7. Kemarahan Adrian

Comenzar desde el principio
                                    

Bukankah seharusnya Adara yang lebih berhak marah disini setelah apa yang pria itu lakukan padanya?

"Apa yang kau inginkan?" Adara kembali bertanya, suaranya terdengar bergetar. Terlebih tatapan mata pria itu yang menghujam tajam kearahnya membuat jantungnya kian berdebar.

Tanpa menjawab, Adrian melangkah menujunya dengan perlahan. Dan gerakannya itu membuat Adara harus memundurkan langkahnya dengan waspada. Sungguh Adara tidak mengerti apa yang membuat Adrian nampak menyeramkan seperti ini. Jantung Adara terus berpacu seiring jarak mereka yang mulai terkikis. Apalagi Adara hampir tidak bisa melepas pandangannya sama sekali dari iris hitam Adrian yang kini menatapnya tanpa henti.

Sayangnya hal itu membuat Adara lengah, membuatnya tidak menyadari posisinya kini sudah terhimpit antara Adrian dan dinding dibelakangnya.

"Dari mana saja kau? Kenapa pulang selarut ini?" Adrian bertanya, kedua tangannya mengurung pergerakan Adara.

'Apa yang telah kau lakukan dengan pria itu? Tidak tahukah kau aku menunggumu sejak tadi?'

Adara mengerjap sekali hanya untuk meraih kesadarannya. "Itu bukan urusanmu!"

Adara mendorong dada kekar Adrian dengan kuat tapi tidak berhasil. Sialnya, tindakannya itu malah membuat Adrian semakin menekan tubuhnya kedinding.

"Sekarang menjadi urusanku karena bisa saja sekarang kau sedang mengandung anakku, Adara!" gumam Adrian keras.

Degg.

Adara membelalakkan matanya. Nyatanya memang tidak pernah terpikirkan oleh Adara sebelumnya bahwa kegiatan mereka saat di resort bisa saja membuatnya mengandung anak Adrian.

Oh astaga, ingin rasanya Adara memaki Adrian saat ini. Pria itu pasti dengan sengaja melakukannya. Yah, seperti yang sudah-sudah Adrian pasti telah merencanakan hal ini untuk menghancurkannya lagi.

"Lalu memangnya kenapa, sekalipun aku mengandung apa masalahnya denganmu?" ujar Adara dengan marah.

Bahkan kini Adrian terpaku ketika menyadari mata Adara terasa dingin menghujam.

"Maka aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu!"

Sesaat lamanya Adara tampak termenung karena ucapan Adrian. Namun detik berikutnya Adara malah menertawakannya, bersamaan dengan Adrian yang kini sudah melepaskan kungkungannya.

Dilain pihak, Adrian memperhatikannya dengan nanar. Kedua tangannya sudah terselip diantara saku celana. Dengan getir, dia membiarkan wanita itu mentertawakan dirinya.

"Memangnya jika aku hamil, kau yakin anak ini adalah anakmu?" tanya Adara sesaat setelah ia menghentikan tawanya.

"Jangan memberi pertanyaan yang menunjukkan sisi ketololanmu, Dara! Kita berdua sama-sama tahu malam itu, diriku adalah pria pertama bagimu!"

Seketika sisa-sisa senyuman itu langsung lenyap dari wajah Adara. Ucapan Adrian menyadarkannya. Kini Adara sudah tidak bisa menyangkalnya lagi. Kenyataannya ucapan Adrian memang benar adanya.

Bodoh bodoh bodoh!

Adara ingin sekali menangis, tapi tidak didepan pria itu. Ini terlalu memalukan baginya. Adrian pasti merasa senang membuatnya nampak selemah ini.

Disaat yang sama tatapan Adrian mulai melembut dan dalam. Melihat Adara yang belum bisa menemukan kata-katanya, entah kenapa membuat Adrian merasa geli sendiri. Apalagi ketika matanya menangkap rona merah dikedua pipi Adara, mau tak mau membawa ingatannya kembali disaat mereka masih sedekat dulu.

"Putuskan kekasihmu, Adara! Dan menikahlah denganku!" gumam Adrian sungguh-sungguh.

Lihat, Adrian tidak pernah berubah, dia akan selalu to the point untuk memaksakan kehendaknya.

Adara mendengus. Matanya mendelik Adrian dengan kesal. "Kau pikir aku sudi menikah dengan bekas suami dari kakak tiriku? Kau terlalu percaya diri, Kak!" Lalu ia tersenyum meremehkan.

Rahang kokoh Adrian nampak menegang. "Suka atau tidak suka, aku tetap akan mempertanggungjawabkan perbuatanku kepadamu!" Adrian menekankan ucapannya.

"Kau tidak perlu berpikir sejauh itu Kak, lagi pula aku juga belum tentu hamil. Setahun pernikahan kalian saja, kau belum bisa membuat Ciara mengandung anakmu. Apalagi denganku yang hanya melakukannya semalam denganmu!" Adara membuang wajahnya.

Adrian melangkah sekali, lalu meraih dagu Adara dan mendongakkannya. "Banyak yang sudah kau lewatkan, Adara! Dan sekarang aku memiliki banyak waktu untuk menjelaskannya padamu. Tapi sebelum aku melakukannya, ijinkan aku untuk menghapus jejak pria itu dulu dibibirmu!"

Tanpa aba-aba Adrian sudah mencium bibirnya. Adara berusaha memberontak namun gagal. Ciuman Adrian semakin dalam dirasakan olehnya, hingga Adara terbuai dan menikmati setiap pagutannya. Dan disaat yang sama itulah air mata Adara terjatuh. Betapa dia membenci dirinya sendiri yang selalu saja lemah ketika berhadapan dengan pria itu.

 Betapa dia membenci dirinya sendiri yang selalu saja lemah ketika berhadapan dengan pria itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tbc

Babank Dian is back!!

Semoga kalian suka sama part nya😊

Jgn lupa voment nya ya biar aku makin semangat nulis✌✌

Btw menurut kalian mereka sebaiknya berlanjut gag ke ehem2🤭

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Btw menurut kalian mereka sebaiknya berlanjut gag ke ehem2🤭

Please komen n like nya ya dears😊

Sekian notes dr aku yg galau ini,
Dan makasih untuk 100 likenya 😘

Loph u oll

NeaYoz

Ex Brother in Law (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora