twelve • m a d

54 5 0
                                    

Aku menyiapkan secangkir cokelat hangat untuk Yoongi yang kini tengah duduk di ruang tengah apartemenku sambil mengenakan masker, entah bagaimana caranya ia bisa ada disini sekarang.

"Maaf tapi, bagaimana bisa tahu alamatku?" Tanyaku.

"Jungkook yang kasih tahu." Jawabnya singkat.
"Aku akan langsung saja bilang tujuanku karena sepertinya sudah malam untuk seorang pria masuk ke apartemen perempuan."

"Tidak apa-apa, santai saja Sunbae."

"Aku hanya ingin bicara saja karena sepertinya akhir-akhir ini di sekolah kamu.."
"..Agak menjauh ya?"

"Benar, aku menjauh." Batinku. Namun aku tak bisa menyampaikannya.

"Tidak. Maaf kalau Sunbae berpikir begitu. Tapi aku melakukannya karena menyesuaikan diri setelah kejadian di kantin waktu itu, aku agak merasa kesusahan sejak itu."

"Seperti yang kuduga kau pasti trauma. Maaf memberatkanmu dengan pertanyaan tidak penting ini, tapi sepertinya hubunganmu dengan Jimin tidak sebegitu baik?"

Aku terdiam ketika Yoongi menanyakan hubunganku dengan Park Jimin yang tak lagi sama, semuanya berubah semenjak perbincangan di balkon dan segalanya jadi rumit.

"Kalau itu-

-"Bagaimanapun, habis ini kalian akan tampil di festival.. Tolong tetap profesional." Kata Yoongi.

Aku sedikit bingung, kehadiran Yoongi yang mendadak dan topiknya yang melenceng ke arah Park Jimin.

"Aku kesini untuk bicara itu saja, karena aku lulus tahun depan, aku tidak ingin menyia-nyiakan masa-masa sekolahku."

"Apa Sunbae hanya ingin menyampaikan itu saja?"

Yoongi yang tengah bersiap untuk pergi akhirnya berhenti dan tersenyum.

"Aku hanya ingin bilang itu, untuk menjadi
profesional dan berani menghadapi sesuatu."

Gelagat Yoongi yang aneh membuatku sempat terbesit kekhawatiran bahwa Yoongi tahu sesuatu tentang Myeong Mae dan aku, namun itu semua terdengar mustahil, sehingga aku membiarkannya pulang begitu saja setelah meminum setengah cangkir cokelat hangat.

☔️

"Han Min Jae."

Viola Ssaem membuyarkan lamunanku di siang bolong itu.

"Yes, maam!"

"Perbedaan angry dan anger?!"

"Umm.."
"Angry adalah adjective, anger itu noun maam."

Viola Ssaem mengangguk tanpa mengangkat alisnya yang terus mengerut itu, "Perhatikan penjelasanku dengan baik dan jangan melamun."

Namun tepat setelah Viola Ssaem kembali menghadap papan tulis, bel istirahat kedua berbunyi dan membuatku memutuskan untuk langsung keluar dari kelas.

"Kebetulan sekali, Mint."

Pak Beom yang baru saja keluar dari X-IV tersenyum kearahku sambil masih memeluk buku-bukunya.

"Iya Ssaem?"

"Ayo ikut ke ruanganku."
"Panggilkan Park Jimin dulu ya, aku tunggu di ruangan dalam 5 menit."

"Tapi-

Pak Beom menungguku melanjutkan kalimat, tapi aku tak bisa mengatakan bahwa aku tidak lagi bicara dengan Park Jimin dan tidak mau tampil. Aku harus mengingat saran Yoongi Sunbae untuk tetap profesional.

fall for you ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang