Eighth Teen Slice

114 18 1
                                    

Masih ada dua jam lagi sampai hari ulang tahunnya berakhir. Yuqi masih bisa melafalkan doa untuk hari ulang tahunnya. Dia terus berdoa kepada Tuhan-Tuhan, dia juga terus merapalkan doa yang sama. Dia ingin Han segera sadar. Dia begitu fokus berdoa, mengabaikan Man Sae yang terus bertanya kenapa Yuqi di sini dan kenapa Han bisa begitu. Di sini Man Sae kelihatan yang lebih panik ketimbang Yuqi. Ketimbang merasa panik, Yuqi lebih merasa sedih. Dia ingin menangis dengan semua ini. Hannya baru sebentar bahagia, Hannya harusnya berbahagia malam ini bersamanya. Yuqi merasa di khianati oleh Tuhan. Hari bahagianya berubah menjadi hari yang menyedihkan.

Suasana menjadi semakin ribut karena Hejo datang. Dia datang dan langsung memburu Yuqi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan Man Sae. Yuqi hanya bungkam, dia malas untuk berbicara. Biar dokter saja yang menjelaskan.

Satu orang lagi datang, Yuqi yang menghubunginya saat dia diperjalanan tadi. Yuqi sudah berjanji untuk menghubungi orang itu saat terjadi sesuatu dengan Han. Eun So sungguh datang ke rumah sakit yang disebutkan Yuqi.

Man Sae jadi semakin bingung dengan situasi yang terjadi. Hejo paling tidak menyangka Eun So berada dihadapannya lagi.

Eun So menanyai Yuqi, bagaimana keadaan Han. Yuqi hanya bungkam. Eun So beralih ke Hejo yang menatapnya tidak suka karena kedatangannya.

Eun So duduk di sebelah Hejo, mencoba bertanya baik-baik. "Bagaimana keadaan Han?"

"Kenapa kau datang kesini?" Tidak ada nada bersahabat dari Hejo, bahkan terkesan Hejo sedang mengusir Eun So.

"Melihat Han, dia anakku."

"Lucu sekali," senyum seringai Hejo menunjukkan dia sangat tidak suka mendengar kata-kata Eun So. "Ayahnya sudah mati."

"Bisakah kalian berhenti bicara!" Yuqi di sebelah mereka sudah muak mendengat perdebatan keduanya.

Tak ada lagi suara yang terdengar, mereka semua menyadari ini bukan waktunya untuk bertikai.

Akhirnya dokter yang ditunggu keluar. Semua orang dengan spontan langsung berdiri menghampiri sang dokter. Sebuah senyum diberikan sang dokter, upayanya untuk menghilangkan ketegangan yang ada.

"Dia sudah sadarkar diri, tapi bisakah saya bertemu dengan walinya? Ada yang perlu saya bicarakan."

"Say__

"Saya walinya," Ucap Hejo mendahului Eun So. "Anda bisa bicara dengan saya, saya walinya.

Sang dokter mengangguk, dan mempersilahkan Hejo ke ruangannya. Sedangkan yang lain masuk ke dalam ruang perawatan.

Han sudah tersadar, dia tersenyum tipis di balik alat bantu pernafasannya. Yuqi mendekati Han, meraih tangan Han. Yuqi tidak akan menangis walaupun dia sangat ingin menangis. Dia tahu Han tidak akan suka melihatnya menangis.

"Kau tidak apa-apa Han?" Man Sae yang belum tahu apa-apa, hanya bisa menanyakan keadaan Han.

Han menutup matanya untuk memberikan jawaban dan tersenyum tipis. Han melihat ke arah Yuqi yang berada di sebelahnya. Han menggerakkan satu tangannya, menunjuk jaketnya yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya. Yuqi mengambilnya dan memberikan jaket tersebut kepada Han. Han mencari sesuatu di dalam saku jaketnya. Han mengeluarkan sebuah kotak hitam. Di  raihnya tangan Yuqi, dia memberikan kotak itu kepada Yuqi.

Sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit, isi dari kotak hitam itu.

"Untukku?" Tatapan sendu Yuqi tidak bisa dia sembunyikan.

Han memejamkan mata lagi sebagai jawabannya. Man Sae yang awalnya juga tidak tahu apa hubungan Yuqi dan Han,mulai menyimpulkan sendiri dengan apa yang dilihat.

SickleWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu