Bab 22

1.1K 51 1
                                    

Setelah memiliki kebahagiaan, kenapa engkau tiba-tiba datang membawa kesedihan.

******

Kemarin adalah hari yang menyenangkan bagi Azna. Ia senang, merasakan kasih sayang seorang Ibu, walau dari orang lain, bukan dari Ibu kandungnya sendiri.

Azna duduk di sofa ruang televisi, ia sesekali tertawa menyaksikan film kartun di hadapannya, di atas pangkuan sudah ada satu camilan siap disantap.

Bel pintu berbunyi, pertanda ada tamu. Dengan malas Azna meninggalkan acara kartun untuk membuka pintu.

"Ya ... cari si-" ucap Azna terjeda.

Ia tercekat, melihat orang yang berdiri di balik pintu rumah.

Bunda, beliau datang menemui Azna.

Azna tersenyum, canggung.

"Bun, cari siapa?" tanya Azna. Ia tahu sopan santun, semarah, sekecewa apapun dirinya kepada Ibunya, tetap harus sopan.

"Cari kamu dong sayang, kamu kan anak Bunda," jawab Bunda cepat.

Anak ya? Anak yang tidak pernah diurus, di sayang.

"Bunda kangen kamu, udah lama kamu nggak pulang. Tahunya udah beli rumah," kata Bunda, basa-basi.

Andaikan ia bukan Ibu kandung dari Azna, mungkin sudah ia usir sedari tadi. Tak peduli nantinya tatapan tetangga kepada Azna.

"Aku ... aku belajar mandiri," jawab Azna gugup.

"Iya, Bunda nggak larang kok. Asal sering-sering weekend main ke rumah Bunda sama Ayah," sahut Bunda Azna.

"Hmm, iya kalo nggak sibuk, nanti Azna usahain buat mampir," ungkap Azna.

"Gimana nilai ulangan kemarin? Kemarin kamu ulangan tengah semester bukan?" tanya Bunda, selalu saja nilai yang paling penting.

"Hmm, seperti biasa Bun, masih sama kaya tahun-tahun sebelumnya," jawab Azna.

"Bagus dong. Oh ya, Bunda bawa buku materi kelas 12, bisa kamu pelajari, biar nanti kalo udah naik kelas kamu sudah paham," kata Bunda, matanya tersirat kebanggaan.

"Ah, makasih Bun," kata Azna kemudian menerima buku dari Bunda.

Hadiahnya, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebuah buku.

"Kalo gitu Bunda pulang dulu, jangan lupa belajar biar dapat nilai bagus," kata Kirana, ia melangkah pergi menuju mobil setelah mengelus anaknya.

Kalau boleh jujur, memang selama ini Bunda Azna sangat terobsesi dengan nilai tinggi Azna. Di saat Azna mendapat nilai tinggi, ia akan memperoleh uang jajan lebih banyak, 2 kali lipat, bahkan 3 kali lipat, atau berupa hadiah kecil, seperti yang Azna dapatkan sekarang.

Saat Azna mendapat nilai terbaik, pasti ia akan berkata. "Anak Bunda emang paling pintar, belajar terus yang rajin biar nilainya makin bagus. Jangan lupa pokoknya belajar."

Hey Bunda, anakmu ini butuh kasih sayang. Bukan hanya pujian dikala mendapatkan prestasi. Walaupun Azna merasa senang karena Bundanya mengapresiasi nilai di setiap mata pelajaran. Namun, tidakkan ia mengapresiasi Azna dalam bentuk pelukan sayang, atau kecupan manis di dahi. Lalu Bunda membisikinya dengan kata 'anak Bunda pintar, Bunda sayang, bangga sama kamu'.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang