014 - Masalah

442 36 0
                                    

Jam pelajaran sudah mulai sejak sepuluh menit yang lalu dan Seokjin masih santai berjalan-jalan di koridor sekolah. Dia berjalan tidak mempedulikan pelajaran yang dari tadi sudah mulai.

Saat dia sampai di halaman belakang sekolah dia langsung pergi ke ruangan rahasia dia dan guru favoritnya. Entah kenapa dia jadi kepingin masuk ke ruangan itu.

Saat dia masuk ke ruangan tersebut, dia langsung duduk di kursi depan piano yang sudah lama tidak pernah dipakai tersebut. Seokjin menekan salah satu tuts itu dengan jarinya.

Dia menaruh kedua telapak tangannya diatas piano tersebut, berusaha mengingat melodi apa saja yang dulu ia sering mainkan. Tak lama kemudian dia mulai memainkan suatu lagu dengan begitu indah.

G Minor Bach - Lou Ni

Lagu yang menggambarkan tentang kesedihan seseorang namun dalam tempo yang cepat. Seokjin memainkannya dengan penuh perasaan, menghayatinya dengan baik.

~Flashback~
"Seokjin, kau berikutnya!" Seseorang dengan headphone dikepalanya berteriak memanggil Seokjin yang sedang berlatih. Seokjin menoleh ke arah orang itu.

"Ayah?" Orang itu mengangguk, meng-iyakan pertanyaan Seokjin. Seokjin membetulkan penampilannya sedikit lagi lalu pergi mengekori orang tersebut.

Seokjin berdiri di belakang panggung, bisa dilihat kalau anak itu nervous luar biasa. Dia tidak berhenti mondar-mandir dan tangannya berkeringat.

"Hey Seokjin," Baekhyun, salah satu rival top five dia memanggilnya. Seokjin menoleh, "kau tidak usah nervous, Ayah mu ada disana, buat dia bangga."

Baekhyun menepuk pundak Seokjin sebelum dia pergi meninggalkannya. "Seokjin! Persiapan satu menit!" Salah satu koordinator itu berkata.

Anak berumur 13 tahun itu mengumpulkan semangatnya dan berjalan keluar. Sorakan sudah dapat terdengar, semua pandangan penonton tersorot padanya.

'Buat dia bangga.' Kata-kata Baekhyun terngiang di kepalanya. Seokjin duduk di bangku piano itu dan menaruh tangannya diatas piano.

Mengambil nafas panjang, dia mulai memainkannya. Penuh dengan perasaan, dihayati dengan sempurna. Bahkan juri-juri pun sampai terbawa perasaan.

Lagu tersebut terselesaikan dengan indah, sekali lagi dia mendapatkan sorakan dri penonton itu, lebih keras. Dia memberikan senyumannya dan menunduk menunjukkan rasa hormat.

'Kau telah membuatnya bangga Seokjin.'

~Flashback off~
Setelah Seokjin menyelesaikan lagu itu, Ia menghela nafas kasar. Bohong, semuanya hanyalah omong kosong. Dia tidak pernah membahagiakan Ayahnya.

Seokjin tidak menangis sekarang, tidak bisa, dia sudah terlalu sering menangis. Dia tidak mau dissbut anak cengeng. Dia tidak pernah mau.

"Permainanmu tadi bagus sekali." Seseorang dari sampingnya berkata. Seokjin meloncat saat mendengar suara itu. Dilihatnya pula Chanyeol di pinggir pintu.

"K-kau kok bisa ada disini?" Seokjin bertanya, mengelus dadanya lembut. Chanyeol berjalan ke arah Seokjin dan menjitak kepalanya.

"Pertama, panggil aku hyung. Kedua, Mrs.Kim dipanggil oleh dinas saat kalian istirahat, dan aku disini untuk menggantikannya."

Seokjin hanya membalas dengan dehaman, malas untuk menanggapi orang itu. "Jadi kau sering membolos?" Dia mengangguk, masih melihati tuts piano tersebut.

"Kenapa?" Chanyeol bertanya, kini duduk di sebelah Seokjin. "Kepingin saja." Seokjin membalas, matanya kosong. Chanyeol menatapi Seokjin sebentar.

"Yak jangan melamun." Chanyeol berkata, memasang muka khawatir. Raut sedih di wajah Seokjin dapat terlihat dengan mudah sekarang.

"Kau tahu kau bisa cerita apapun itu kepadaku kan?" Lagi- lagi Chanyeol berusaha meyakinkan Seokjin. Seokjin hanya mengangguk dalam diam.

"Kalau begitu ceritakanlah." Lengannya sudah ada diatas bahu Seokjin, mengusapnya pelan. Seokjin menggeleng, menolak tawaran hyung satu-satunya itu.

Chanyeol menghela nafas pasrah, dia juga tidak bisa memaksa Seokjin. Yang bisa memaksanya hanya si es kumamon. Terkadang Namjoon juga bisa.

- - -
"Yah Namjoon, kemana teman sebangkumj itu?" Guru yang sedang mengajar kelas IPA bertanya. Namjoon mengangkat bahunya, tidak tahu apa yang mau di jawab karena dia juga tidak tahu kemana dia pergi.

"Paling juga dia membolos lagi."

"Iya, mentang-mentang anak CEO terkenal, dia berlagak seakan-akan dia bisa mengatur segalanya."

"Dia itu sok keren, kuat aja ngga."

"Kamu liat kan yang saat itu kita pergi ke taman dan melihatnya pulang? Aku melihatnya menangis!"

"Wah benarka-"

"DIAM!"

Habis sudah kesabaran Taehyung, dia yang sedari tadi diam dan mendengarkan semua ejekan teman-temannya kepada sepupu yang dia paling cintai itu membuatnya meledak.

Seketika ruangan kelas menjadi hening, suasana menjadi tegang. Bahkan guru yang berada di depan pun sedikit terkejut dengan teriakan Taehyung, anak sopan itu.

Soobin dan Kai menoleh ke arah Eunha, berusaha memintanya untuk menenangkan Taehyung. Belum sempat Nayeon berdiri dari tempatnya, pintu kelas terbuka pelan.

"Permisi Mrs. Choi, saya disuruh Seokjin memanggil Nayeon ke ruangan BK."

Deg

'Hyung, masalah apa lagi yang kau buat sekarang.'

Behind The Mask | JIN X BTS  [HIATUS]Where stories live. Discover now