik oleh Daniel, memilih diam berusaha tak menggubris Daniel sama sekali, hingga akhirnya Daniel yang cukup cerdas plus kreatif tanpa aba-aba langsung menarik lengan Jaehwan seolah dirinya meminta Jaehwan untuk mengantar nya menuju apartemen Jihoon.

Gila bukan?

Daniel dengan segala kenekatannya memang senang sekali membuat ulah yang tak dapat di prediksi oleh Jaehwan selaku sahabatnya.

Untuk itu mau tak mau Jaehwan yang berusaha tak menggubris suara Daniel, terpaksa memberikan senyuman lebar nya dan membalas perkataan Daniel, sekaligus ia menolak mentah mentah atas usulan Daniel yang terlalu ekstrim untuknya.

"Hah ~~ seperti nya kau tak mau mendukung sahabatmu ini," cicit Daniel pada Jaehwan.

Bolehkah Jaehwan mengumpat saat ini ?

Jaehwan memejam kan manik nya sejenak, dan setelah nya melangkahkan kaki nya menuju kasur nya yang empuk.

Ia tak peduli lagi dengan keberadaan sahabat nya itu, yang ia fikirkan adalah bagaimana caranya agar ibu dari sahabatnya itu tak melacaknya, dan mengganggu hidupnya.

Perlahan manik Jaehwan pun terpejam sempurna, ia sudah masuk ke alam mimpinya yang indah tanpa adanya gangguan di sekitarnya.

"Dasar bocah, baru saja sebentar kau sudah tidur meninggalkan ku sendiri," dengus Daniel pelan sambil melangkahkan kaki nya kearah ranjang Jaehwan yang terdapat space kosong pada bagian kanan Jaehwan.

"Sepertinya aku harus memimpi-kan pemuda manis itu," ucap Daniel dalam benak sambil bersiap siap untuk masuk ke alam mimpinya lebih jauh.

***

Jihoon kini sangat manja sekali pada Woojin, bahkan Woojin yang sedari tadi menyuruh Jihoon untuk beristirahat tak dituruti oleh pemuda manis itu.

Mau tak mau Woojin dengan terpaksa memeluk Jihoon di atas ranjang nya menemani Jihoon hingga tertidur.

Dengan lembut dan penuh kasih sayang Woojin memeluk Jihoon dalam tidurnya, bahkan tak sungkan Jihoon menyandarkan kepalanya ke dalam dekapan Woojin.

Dengkuran nafas halus secara teratur kini mulai terdengar di telinga Woojin.

Woojin hanya dapat menahan kekehannya mendapati kekasih nya yang selalu seperti anak kecil jika bersama nya.

"Aku sebisa mungkin akan berada disisimu Hoonie sayang," bisik Woojin sambil mengeratkan pelukannya dan ikut terlelap bersama Jihoon.

***

Seorang wanita paruh baya dengan tas yang ia pegang sedari tadi tampak mendudukkan dirinya di sofa dengan anggun, dan tangannya yang langsung refleks meletakkan tas tersebut di sebuah meja yang berada di sana.

"Mana Niel?" tanya wanita itu pada seorang asistennya yang baru saja melangkahkan kaki nya mendekat ke arahnya dengan sebuah gelas yang berisi minuman.

"Tuan Muda tidak ada di rumah Nyonya, kabar nya Tuan Muda berhasil mengelabui bodyguard yang Nona siapkan untuk Tuan Muda," ucap sang asisten dengan hati hati.

Wanita tersebut tampak menghela nafasnya pelan, sambil memijit keningnya yang terasa penat tiap kali memikirkan tingkah putranya itu.

Ia tak habis fikir, hampir setiap hari dalam kehidupan nya itu di penuhi dengan drama akan putranya yang tak mau diatur olehnya, bahkan sebenarnya wanita itu sudah sedikit melonggarkan penjagaannya atas permintaan sang anak.

'Hah ~~ Niel ... Niel ..., kau tak tahu saja bahwa ini cara eomma menyayangimu,' benak wanita paruh baya itu.

Tak lama wanita paruh baya itu segera memerintahkan asistennya, untuk mencari Daniel putra keduanya.

"Nyonya terakhir saya mendapat kabar bahwa Tuan Muda terakhir dapat dilacak saat tak jauh dari kantor Tuan Muda Jaehwan," ucap sang asisten.

Wanita paruh baya itu tampak menggelengkan kepalanya pelan, seraya tak percaya bahwa putranya sering sekali menuju kantor tersebut.

"Apakah putraku tak punya teman selain Jaehwan?" tanya wanita paruh baya itu seakan bicara padanya sendiri.

Setelah nya wanita paruh baya itu tampak berdecak, dan berdiri mengambil tas nya kembali keluar dari rumah nya menuju halaman parkir rumahnya.

"Kau antar saya sekarang," ucap wanita paruh baya itu tegas kepada salah satu anak buahnya.

'Sepertinya aku harus memberi pelajaran kecil untuk Niel,' benak wanita paruh baya itu.

———

Note di chap sebelumnya seya sempat tulis setelah 40 vote baru lanjut tetapi karena seya lagi berbaik hati 🫢, jadi seya lanjut yaaa ...

Yuk vote dan comment yang banyak biar makin cepet update nya

*Adakah yang sadar kalau setiap chapter yang re-publish ada yang berubah?

See you next chapter

Leave a Comment and Vote ....

.
.

Seya

MIRACLE [2PARK]Where stories live. Discover now