8

14 0 1
                                    

"Ar, lu percaya kan cinta pandangan pertama?" sambil tetap menjaga fokusnya dibalik kemudi.

"Hm.." sementara orang yang diajaknya bicara lebih fokus lagi dengan dunianya, memalingkan wajahnya kearah kaca mobil, memperhatikan setiap detail jalan yang sedang dilalui, entah apa yang dipikirkannya.. dia hanya memposisikan duduknya santai sedikit menjuntai dan memperhatikan jalan.

"Serius gua Ar" Arion sedikit menoleh, dan meninggikan suaranya. Usahanya cukup mengusik orang yang duduk disampingnya.

"Iya,, sama dengan percayanya benci dikedipan terakhir" jawabnya acuh tak acuh.

"Maksud lu?"

"Lu berisik yon, tau gini gua bawa mobil sendiri tadi." Kata Arion santai tapi menusuk.

"Bukannya bersyukur gua supirin gratis.. jawab aja napa Ar!"

"Hasil tuh tergantung proses, kalau prosesnya cepet ya berakhirnya juga cepet. Paling lu cuma penasaran aja bukan cinta, tar juga bosen" kali ini ia sedikit memberikan bobot pada jawabannya, setelah dipikir lagi.. semakin Arion tidak diladeni akan semakin dia mengoceh dan bersisik.

Seperti sejak Arsalan duduk disamping Arion didalam mobil yang sedang dikemudikan Arion, pagi ini Arion mendapat intruksi dari orang tuanya untuk pulang dengan mengajak Arsalan sekalian karena ada hal penting yang harus dibicarakan.

Disepanjang perjalanan Arion terus mengoceh tentang seorang gadis yang baru saja dikenalnya sampai Arsalan tahu alasan yang membuat Arion pulang telat semalam, sementara Arsalan menunggu satenya datang sampai ia tertidur dan hal itu membuat Arsalan semakin dongkol mendengar cerita Arion.

"Masa sih Ar?" Tanya Arion masih dengan penasaran, sementara Arsalan hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh yang padahal belum tentu Arion melihatnya. Bagi Arsalan bukan hal baru Arion mengoceh tentang gadis-gadisnya sehingga ia tidak begitu menaruh perhatian.

Mereka sudah sampai di kediaman Ardiana Bestari dan Ghandi Permana orangtua Arion sekaligus tante dan omnya Arsalan.

"Assalamu'alaikum mih.. mamih" teriak Arion begitu membuka pintu rumah mencari keberadaan mamihnya.

"Waalikumsalam sayang" saut Diana yang datang entah dari mana, segera mengahampiri Arion dan Arsalan sambil merentangkan tangannya seperti hendak memeluk, hal yang sama juga dilakukan Arion siap menyambut pelukan mamihnya.

"Apa kabar sayang?" Arion harus kecewa, karena Diana hanya melewatinya begitu saja dan malah memeluk Arsalan.

"Mamih apa-apaan sih, yang anak mamih kan aku" Prostes Arion

"Baik mih" jawab Arsalan menerima pelukan hangat Diana. Walaupun Arsalan hanya keponakannya, tapi Diana sudah menganggapnya sama seperti Arion dan Jessie-adik Arion.

"Kak Ar" kali ini giliran Jessie yang menghambur kedalam pelukan Arsalan.

"Hello.. apa-apaan sih, gada yang kangen sama aku apa. Jessie yang kakak kamu tuh kakak, bukannya Arsalan" Protesnya lagi

"Iya kakak sayang.. Jessie tau, tapikan ka Ar calon suami Jessie."

Semua orang sudah tau dengan lelucon Jessie pada Arsalan. Sejak kecil ia sudah terobsesi dengan sosok Arsalan dan tidak malu meminta pada ayahnya untuk menikahkannya dengan Arsalan, sementara keluarganya hanya menganggapnya sebagai bualan anak kecil begitupun dengan Arsalan sudah sangat menyayangi Jessie seperti adik kandungnya sendiri.

"Idih pede.. emang lu mau Ar punya cewek berisik kaya Jessie. Gak kan?" ledek Arion

"Ih kakak"

"Udah ah.. kalian ini" Diana melerai perdebatan, sementara Arsalan hanya menanggapinya dengan senyum. Ya senyum.. Ketika bersama keluarganya Arsalan bukan lagi manusia beku seutuhnya.. dia akan menunjukkan sisi hangatnya apalagi pada Diana, sejak ibunya meninggal Arsalan sangat dekat dengan Diana bahkan Diana terbiasa melihat sisi manja Arsalan.

"Arsalan ini kakak kamu Jes, dan kamu yon.. mamih gak suka ya kamu maen la lu sama Arslan.. panggil kakak dong yon! dia lebih tua dari kamu walau cuma tiga bulan!"

"Baik mih." Serunya "ka Arsalan" ia menggoda Arsalan sambil mengedipkan matanya dan dibalas tatapan tajam dari Arsalan.

"Kamu ya Ar, gemes mamih sama kamu udah lama gak pulang.. pas pulang tapi gak inget mamih. nakal kamu!" Diana menjewer telinga Arsalan dan mengarahkannya keruang keluarga diikuti Jessie yang tidak tega melihat Arsalan, berbeda dengan Arion yang merasa puas melihat penderitaan Arsalan, pasalnya.. hanya mamihnyalah yang bisa menaklukan Arsalan tanpa Arsalan bantah.

"Aduh duh.. ampun mih ampun" teriak Arsalan

"Udah mih, dia bukan anak kecil lagi" Kali ini suara Arghandi-papih Arsalan yang melerai sambil menuruni anak tangga.

"Biarin pih, dia harus dapat pelajaran!"

"Kapan sih mih Ar gak terima pelajaran mamih, bahkan ketika mamih nelpon dua jam cuma buat ngajarin Ar masak bayam aja, Ar terima." bujuk Arslan.

Diana memang cukup protektif pada anak-anaknya termasuk Arsalan, ketika Arsalan menetap diluar kota cukup lama, Diana hampir setiap hari menelponnya entah menanyakan kabar atau ketepatan makannya, bahkan ia sempat maksa Arsalan belajar masak sayur bayam agar Arsalan tidak kekurangan gizi katanya. Diana hanya bisa tersenyum mengingat itu.

Arsalan dan Arion menghampiri Arghandi dan menyalaminya, kemudian mereka semua duduk di meja keluarga kecuali Diana dan Jessie yang pergi kedapur untuk menyiapkan makanan.

"Papih panggil kalian untuk membahas soal Kan Jaya" Arion dan Arsalan mulai menarik napas ketika pembahasan sudah mulai serius.

"Kalian tahu kan papih dan Papah kamu Ar, merintis Kan Jaya dari mulai nol sampai bisa seperti sekarang ini bukan untuk kemudian kita hancurkan lagi.. sekarang kami sudah tua, bahkan bang Darma sudah lebih dulu pensiun dan menikmati hidup.. giliran papih kapan?" kata-katanya masih tertahan. "Udah cukup perjalan kamu Ar, hobbi kamu juga udah cukup yon.. papih benar-benar mau menitipkan Kan Jaya sama kalian."

Ini adalah pembahasan yang selalu berusaha mereka hindari selama ini, Arion tidak pernah tertarik dengan bisnis sedang Arsalan dia tidak suka terikat. dari dulu Arsalan dan Arion selalu kompak dalam hal kebebasan hidup, tapi sepertinya ucapan Arghandi kali ini bukan lagi penawaran tapi perintah.

Arsalan dan Arion menganggukkan kepalanya, kemudian Arghandi melajutkan pembahasan panjangnya mulai dari kondisi kantor, target proyek hingga pembagian tugas Arion yang kini menjabat manager produksi akan beralih menjadi General Manager, Arsalan sebagi CEO nya dan Arghandi masih sebagai direktur pasif yang akan memantau dari kejauhan.

"Pabrik Kan Jaya di Jepara baru didirikan jadi perlu pemantauan. Jadi papih minta besok kamu Yon, ke Jepara untuk pantau sekaligus ketemu sama beberapa klien tetap yang mau lihat langsung proses pembuatan sebelum memperpanjang kontrak".

"Gak sama Ar sekalian pih?"

"Arsalan besok harus mulai masuk kantor, mau papih kenalkan di jajaran direksi."

" Tapi pih, masa aku sendiri?"

"Ajaklah anak buahmu atau siapapun dari kantor!"

"Ya, baiklah"

Irrational LoveWhere stories live. Discover now