III.Attention

3.2K 524 38
                                    

Jiera baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya dikampus. Sekarang ia menunggu Jimin yang memaksa agar menunggu karena pria itu akan menjemputnya.

"Jiera!" Jiera menoleh melihat seorang gadis berlari kearahnya. Itu Naeun teman sekampus sekaligus teman kerjanya.

"Kau mau pergi bekerja kan? Kita pergi bersama ya?"

Jiera tersenyum tak enak. "Maaf Naeun tapi aku tidak bekerja lagi."

"Kenapa? Apa kau mendapat pekerjaan yang lebih baik?" Melihat keantusiasan Naeun membuat Jiera merasa tidak enak.

"Tidak Naeun-ah, aku ingin fokus kuliah karena sebentar lagi kita akan lulus baru setelahnya aku akan kembali bekerja ditempat yang lebih baik."

"Yah ..." Bahu Naeun merosot lemas."Yasudahlah kalau begitu aku berangkat bekerja dulu, dahh."

Jiera melambaikan tangannya begitu Naeun berjalan menjauhi gadis itu. Saat mengedarkan pandangan kesekitar Jiera melihat mobil hitam jimin yang terparkir tak jauh dari halte.

Dengan cepat Jiera berjalan menuju mobilnya dan segera masuk.

"Apa aku terlambat menjemputmu?"

Jiera menggeleng sebagai jawaban. Matamya malah terfokus pada plastik-plastik makanan cepat saji di jock belakang.

Menyadari itupun Jimin angkat suara. "Aku membeli makanan untuk makan siang, kau ikut kekantorku setelah ini lalu kita akan pulang bersama saat jam kantor selesai."

Jiera hendak protes tapi mendengar dering telfon Jimin ia berhenti. Ia menatap Jimin yang tampak kesal saat berbicara dengan sang lawan bicara diponsel.

"Ck sudah kubilangkan untuk mengundur sebentar jadwal meetingnya? Aku ada urusan!"

'Jadi dia mengundur jadwal meetingnya karena menjemputku?' Batin Jiera.

"Baiklah aku segera kembali kekantor."

Setelahnya Jimin melemparkan ponselnya dengan kasar ke dashboard lalu menyugar rambutnya kesal.

"Apa karena menjemputku?"

Jimin melirik sebentar lalu menggenggam tangan Jiera dengan sebelah tangannya yang bebas dari stir. "Bukan karenamu, sudahlah jangan dipikirkan."

Sungguh Jiera merasa tidak enak hati. Tapi bukannya dia tidak meminta dijemput ya? Justru Jiminlah yang bersikeras menjemputnya dengan mengenyampingkan pekerjaan yang begitu penting.

"Mulai besok kau tak perlu menjemput atau mengantarku, aku sadar diri untuk tidak kabur jika itu yang kau takutkan." Jiera bersuara setelah cukup lama hening.

"Apa maksudmu? Kenapa kau malah berpikiran begitu? Aku menjemputmu karena keinginanku, sudah kubilang jangan dipikirkan."

"Tapi kau malah mengenyampingkan pekerjaanmu hanya untuk menjemput dan mengantarku." Ujar Jiera tetap pada pendiriannya. "Lagipula kau memberiku uang tadi, aku bisa berangkat menggunakan bus atau taxi."

"Kau keras kepala juga ya," gumam Jimin menyunggingkan senyum, "jangan naik bus atau taxi, mulai besok akan ada supir yang akan mengantar jemputmu. Dan soal uang yang kuberikan tadi kau bisa membeli apapun yang kau mau dengan itu."

Jiera menghela napas. Benar, dia memang keras kepala tapi ia merasa Jimin jauh lebih keras kepala darinya.

***

"Bukankah ini lezat? Aku sering membeli makan siang dari restoran ini." Jimin mengelap mulut Jiera menggunakan tisu setelah mereka selesai makan siang diruangan Jimin.

Epoch [End]Where stories live. Discover now