"Heh, Lin! Lo mau ke mana? Baru aja bangun udah mau kelaya -"

Larangan Komang tidak digubris. Memey yang sempat mencekal lengan Callin, ditepis begitu saja.

Sementara Junior yang nyaris mengejarnya, mati-matian menahan kakinya sendiri agar tidak bergeser sedikit pun. Bukan urusan gue, bukan urusan gue. Ngapain gue mau nyusul dia?

"Okan!" Callin celingak-celinguk saat ke luar dari kamarnya. "Okan!"

Nihil. Tak ada tanda-tanda jika Okan masih berada di koridor ruang inapnya. Ke mana perginya? Masa secepet itu jalannya?

Pengunjung rumah sakit yang duduk di sepanjang koridor, menatapnya bingung. Ada pula yang menjaga jarak. Mengira jika Callin mungkin saja pasien yang terganggu kejiwaannya dan beniat kabur dari rumah sakit.

"Pak, liat ada cowok tingginya segini," Callin mengangkat telapak tangan kanannya sampai ke atas kepala, "dia punya lesung pipi juga di kanan kiri pipinya. Apa bapak sempat lihat dia lewat sini?"

Pria bertubuh gempal itu awalnya sedang mengobrol bersama pengunjung lain. Ketika Callin tiba-tiba muncul dan terlihat panik, keduanya melirik gadis itu bersamaan.

"Gimana saya tahu dia punya lesung pipi atau nggak, kalo dia pas lagi nggak senyum, Nak?" tanya pria itu, yang langsung mendapat anggukan dari orang di sebelahnya.

Callin mendecak, tak ingin beradu argumen. Walau sambil berlalu, ia masih membatin dengan dongkol.

Lesung pipinya si Okan itu beda. Dia cuma diem aja, miringin bibirnya sedikit, udah keliatan jelas. Ah, payah dah tu bapak-bapak pada keasyikan ghibah, sih.

Tak berputus asa, Callin beralih menuju meja resepsionis yang dijaga dua perawat.

"Maaf, Sus, saya mau tanya. Suster liat ada cowok lewat sini, nggak?" tanya Callin sopan, walau dua perawat itu jelas kebingungan.

Mana sempat mereka memperhatikan penjenguk pasien yang berlalu-lalang di depan mejanya?

"Jadi tingginya kurang lebih segini," Callin mengulang penjelasannya seperti yang ia katakan ke pria tadi, "badannya berisi, keliatan tegap gitu kalo pas jalan."

Salah seorang perawat mengerutkan kening. "Oh, yang model rambutnya ada sedikit poninya gitu, ya?" tanyanya, yang langsung diiyakan Callin dengan anggukan semangat.

Kawannya menyahut lirih. "Kok lo tahu, Rin?"

Rindu, perawat yang merespon Callin itu, berbisik pada rekannya. "Ya kalo urusan yang bening-bening mah, gue langsung siaga 1. Hehe."

Rindu kembali memusatkan fokusnya pada Callin. "Kayaknya saya sempat lihat sekilas, dia jalan ke arah parkir. Tapi mungkin sekarang udah pergi, Kak. Soalnya keliatan buru-buru gitu."

Mendengar jawaban dari perawat di depannya, Callin bergegas menuju arah parkir. Namun baru saja hendak melangkah, tangannya tiba-tiba dicekal satu dari dua perawat yang ada di meja resepsionis.

"Kakak belum benar-benar pulih," ujar Nanik cemas. "Nanti kita bisa ditegur dokter jaga, Kak."

Callin menarik tangannya, kemudian tersenyum ramah. "Saya cuma ke luar sebentaaaaaar aja, kok. Boleh, ya?"

Belum sempat kedua perawat itu ke luar dari mejanya, Callin lebih dulu meloloskan diri. Walau dengan terpincang-pincang, ia tetap berusaha mencari keberadaan Okan. Sampai tiba-tiba, sebuah tepukan di pundaknya membuat langkah Callin tertahan.

"Lin!" Suara itu memanggilnya lagi.

Jantung Callin berdegup kencang. Ada sedikit keraguan yang membuatnya enggan berbalik. Alih-alih harapnya bersambut, Callin mendapati sosok lain yang berdiri di belakangnya.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Where stories live. Discover now