Cuilan 1

18 0 0
                                    

Iris Cecilia (27), wanita feminim yang suka menyendiri, punya segudang prestasi di dunia tulis menulis, punya banyak ide dikepalanya untuk dituangkan dalam bentuk huruf-huruf yang tersusun rapi dilayar komputer. Menulis baginya seperti masalah, yang jika tidak segera diutarakan akan pecah dan membuatnya gila. Sudah berapa judul dari novelnya yang sudah di film kan, sudah berapa copy buku yang sudah di publikasikan, dia tidak pernah perduli, yang ada dikepalanya hanyalah ide-idenya segera tertuang dan jiwanya tenang tidak berbeban. Setelah merasa tenang karena tulisannya sudah tertata rapi, dia akan mengambil gitar kesayanganya, duduk dibalkon kamarnya dilantai dua, mengangkat kaki lalu menyanyi dengan merdunya ditemani pemandangan taman belakang rumahnya yg dipenuhi bunga. Wanita ajaib yang bahkan  tidak diketahui keberadaannya, tidak dikenal banyak orang karena berkarya sebagai penulis anonim.

Gil Phillip (29), Lelaki yang suka kebebasan, yang mencintai alam dan fotografi bahkan hasil fotonya pernah memenangkan kontes fotografi dunia, sangat benci keramaian, dingin, sulit digapai. Menghabiskan waktu menjelajahi tempat-tempat diseluruh dunia dan sering menyibukkan diri membuat list perjalanannya untuk setahun kedepan.

***

"Dan, aku udah kelarin satu buku lagi, ini aku kirim ke email kamu atau gimana?" Tanya Iris kepada Danisha adiknya, melalui sambungan telepon gemgam keluaran terbaru yang dihadiahkan seorang penggemar fanatiknya.

"Oh yaudah, oke, aku tunggu." Sambil menutup telepon lalu beranjak menuju gitar yang dia berdirikan didekat lemarinya. Duduk dibalkon lalu memetik senarnya lembut, sambil menutup mata menyesapi nada-nada yang menari ditelinganya.

"Kak, gue udah disini, dari tadi gue pencet bell rumah lo, ga ada respon." Suara cempereng Danisha menghentikan melodi yang sedang dimainkannya.

"Filenya ambil di komputerku." Jawabnya menghiraukan adiknya yang sedang kesal.

Diabaikan adalah makanan sehari-hari Danisha, karena sudah terbiasa maka dengan pasrah Danisha beranjak menuju komputer berlogo apel tergigit, membuka file-file yang sudah sangat dihapalnya.

"Kak, gue pergi ya, gue taruh titipan fans lo dimeja, banyak banget." Pamit Danisha setelah memindahkan file yang akan diserahkan  kepada media cetak yang sudah tanda tangan kontrak dengan Iris melalui Danisha.

"Besok-besok kamu kalau datang langsung masuk aja, kan aku udah kasih tau passwordnya." Teriak Iris dari balkon "Hati-hati, jangan ngebut." Pesannya lagi. Danisha yang hendak membuka pintu, urung melakukannya dan mendatangi Iris, sambil memeluk kakaknya dengan sayang.

"Oke kak,  lo jaga kesehatan, jangan telepon gue kalo tulisan lo udah kelar aja, telepon gue saat lo butuh yg lain, kalau nggak mau, yaudah cari pacar, walaupun belum tua-tua amat, tapi lo udah tua, dan oh gue hampir lupa, ada tetangga baru di kompleks ini, persis disamping rumah lo." Sambil menunjuk balkon disamping rumah Irish, "Kayanya lo harus kenalan sama dia supaya dia betah, karena setelah 3 tahun lo tinggal disini, baru ini rumah itu akhirnya ada yang nempatin. Gue pamit ya. Bye!" Cerocos Danish lalu pergi tanpa berbalik lagi.

***

Gil akhirnya memasuki rumah barunya, rumah yang dipilihkan  teman baiknya Dipper. Baginya tidak masalah dimana saja, yang terpenting adalah rumah itu sepi dan hijau. Setelah mengelilingi setiap sudut rumah dua lantai itu sebagai pengenalan dan untuk mencari kenyamanan akhirnya Gil memutuskan memindahkan barang-barangnya hari itu juga karena ternyata rumah minimalis yang elit itu menerimanya. Baginya rumah pun seperti alam, sekalipun kamu menyukainya, dia hanya akan menerimamu jika dia juga menyukaimu. Setelah berbenah dan merapikan beberapa perlengkapannya Gil merebahkan tubuhnya dikasur ber sprei putih sambil menutup mata sejenak sekalian beristirahat karena baru tadi subuh dia sampai ke Indonesia setelah menyelesaikan tour sebulannya di Belanda. Hingga suara petikan gitar itu memenuhi telinganya, suara lembut dan nada-nada yang indah, diikutinya asal suara itu, hingga dia berakhir dibalkon yang tersambung dengan kamarnya.

Wanita itu sangat cantik, dia bersandar dikursi panjang yang ia letakkan dibalkonnya, ditutupnya kedua matanya menyesapi nada-nada yang ia buat dari gitar yang berbahagia itu. Tanpa sadar Gil terhanyut, wanita cantik dengan nada-nada itu menghanyutkannya, hingga terlelap dan bermimpi.

***

KARENA CINTA TAK PERLU DICARIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt