sixteen • a g a i n

45 7 0
                                    

sun is shining brightly, not as bright as my fakeness.
my life already broken, became worst after i know you.
thought real happiness will be existed but here i am, again, desperated.
walking down those street's, im bored i have been here.
was it peace we talked about yesterday? i thought it was just a while.

Ini terus terjadi padaku. Hidupku jadi terasa menyedihkan, aku muak.

Ada seorang pria tampan selevel bintang internasional datang ke kehidupanmu, menyelamatkanmu dari tenggelam, lalu merendammu ke dalam laut, menarikmu lagi, lalu kembali membuangmu ke dalam laut. Rasanya aku 'mengambang'.

Chemistry, inginnya membangun itu dengan Park Jimin. Siapa yang mengira aku akan betul-betul berharap kepada pria yang terlalu jauh di atas sana? Berapa bulan aku sia-siakan tenggelam dalam fantasiku sendiri. Ini mulai menjengkelkan.

Ku kunci diriku dalam bilik kamar mandi 5 menit sebelum bel pulang, inilah aktivitas yang kulakukan selama 2 hari terakhir untuk menghindari Park Jimin menemukanku, sembunyi darinya sudah bukan hal baru.

kriiing!

Aku menunggu 15 menit setelah bel pulang benar-benar berhenti berdering, lalu aku keluar dan berlari pelan ke ruang ganti olahraga dimana aku menyembunyikan tas ku yang sudah kusimpan disana agar tidak ada satupun yang tahu aku belum pulang.

"Kena kau!"

Aku hampir berteriak, namun Min Yoongi membekap mulutku di dalam ruang ganti perempuan yang bahkan tidak dimasuki sama sekali kecuali jam ke 1-3 setiap harinya.

"Lepaskan!" Aku membanting tasku ke arah Min Yoongi dan menjauh.

"Au! Ini sakit!"

"Apa yang kau lakukan di ruang ganti perempuan, Sunbae?!"

Aku terus mendorong tubuh Yoongi dengan hentakan tas ranselku, berusaha menepikannya dari pintu masuk-keluar yang ia tutupi dengan badannya.

"Aduh! Berhenti!" Min Yoongi menahan kedua lenganku dengan satu tangannya, menjatuhkan tas ranselku dan berhasil mendiamkanku.

"Sunbae, sakit.."

"Kau jadi gila. Lihat mata yang tidak diistirahatkan itu, aku bertaruh kau menangis sampai jam 3 pagi, tidur sampai jam 5 pagi lalu beraktivitas seperti biasa."

Aku hanya diam dengan wajah meringis, serius, ini sakit.

"Dengarkan aku, Mint.." Yoongi melepaskan tangannya lalu menghembuskan nafas berat.

Ia membanting ponselnya ke arahku, namun aku menangkapnya dengan baik.
Yoongi duduk di lantai tepat di depan pintu masuk-keluar ruang ganti dan membiarkanku melihat galeri-galeri fotonya.

"Lee Hea, X-V" Kata Yoongi ketika aku berhenti di foto seorang gadis berambut merah gelap se-leher yang familiar.

"Ini gadis yang bersama Jimin waktu itu." Gumamku.

"Putri tunggal Kim Hongwu, salah satu polisi yang ditugaskan menangani kasus tabrak-lari Park Jimin saat kita menonton bioskop itu."

Aku menggeser foto lain selagi Yoongi menjelaskan, terdapat foto gadis itu bersama seorang lelaki berseragam polisi dengan tag-nama "K. Hongwu", seingatku, dia yang mengabari tentang Jimin yang menjadi korban kecelakaan tabrak-lari.

"Gadis itu tau sesuatu tentang CCTV di TKP."

"Apa?"

"Hea tau apa yang terjadi di TKP."

Aku menganga, lalu bagaimana nasibnya? Ayahku? Sudah terkuak?.

"Polisi itu dibayar oleh seseorang untuk menghapus CCTV itu. Berlagak seakan sistemnya rusak, dan Lee Hea tau tentang itu." Jelas Yoongi.
"Kau tahu Jimin sangat ramah, Mint. Berhentilah kabur dari semua masalahmu."

"Aku tidak tahu tujuanmu apa, Sunbae. Maaf." Aku menggendong ranselku dan berusaha membuka paksa pintu.

Yoongi menggenggam tanganku tanpa menatap wajahku sedikitpun, "Akui saja perasaanmu."

Aku mengernyit, apa Yoongi bisa membaca gerak-gerikku? Oh tentu saja, aku menangis ribuan kali untuk pria baik bernama Park Jimin itu dan seringkali Min Yoongi ada disana.

Aku membuka pintu dengan keras dan meninggalkan Min Yoongi. Namun di tempat parkir, Jimin adalah satu-satunya yang tersisa, menyandar di mobil sport nya dengan tak berkutik.

Ia hanya diam ketika melihatku, tidak bicara, tidak bergerak mendekatiku langsung seperti biasa ia hanya diam di tempatnya.
Seakan semua usahaku kabur selama ini sia-sia, terutama setelah apa yang dikatakan Yoongi, alasan kenapa Jimin bersama gadis bernama Hea itu.

Jimin diam, dengan matanya yang sayu dan tatapan yang setengah kosong, ia menggerakkan kepalanya memberiku kode untuk masuk ke kendaraan miliknya, dan tanpa berfikir aku langsung mengikuti Jimin.

"Oppa- Sunbae- Aku.."

Kalimatku tak bersambung, Jimin menyalakan mesin mobilnya tanpa berbicara.

"Maafkan aku." Ujarku.

Jimin sempat diam dengan aktivitas sibuknya mengurus mobil sebelum menancap gas, namun ia kembali bergerak, memasang sabuknya sendiri.

"Sialan Park Jimin, aku minta maaf. Lihat aku!"

Jimin menghentakkan tangannya di gagang setir mobil yang keras itu, menciptakan suara nyaring yang agak mengagetkan. Ia menatapku dengan sinis dan menahan wajah kecewanya.
Tanpa ragu, aku menarik tubuh Jimin, memeluknya tanpa meminta izin atau tanpa berkata apapun lagi.

Untuk pertama kalinya, ayo kita ikuti Min Yoongi. Aku akan akui perasaanku, jika mulutku tidak bicara, biarkan.

Aku menenggelamkan wajahku ke lekuk leher Jimin, memeluknya dengan erat saat aku sadar dia masih membeku.

"Aku.."
"..nggak tahan lagi."

Aku melepaskan pelukan itu, memegang wajah Jimin yang masih berusaha menangkap apa yang terjadi, aku menahan wajahnya untuk menatapku dengan kedua tangan.

"Maaf. Aku rindu denganmu sampai sesak. Aku gegabah." Aku ingin kembali memeluknya, namun Jimin menahan bahuku.

Ia menatapku dengan matanya yang bahkan gemetar, pandangannya seakan tidak fokus.

"Jimin?.."

Jimin tak bicara apapun, hanya melihatku dengan tatapan itu.

"Aku nggak tau mau bicara apa." Katanya pelan.

Selagi Jimin mematung dalam posisi itu, aku baru sadar yang baru aku lakukan adalah memeluk kakak kelasku sendiri yang harusnya ku anggap sahabat namun aku memeluknya DENGAN SANGAT-SANGAT-

Aku menepis tangan Jimin, lalu keluar dari mobilnya sesegera mungkin dan Jimin tidak keluar untuk menyusulku kala itu.

Aku kabur lagi. SETELAH MELAKUKAN HAL TIDAK SOPAN INI KEPADA KAKAK KELASKU.

to be continued

fall for you ✔️Where stories live. Discover now