011 - Pingsan

608 36 0
                                    

Keesokan harinya, Nayeon terbangun dari tidurnya. Tidurnya tidak nyenyak sama sekali, dia masih khawatir dengan kakaknya. Memang dia balik ke kamarnya setelah lama menunggu kakaknya disitu, mau gimana lagi, diluar itu sangat dingin.

Nayeon langsung bersiap-siap dengan baju kasualnya. Ingat, hari ini sekolah masih diliburkan, besok baru masuk lagi. Nayeon mengambil handphonenya dan menaruhnyafi dalam kantong.

Dia pergi ke luar dan mengetuk pintu Seokjin. "S-Seokjin hyung?" Dia bertanya kepada kakaknya itu. Dia mencoba membuka pintunya dan ternyata pintu itu tidak terkunci.

"Hyung?" Dia memanggil hyungnya, kamarnya terlalu gelap sehingga dia menyalakan lampunya. Dia lalu melihat kakaknya yang masih berada di lantai, dengan posisi seperti semalam.

"Hyung, ireona." Nayeon menepuk pundak kakaknya itu. Dia ingin memindahkan Seokjin ke tenpat yang lebih nyaman. Namja itu tidak kunjung bangun.

"Hyung, jebal ireona!" Nayeon mulai khawatir, kakaknya tidak bergerak sedikit pun. Dia langsung mengambil keluar handphonenya dari kantongnya dan menelepon orang yang paking dia percaya.

"Ya Namjoon hyung, bisa kesini sekarang?"

"Ya, ini Seokjin hyung."

"Bawa saja ke rumah mu, tidak masalah kan?"

"Baik, cepatlah."

Nayeon mematikan telefon itu, dia nelepaskan pelukan Seokjin dari lututnya. Meluruskan kaki dan tangannya sementara kepalanya Ia topang di pahanya.

Beberapa saat kemudian Namjoon datang dan langsung memanjat pagar ke dalam dan berlari ke kamar Seokjin. "Apa yabg terjadi padanya?" Namjoon bertanya pelan.

"Ku ceritakan di rumahmu." Nayeon berkata, dia mengambil handphone Seokjin, power bank, dan airpod kesukaannya. Setelah itu mereka langsung gas ke rumah Namjoon.

- - -
"Ada apa ini Joon? Lho, bukankah ini anak manis kemarin?!" Ibu Namjoon yang baru keluar dari kamarnya langsung berlari menuju mereka bertiga.

Seokjin berada di dalam gendongan Namjoon, masih terlelap. "Dia tidak bergerak sejak tadi Ahjumma." Nayeon berkata, merasa takut. Wanita itu memberikan senyumannya.

"Tenang Nayeon-ssi, biar ku panggilkan dokter kesini." Dia berkata seraya meraih handphonenya dan memanggil dokter keluarga kepercayaan mereka.

Namjoon menaruh Seokjin diatas sofa besar di ruang tamu itu. Seokjin masih setia menutup matanya, masih menggunakan piyama hitamnya itu.

"Nayeon-ah, apa yang terjadi semalam? Setauku saat aku meninggalkannya pulang fia masih terlihat senang." Namjoon berbicara pada Nayeon sambil menggenggam tangannya, mereka sudah terbiasa seperti itu.

"Ayah marah karena dia pulang telat.." Sedih bisa terlihat dalam raut wajahnya. "Matanya sembab Yeon, pasti ada sesuatu yang lebih dari itu." Nayeon menggelengkan kepalanya. Meski Namjoon tau kalau Nayeon menyembunyikan sesuatu, dia tetap diam.

"Lho, Seokjin?!" Seorang Namja dengan wajah tampan datang menghampiri mereka berdua. Itu dokternya, lebih tepatnya adik dari Ibu itu.

"Hyung kira siapa?" Tanya Yoongi yang tiba-tiba muncul

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hyung kira siapa?" Tanya Yoongi yang tiba-tiba muncul. Chanyeol menghiraukan pertanyaan Yoongi. Dia menyuruh Namjoon dan Nayeon untuk menyingkir sebentar.

Beberapa saat kemudian Chanyeol membereskan barang-barangnya. "Stress dan lelah, hanya itu saja." Dia berkata dengan santai. Nayeon mengelus dadanya lembut.

'Eungh..'

Terdengar suara erangan dari anak itu. Semua mata langsung tertuju kepada Namja itu. Seokjin mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan keterangan di ruang tamu.

"Hai Jin." Chanyeol berkata dengan senyumannya. Seokjin memasang muka terkejut, Chanyeol kan teman magang gurunya! "H-hyung?" Suaranya masih sedikit serak, Nayeon langsung memberikan segelas air kepadanya.

"Iya, aku bekerja sebagai dokter pribadi disini." Dia berkata, senyumnya tak pernah lepas dari wajah tampan itu. "I-ini rumah Namjoon kan?"

Namjoon menghampiri Seokjin dan duduk di sebelahnya. "Iya, kau tadi pingsan. Adikmu dan aku membawamu kesini." Jelas Namjoon, Yoongi terlihat sedang mengetik sesuatu di handphone kumamonnya.

Sayangnya, Ibu Seokjin harus pergi karena pekerjaannya yang masih menumpuk. "Hyung, kau habis menangis?" Tanya Namjoon, masih bingung dengan kenapa mata Seokjin bisa merah dan sembab seperti itu.

"H-hah? Tidak kok, hanya susah tidur saja." Seokjin beralasan, berharap bahwa Namjoon akan mempercayainya. Namjoon dengan IQ 148 itu tetap saja mempercayainya. Tetapi Yoongi, dia tau.

- - -
"Seokjin hyung!!" Jungkook berteriak dari pintu rumah Namjoon dan Yoongi. Tidak hanya Jungkook yang datang, full set teman-teman mereka datang tanpa ada yang tersisa.

Taehyung langsung memeluk Seokjin erat, Jungkook setelahnya. Kumpulan tiang anak ayam itu mengucapkan 'GWS' padanya. Hoseok dan Jimin langsung duduk disebelahnya.

"Lain kali jangan dipaksa hyung!" "Iya, kalau lelah langsung istirahat aja." Jimin dan Hoseok mulai cerewet. Taehyung mendiamkan mereka berdua karena suara ribut mereka membuat sepupu tercintanya tidak nyaman.

"Hyung, kalau ada apa-apa, cerita saja ke kita. Kita akan mendengarkanmu hyung." Yoongi berkata pelan, semua kata-kata temannya memang men-support Seokjin. Namun dia merasa Yoongi lah yang paling mendorongnya.

"Iya, makasih."

Behind The Mask | JIN X BTS  [HIATUS]Where stories live. Discover now