XII IPA 1

2.4K 375 150
                                    

Ara baru saja datang tentu saja bersama dengan Alan, gadis itu kebingungan saat menemukan beragam makanan di atas meja miliknya.

Ara melirik Alan, "Ini meja gue kan?" tanya Ara memastikan.

"Iya lah, mana ada yang berani nuker meja lo Ra," jawab Alan. Lelaki itu baru saja akan mengambil satu snack sebelum akhirnya Ara mencubit tangan Alan.

"Aww, sakit tau!" ringis Alan, Ara hanya nyengir polos.

"Jangan lo ambil, kalo ini ada peletnya gimana?"

Alan tersenyum, "tenang aja," katanya kemudian.

Alan mulai mengambil salah satu makanan yang ada di atas meja setelah itu ia meletakkannya di lantai.

"Lo mau ngapain sih?" tanya Ara heran.

Alan tidak menjawab pertanyaan Ara dia mulai melakukan aksinya, lelaki berkacamata itu mulai melangkahi makanan yang ia letakkan.

"Kata Asep kalo misal kita dapet makanan secara tiba - tiba biar gak kenak pelet harus kita langkahin dulu makanannya." Alan menjelaskan, sekarang Ara baru ingat bahwa Asep anak kecil yang tempo hari mereka tolong. Pernah bercerita tentang kakak perempuannya yang terkena pelet. Lalu dia memberitahu bahwa, melangkahi makanan adalah salah satu cara ampuh untuk menangkis pelet. Entah lah itu benar atau mitos, tapi yang pasti Alan dan Ara sudah termakan oleh ocehan Asep.

"Terus sekarang makanannya mau lo makan?" Ara bertanyaa saat Alan mulai memindahkan makanan itu dari atas meja Ara.

"Enggak, mau gue bagiin aja biar adil."

Ara hanya manggut-manggut, gadis itu memilih duduk diam sambil memperhatikan Alan yang sibuk meletakan makanan di setiap meja.

"Lo demen banget ngeliat gue kerja,"celetuk Alan, dia mulai menghampiri Ara karena tugasnya sudah selesai.

"Ya kapan lagi kan? Kalo di rumah kan gue yang beres - beres, jadi mayan lah liat lo jadi babu," jawab Ara seadanya, Alan diam tidak membantah dia memilih untuk ikut duduk di samping Ara.

"Kalian udah dateng ya, gimana? suka gak?" Pertanyaan ambigu dari Aletta membuat Ara dan Alan bingung.
Mereka berdua bisa melihat Aletta tengah berdiri dengan Seila dan Dodi Cs juga teman kelasannya yang lain.

"Suka apaan?" tanya Ara singkat.

"Makanan nya." Aletta tersenyum manis.

"Oh jadi itu makanan dari lo." Ara menunjuk meja milik Aletta.

Aletta menoleh, "loh kok makanan nya ada di meja gue."

"Bukan di meja lo aja, di meja gue juga," timpal Seila.

"Di meja kita juga," sahut yang lain, mereka lalu menatap Alan dan Ara meminta jawaban.

"Itu gue yang sengaja nge bagiin buat kalian biar adil, lagian makanannya keliatan mahal gue sama Ara takut alergi." Penjelasan Alan membuat beberapa orang terkagum - kagum.

Pasalnya, Selama hampir dua semester ini. Baru kali ini mereka mendengar suara Alan lumayan lama. Biasanya Alan sangat irit berbicara bahkan saat presentasi maju kedepan Ara lah yang akan banyak bicara, Alan hanya kebagian membenar - benar kan saja.

"Jadi kenapa kalian ngasih gue makanan? Ada maksud tertentu?" Ara mengalihkan pembicaraan, tatapan nya seperti orang yang ingin mengintrogasi.

"Kita sengaja ngasih lo berdua makanan karena kalian udah bikin bu Sri jera buat nyanyi lagi, dan itu juga sebagai permintaan maap dari kita." Alex berbicara mewakili semua temannya, tapi tetap saja walaupun Alex adalah ketua kelas dan mantan ketua osis permintaan maaf Alex menurut Ara tidak ada ramah - ramah nya sama sekali, Ara pikir rumor Alex sebagai The Cold Boy itu bohong tapi sekarang Ara percaya.

"Oh gitu, oke makasih,"
jawab Ara singkat.

Aletta mendekat, "jadi lo mau kan temenan sama kita?"

"Maaf, mungkin kalian bakalan bilang kalo gue terlalu sombong. Tapi gue lebih nyaman begini, gue gak mau maksa orang buat jadi temen gue," jawab Ara, kemudian dia dan Alan pergi meninggalkan kelas.

Dodi kesal. Dia ingin menyusul Ara tapi Aletta menahannya.

Aletta menatap Dodi, "Semua orang punya hak buat memilih, jadi biarin Ara nentuin pilihannya sendiri."

***

Ara masih ingat dengan jelas apa yang terjadi saat mereka berdua di pindahkan ke kelas XII IPA 1.

Semua bermula karena Alex dan Aletta menjuarai olimpiade fisika dan biologi tingkat nasional, berita itu terdengar hingga ke telinga Ranti dan Sarah. Otomatis baik Ranti maupun Sarah dengan gencar menyuruh Roy untuk memindahkan Ara dan Alan ke XII IPA 1. Dengan Alasan agar Alan dan Ara bisa belajar dari Alex dan Aletta, jadi prestasi mereka berdua akan meningkat.

Tapi semua sia - sia, Alan dan Ara masih tetap dengan pendirian mereka untuk tidak ingin menjadi orang pintar. Padahal, mereka mampu, hanya saja mereka tidak ingin. Jadi, walaupun mereka pindah ke kelas XII IPA 1 tetap saja tidak ada perubahaan dalam segi prestasi, mereka tetap berada di posisi sembilan dan sepuluh seperti dua tahun yang lalu.

Sebelum mereka masuk ke kelas XII IPA 1 Alan dan Ara sudah bertekad untuk membenci Alex dan Aletta. karena mereka berdua adalah penyebab utama Alan dan Ara dipindahkan ke kelas anak - anak pintar, kelas yang menurut Alan dan Ara sangat monoton karena anak pintar terlalu ambisius hingga tidak tau cara menikmati hidup.

Flashback on

Alan dan Ara tengah berjalan dengan bermalas - malasan, hari ini mereka harus masuk ke kelas yang sangat menyebalkan.

"Liat aja, gue bakal bikin perhitungan sama Alex dan Aletta itu, pokoknya gue benci mereka titik." Ara menggerutu, Alan hanya mengangguk setuju toh apa yang Ara benci harus Alan benci juga.

Kini mereka berdua tengah memasuki kelas XII IPA 1, hening... itu kesan pertama mereka saat masuk kelas anak - anak pintar.

Ara dan Alan berdiri di depan kelas, membuat perhatian murid yang lain terfokus pada mereka.

Dan ya, kesan pertama mereka saat melihat penampilan Alan dan Ara adalah 'anak cupu yang bisa di tindas'. Banyak dari mereka yang tidak segan menampilkan senyuman mengejek dan tatapan tidak suka. Karena mereka harus menerima murid pindahan dari kelas biasa dengan penampilan yang tidak selevel dengan mereka.

Tapi semua tatapan itu sama sekali tidak mengusik Alan dan Ara, mereka berdua tetap maju memperkenal kan diri.

"Nama gue Ara."

"Gue Alan."

Tanpa basa basi, setelah perkenalan singkat itu Ara dan Alan langsung menuju ke kursi yang masih kosong.

"Stop!"
Alan dan Ara berhenti, kemudian menoleh ke asal suara.

"Kita semua sepakat gak akan terima lo berdua sebagai temen. Catet!" Ara diam dia balik menatap sinis lelaki dengan name tag bertuliskan nama Dodi Dirgantara.

"Oke! gue juga gak butuh temen palsu!" Ara menjawab dengan lantang, membuat semua orang di kelas tercengang. Bagaimana bisa si cupu berbicara seperti itu apalagi pada Dodi bad boys nya SMU Virendra.

"Woii lo cari mati!" Rocky membentak membuat suasana makin tidak kondusif.

"Kenapa? Lo gak terima? Mau berantem?" Ara membalas dengan berani tak terbersit rasa takut sedikit pun.

"Udah! Semua duduk di tempatnya masing - masing! Gak ada bantahan!" Kini giliran Alex si ketua kelas yang berbicara dengan tegas. Semua langsung menuruti perintah Alex, Ara dan Alan pun memilih untuk duduk ditempat mereka.

Sejak saat itu Ara dan Dodi jadi musuh bebuyutan, dan sejak saat itu juga tidak ada yang berani membully Ara dan Alan. Karena mereka tahu bahwa Alan dan Ara pernah menjuarai Taekwondo tingkat nasional.

Flashback off

Ara menghela napas berat, dia beralih menatap Alan. "Jawaban gue keterlaluan ya Lan?"

Alan menggeleng, "Gue setuju sama jawaban lo, dan gue bangga. Buat apa kita punya banyak temen kalo mereka cuma temen palsu. Lagian gue gak butuh temen lagi. Adanya lo sebagai sahabat udah cukup buat gue. Gue gak butuh apa - apa lagi."

***

ALANARA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang