Chapter 4 - Another Way

33 9 24
                                    

Cerita ini diikutsertakan dalam program Quota Tracking di BSWClub. Jadi, aku usahakan update tiap hari!

****"Gimana keadaan kamu di sana, Nda?"

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

****
"Gimana keadaan kamu di sana, Nda?"

"Baik, Ni." Ditemani TV yang menayangkan acara sejarah, Leon bersandar di kepala kasur untuk menelepon secara santai—ada satu kata bermakna bohong. Kakinya yang berbalut selimut ditimpa buku tebal yang terbentang lebar memperlihatkan berbagai tulisan rumit berupa simbol dan angka. "Sama itu, jangan panggil aku pake sebutan 'Nda'. Aku trauma sama panggilan itu."

"Iya, Leon. Nini sekarang panggil kamu pake nama 'Leon', bukan 'Nda' lagi." Ia mendengar sang penelepon tengah terkekeh-kekeh meski sinyal suka menghilang bagai angin. "Leon sekarang lagi apa?"

"Lagi belajar, Ni," jawab Leon menunduk membaca materi rumit dari buku milik ketua kelas. Dia memberikan buku ini sebagai bentuk pertemanan katanya.

"Tapi Leon gak kena masalah, kan?" Di pertanyaan ini, tubuh Leon mulai kedinginan. Gigi bergemeretak pertanda ia menggigil. Sebatas ancang-ancang menjawab pertanyaan saja rasanya seperti ada ketiping mencapit ujung lidahnya. "Leon? Jawab pertanyaan Nini. Nini khawatir."

Bagaimana Leon menjawabnya sekarang? Dengan hati-hati ia menjawab, "A-ada sedikit. C-cuma masalah pelajaran. Aku pernah bolos sekali di jam pelajaran kimia, k-karena terlalu sibuk belajar meracik bahan kimia. C-cuma masalah kecil kok, Ni."

Semua penjelasan Leon bermakna bohong. Meski begitu, Leon melakukan hal itu supaya Nini tak berpikir yang tidak-tidak. Bisa saja dia khawatir stadium akhir. Entahlah.

"Ya sudah.... Kamu fokus belajar aja. Nini matiin teleponnya, ya. Yang giat belajarnya, biar Aki seneng dan bangga sama kamu."

"Iya, Ni." Dia sendiri yang memutus sambungan telepon. Nasib baik dia percaya apa kata Leon. Baik ia simpan masalah ini, bahkan biarkan saja Leon yang menyelesaikan masalah kematian kepala penjaga malam tanpa sepengetahuan orang-orang.

"Leon, aku bawakan banyak snack." Datang juga ketua kelas. Bersama dua pemuda asing di belakang ketua kelas, mereka sama-sama mendekap banyak sekali makanan ringan. Mulai dari yang rasa manis sampai rasa pedas. Makanan yang dia sebut "snack" tersebut ditaruh begitu saja layaknya daun-daun kering ke tempat pembakaran sampah. "Tyo, Glenn, ini Leon. Dia teman baru kita mulai sekarang."

"Ah, yang notabene ganteng dan murid hasil pertukaran pelajar, ya?" Tyo yang mulai duluan. Pemuda bersurai cepak macam tentara itu duduk bersila sambil membuka satu snack rasa keju. "Cewek-cewek di kelasku banyak ngomongin soal kamu lho."

"Benarkah?" tanya Leon menutup bukunya, beranjak dari sandarannya untuk duduk di samping ranjang. "Sampai seluas itu rumor tentangku?"

"Yeah, you know, eh? Kerjaan cewek-cewek pasti menggosip topik hot." Tak sampai situ, Tyo rupanya membawa vape dari saku celana pendek. Ia menghisap vape berwarna kelabu itu, mengembuskan aroma susu dari lubang hidung dan mulutnya. "Aku benci mendengar mereka menggosip orang dalam volume keras."

Unknown Person✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora