three • p h o n e

87 6 0
                                    

"Jimin Hyung sudah memberikan nomorku kepadamu?" Tanya Jeon Jungkook yang bisa kujawab dengan anggukan.

Saat ini kondisi yang membingungkan terjadi, Jeon Jungkook ada di depan kelasku dan siswi cewek membicarakanku dari belakang.
Sial, aku juga gugup sekarang.

"Ah.. Kau tidak menghubungi aku kemarin, jadi kukira Jimin Hyung tidak memberikannya kepadamu atau kau tidak nyaman dengan itu.."

"Tidak- Bukan seperti itu."
"Aku pulang agak malam kemarin, jadi tidak sempat membuka ponsel, maaf." Jelasku.

"Ah.. Tidak apa kalau begitu."
"Aku akan mengganti skin-guard mu yang pecah, kau ada waktu nanti?"

Aku terdiam sejenak. Sebenarnya Hyujin merencanakan untuk pergi ke kedai bersama-sama, apa aku tolak saja? Mereka pasti memahami kalau aku menolak karena misi yang mereka ciptakan sendiri 'kan?

"Ya. Aku ada waktu."

"Bagus, aku akan menemuimu 5 menit setelah bel pulang. Kita akan bertemu di tempat parkir, bagaimana?"

Aku mengangguk dan senyum sebisa mungkin untuk mencairkan suasana yang mengguncang-karena-dijadikan-tontonan ini.

"Baik. Sampai nanti." Jungkook menunduk dan pergi.

Sementara aku hampir meleleh di ambang pintu.

"Ya, Mint! Apa-apaan itu?" Sahut Hyeona, teman sekelasku.

Aku hanya tertawa dan keluar kelas untuk menghampiri teman-temanku di kantin.

"Kenapa kau telat datang?" Tanya Jissle.

"Teman-teman maafkan aku, aku tidak bisa ikut ke kedai karena suatu hal yang mendesak. Maafkan aku ya?"

"Hei, ada apa? Kau jadi aneh." Gumam Da Rin.

"Jeon Jungkook mengajakku pergi nanti."

Teman-temanku spontan berteriak nyaring dan heboh, membuat beberapa orang yang ada di kantin menoleh.

"Kau sangat cepat dalam bertindak, Mint-Ah!" Seru Hyujin sambil tertawa.

"Bagaimana dengan kalian? Sudah ketemu target?" Tanyaku.

"Aku sepertinya akan mendekati Kim Taehyung atau Jung Hoseok, tipe senyuman yang menggoda~" Jawab Jissle.

"Kalau aku suka cowok pintar seperti Kim Namjoon, apa harus ku teruskan? Mm, aku masih belum membuat tindakan baru." Beritahu Da Rin.

"Bagaimana denganmu Yeon Hyujin?"

"Tidak tahu. Pusing sekali untuk melihat peluang keberhasilanku. Ugh."

"Tenang saja~ Saat ini musuhmu hanya satu, yaitu Mint yang bergerak secepat kilat." Ujar Da Rin sambil menunjuk wajahku.

"Hei~ Ini lomba, tidak boleh menyindir satu sama lain Darin-Ah!"

Lalu kami hanya menertawakan misi bodoh itu.

☔️

Aku hanya terdiam selagi 2 orang yang ada di depanku berbincang tanpa aku tahu topiknya. Jeon Jungkook tidak memilih untuk pergi berdua denganku, ia mengajak sahabatnya yang aku ingin hindari.

"Makanlah dagingnya, ini traktiran eksklusif dariku." Kata Jimin.

"I-iya." Jawabku terbata dan setengah emosi.

"Lain kali jangan merusakkan layar ponsel orang lagi, Jeon Jungkook."
"Tapi kalau Minjae suka, mungkin dia mau ditabrak lagi?" Goda Jimin disambut tawanya yang menusuk telingaku.

"Apa-apaan itu, Hyung." Jungkook melahap daging dan meminum lemonnya.

"Bisa kulihat skin-guardmu yang baru, Minjae-Ssi?"

Aku menyerahkan ponselku untuk menuruti permintaan Jungkook.

"Eoh, kameranya tertutupi loh?" Jimin menunjuk kamera ponselku.

"Skin-guardku yang sebelumnya juga kok." Ujarku.

Jimin menatapku dengan tatapan misterius dan menggoda.

"Kalau bicara dengan Jungkook jadi tidak tegang ya? Kenapa gugup ketika bicara denganku?" Godanya lagi.

"Hentikan Hyung, dia malu nanti."

"Tersipu pertanda perkataanmu sudah masuk ke dalam hati, jadi biarkan saja." Jimin tertawa.

"Apaan Hyung? Baru saja bertemu beberapa kali."

Ah benar.
Tentang misi, kenapa aku juga tidak terpikirkan pandangan orang terhadap aku ya? Bagaimana jika tingkahku untuk menyelesaikan misi jadi terlalu gegabah dan membuat orang lain tidak nyaman?

Apakah Jeon Jungkook dan temannya yang menjengkelkan ini mulai menyadari bahwa tingkahku aneh dan salah tingkah tanpa sebab? Tentu saja, Jeon Jungkook bukan cowok biasa. Tetapi bukankah itu akan membuat dia jadi menyadari tingkahku yang aneh dan jadi menjauhiku? Itu akan membuat misiku selesai semakin lama 'kan?

Sial. Ini membuatku pusing.

"Ya. Minjae."

"Ya?" Aku menyahut panggilan Jimin setelah menyadari sepertinya aku cukup lama terdiam.

"Kenapa diam? Ayo makan lagi!"

Acara makan malam bersama Jimin dan Jungkook itu segera selesai dan berakhir ketika mereka mengantarkanku ke rumah. Namun Jimin malah turun di apartemenku.

"Kenapa turun juga?" Tanyaku.

"Kau baik-baik saja?"

"Apanya?"

"Kau terlihat melamun ketika Jungkook bilang biasa saja karena kalian baru bertemu beberapa kali. Kau baik-baik saja?"

"Bukan begitu, Jimin Sunbae. Aku tidak merasa keberatan dengan itu, aku juga sudah bilang kalau aku hanya mengaguminya sebagai seorang cowok yang bertalenta."
"Aku baik-baik saja jadi jangan merasa tidak enak karena kau terlalu banyak menggoda." Jawabku.

"Aku terlalu banyak menggoda? Apa kau tidak nyaman dengan itu? Aku berusaha mendekatkan kalian loh."

"Aduh.. Bukan begitu. Pokoknya aku tidak apa-apa. Selamat malam, Sunbae." Aku melambai dan berlari masuk ke dalam apartemen.

Kenapa aku ada di apartemen? Apa keluargaku hidup di apartemen? Tidak.
Ibuku meninggal beberapa tahun lalu, Ayahku pergi dan sudah menikah lagi sekarang.

Bagaimana aku bisa hidup? Ayahku tidak sejahat itu. Dalam waktu tertentu Ayahku akan mendatangiku, ia juga rutin mengirim uang karena dia memang orang yang sukses.
Hanya saja, keputusannya untuk pergi dan menikah tanpa sepengetahuanku adalah hal yang membangun dinding di antara kami berdua. Ayahku membawa wanita ke rumah dan menjelaskan bahwa dia harus pergi bersama wanita itu. Namun akhirnya kebohongan terungkap, Ayah sudah menikah dengannya dan tidak sanggup memberi tahu aku karena aku adalah gadis yang sangat-sangat terpukul akan kepergian Ibuku.

Tunggu. Kenapa aku malah bercerita tentang keluargaku?
Mari kita akhiri semuanya dan tidur.

to be continued

fall for you ✔️Where stories live. Discover now