"Lo kenapa sih, anying?" Komang menggerutu kesal.

Callin tidak merespon. Ia turun dari boncengan, melangkah dengan wajah penasaran sampai ke depan motor kemudian terdiam tanpa ekspresi.

"Lin!"

Dari atas motornya, Komang mendapati wajah Callin yang mendadak pucat. Auranya yang ceria tiba-tiba menggelap. "Lin, ayo!" Komang mengedik ke boncengan. "Udah mau Maghrib ini, bentar lagi lo siaran."

"Lo tadi nabrak cewek pake seragam SMA, kan?" tanya Callin setengah emosi. "Kalo nabrak orang harus tanggung jawab, loh."

Bulu-bulu halus di sekitar lengan Komang seketika meremang. Lagi dan lagi. Callin meracau. Dan kenapa gue yang selalu kedapatan apesnya?

Plislah, kumatnya kalo pas lo di rumah aja, Lin. Begini amat yak nasib gue. Demi nggak kena SP dari Junior, Seniornya Callin itu. Kamvreeet.

"Nggak ada apa-apa, Lin. Lo halu doang, kalik." Komang mendorong motornya mendekati Callin. "Buruan, Cuy. Ntar kita telat nyampe kantornya, gue yang kena damprat si Junior."

Walau rasa penasarannya belum terpecahkan, Callin tidak bisa berlama-lama di sana. Benar kata Komang, sebentar lagi siaran dimulai. Tak punya pilihan lain, Callin naik ke boncengan dengan wajah terpaksa.

"Ayo, Mang." Callin berpegangan pada pinggang laki-laki itu sembari mengguncangnya pelan. Anehnya setelah ditunggu sekian lama, Komang masih tidak bereaksi. "Mang! Yeee, malah bengong."

Tatapan Callin yang menyorot lurus ke depan, membuatnya dapat melihat punggung Komang yang bergetar hebat. Tubuh laki-laki itu kaku. Otot di sekitar pergelangan tangan Komang juga mengencang. Jelas sekali terlihat, ia sedang ketakutan.

"Mang?" Callin mengernyit bingung. Ia mendorong kepalanya mendekati bahu Komang. "Lo kenapa?"

Bibir Komang yang pucat bergetar. Ia ingin bersuara, tapi rasa takut yang menyergap tiba-tiba, membuat laki-laki itu tergagap.

"Mo..tor gue, ka..yak ada.. yang.. na..han," ucapnya sembari berusaha menggerakkan stang motornya. "Nggak.. bisa, Lin. Di de..pan ada siapa?"

Callin menjulurkan kepalanya. Ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang tidak ada siapa pun di depan motor Komang.

"Gi..mana i..ni?" Komang sampai tidak berani membuka mata.

Bukannya tidak percaya. Tapi Callin ingin membuktikan sendiri kebenaran ucapan Komang. Dengan beraninya Callin turun dari boncengan lantas berdiri di depan motor Komang sembari berkacak pinggang.

"Mana? Nggak ada apa-apa, kok?" tanya Callin sembari menatap kesal ke arah Komang.

Ia bahkan sampai berjalan agak jauh ke depan. Ingin memastikan jika tidak ada seseorang atau sesuatu yang mencoba menahan keduanya agar tetap berdiam di sana.

Di jalanan yang sepi dan sempit itu, Callin hanya dapat melihat rumah-rumah kos yang tertutup rapat. Ia berbalik, hendak melangkah menghampiri Komang, sebelum tiba-tiba lampu motor Komang menyorot penuh ke arahnya.

"Kau tidak akan bisa lari lagi!" Komang berteriak dari kejauhan. Matanya menyorot penuh kebencian. Tangan laki-laki itu seperti dikendalikan orang lain. "Hari ini kau akan ku habisi."

Detik berikutnya, Komang seperti hilang kesadaran. Raut wajahnya berubah seram. Senyum piciknya terulas. Bak pembunuh berdarah dingin yang sedang membidik targetnya, Komang tertawa puas saat roda-roda motornya bergerak mendekati Callin.

Callin mengangkat tangannya sampai menutupi wajah. Menghalau silau lampu motor yang tersorot ke matanya hingga membuat pandangannya buram.

"Mang, berhenti! Injak remnya, Mang!" jerit Callin begitu menyadari kakinya tidak bisa digerakkan.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Where stories live. Discover now