Prolog

697 74 5
                                    

Tuk tuk tuk tuk tukk.

Suara sepatu yang menyentuh lantai menjadi irama di sepanjang koridor rumah sakit. Berlari kecil, dia berhenti mendadak saat hampir tak sengaja menabrak seorang dokter.

"Nona, maafkan saya, tapi jangan berlari lari, saya takut anda terjatuh." Gadis di hadapannya hanya menatap datar.

Tidak memperdulikan dokter itu, dia kembali berlari ke tempat tujuan utamanya.

Huff, tidak berubah.

Dokter itu hanya bisa mengelengkan kepalanya.

Sampai di depan pintu kamar VIP rumah sakit ini. Dia membuka pintu tersebut, membuat orang yang ada di dalamnya menoleh.

"Adrien, kemarilah nak." Gadis yang di panggil Adrien mendekat ke seseorang yang ada di kasur rumah sakit, orang orang yang semula berada di sekitar kasur mulai memberi ruang.

"Siapa?" Tentu orang lain tidak mengerti dengan apa yang ditanya oleh nya, tapi seseorang di kasur mengerti.

Tersenyum. "duduk lah dulu, nanti papa jelaskan." Ya orang yang menjadi tujuan utama gadis tadi adalah papa nya.

Lelaki paruh baya itu tau, jika anak nya ingin menangis. Dia dapat melihat mata anak nya yang sudah berkaca kaca, tetapi orang lain tidak menyadari nya, mungkin pengaruh raut wajah datar gadis itu

"Kalian boleh pulang." Tiga laki laki yang ada disana mengangguk dan keluar dari ruangan.

Setelah tidak terdengar lagi suara langkah kaki, air mata keluar dari mata indah nya, tetapi wajah nya masih saja tanpa ekspresi.

"Siapa?" Suara nya sedikit parau. Tetapi wajah nya tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Orang yang sama nak." Laki laki paruh baya yang sedang terbaring tetap tersenyum sambil memandang anak gadis nya.

Tidak lagi mengeluarkan air matanya, digantikan dengan senyum smirk yang terbentuk di bibir munyil nya.
"Sudah cukup bermainnya."

Lelaki di hadapannya hanya mengangguk.

"Lakukanlah, papa juga sudah malas bermain dengannya, terluka dan seolah olah bodoh. Sebenarnya ini hanya sakit sedikit, tetapi agar orang orang bodoh seperti mereka tidak curiga aku terpaksa berpura pura seperti ini," ucap papa adrien sambil menghembuskan nafasnya.

"Tidak akan lama lagi!"

Lelaki yang di panggil papa kembali mengangguk. "Papa akan tetap disini, disini tampaknya lebih aman karena ini rumah sakit mu, jadi Papa bisa bersantai." Adrien memutar bola mata nya malas.

"Adrien akan pergi, dan menyuruh beberapa anggota yang menyamar di sini untuk memantau." lelaki yang di panggil papa menatap kesal anak gadis nya.

"Kamu bicara sama papa, tapi kenapa tetap saja muka mu datar?" Adrien tetap saja tidak mengubah raut wajahnya.

Gadis itu berdiri dan mengecup pipi papa nya dan keluar dari kamar VIP itu.

Huf, aku merindukanmu Riana, padahal baru 2 hari kau pergi jauh dariku tapi aku begitu merindukanmu.


♠️


Gadis ini malas untuk bertemu siapa siapa lagi. Jam 2 dini hari pergi kerumah sakit karna kawatir kepada Papa nya. Ternyata Papa nya membuat siasat tanpa di ketahui oleh dirinya.

Saat sampai di apartemen elit miliknya, iya langsung masuk dengan pintu di bukakan oleh dua penjaga yang ada di depan pintu masuk apartemen, sebelum masuk ke bagian dalam, dia berhenti dan mulai muncul cahaya biru berkedip dan layar monitor bertuliskan 'welcome queen' di hadapannya.

The Queen (HIATUS)Where stories live. Discover now