Epilogue

2.3K 378 19
                                    

Katanya, jika sudah benar-benar cinta maka bagaimanapun kondisi pasanganmu maka akan dengan mudah kau terima.

Kondisi inilah yang menggambarkan kehidupan percintaan Jimin dan Jiera. Bagaimana Jimin yang dulunya bergelimang harta, dan bagaimana Jimin yang sekarang merintis karirnya ulang.

Semuanya bisa Jiera terima, bukan malah meninggalkan Jimin saat pria itu jatuh. Tidak, Jiera bukan tipe wanita seperti itu.

Itulah yang membuat Jimin bersyukur. Wanitanya itu sungguh sangat berbeda dengan para wanita lain yang dia kencani.

Dan 1 yang Jimin sesali, dia sempat berbuat kasar pada Jiera. Jika memutar waktu memang bisa dilakukan, Jimin menginginkan pertemuan yang baik dengan Jiera.

Pendekatan ala-ala anak remaja, memakan es krim ditaman berdua, jalan berdua di kota Seoul hingga malam hari, dan berbagai hal indah lainnya.

Namun sudah dipastikan itu mustahil, memangnya siapa yang bisa memutar waktu? Jimin tentu saja tidak bisa.

Yang bisa dia lakukan sekarang adalah menata masa depannya dengan baik bersama Jiera, berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu menjaga dan membahagiakan wanitanya itu.

"Kalau tidak suka tidak usah dimakan sayang, kau masih bisa memesan makanan yang lain." Jimin tersenyum melihat Jiera yang tampak tidak berselera dengan makanannya.

"Sayang sekali, Jim. Tadi aku kira makanan ini rasanya enak, tapi ternyata aneh. Tidak suka." Gadis itu merengut mengekspresikan rasa tidak sukanya.

Lidahnya yang sudah terbiasa dengan masakan korea kini harus memakan masakan-masakan yang sama sekali belum pernah dia coba, sungguh Jiera tidak suka.

Apalagi dia juga merupakan pemilih dalam makanan. Wanita Goo itu lebih menyukai makanan buatan rumah, bukan makanan siap saji yang dibeli di restoran.

"Ya sudah sayang, tidak usah dimakan lagi kalau tidak suka. Tidak apa, jangan dipaksa." Jimin menarik piring milik Jiera dan memanggil pelayan itu mengambil piring itu.

"Nanti kita akan membeli bahan makanan di minimarket dulu sebelum pulang. Kau pasti ingin makan masakan rumah."

Jiera mengangguk, asik menatap Jimin yang sedang menikmati makannya. Hari ini, hari pertama Jiera keluar dari rumah sakit, dan tentu saja dijemput oleh Jimin.

Jiera sendiri sungguh terpesona dengan sikap Jimin yang semakin lama semakin manis saja. Rasanya, jika Jiera saat itu benar-benar tiada, maka dia akan menyesal melakukan hal bodoh itu.

Dia menyiksa Jimin dengan tingkah bodohnya.

***

"Bagaimana bisa kau tidak menemukannya setelah berbulan-bulan ini hah?!" Suara teriakan Tuan Ryu terdengar begitu menggelegar di ruang kerja itu.

Pria itu merasa begitu kesal karena anak buahnya sama sekali tidak dapat menemukan Jimin dan Jiera selama berbulan-bulan lamanya.

Entah kemana kedua orang itu pergi, mereka sama sekali tidak bisa menemukannya walau sudah mencari ke seluruh kota Seoul.

"Maaf Tuan, tampaknya Tuan Jimin dan Nona Jiera sama sekali tidak ada di Seoul. Kami sudah memeriksa, bahkan sampai di daerah terpencil."

Tuan Ryu malah menggebrak meja dengan kuat. "Aku tidak mau tau! Kemanapun, kau harus mencari mereka hingga ketemu!"

"Baik Tuan, kami akan mencari mereka."

Begitu anak buahnya pergi, Tuan Ryu memegang kepalanya frustasi. Di usianya yang sudah tua ini, Tuan Park malah dipusingkan dengan pekerjaan kantor sebab putranya kini menghilang entah kemana.

Epoch [End]Where stories live. Discover now