T U J U H

7.5K 194 17
                                    

T U J U H
Sore ini, setelah mendapat pesan jika mama dan papanya sudah pulang dari luar kota Qila langsung memberesi pakaiannya. Memasukkanya ke dalam koper miliknya yang membuat dirinya bergegas untuk pulang. Tidak, lebih tepat menghindari Alga menjadikan kepulangan orang tuanya sebagai alasan.
Gadis itu menarik koper kecilnya yang berwarna biru cerah. Berjalan dengan hati-hati menuruni anak tangga. Gadis itu memegang hendel pintu itu menarik kopernya ke luar kemudian menutup kembali pintu secara perlahan.
"Loh Neng Qila mau kemana ?" tepukan pada punggungnya membuat Qila terlonjak kaget.
"Astagfirullah...Ya allah, Mang Usep. Ngagetin aja deh."  Qila mengelus dadanya, bibirnya mengerutu kesal pada penjaga rumah sahabatnya itu.
"Maafin Mang Usep, Non Geulis. Gak sengaja atuh. Sumpah deh," ucap Mang Usep dengan logat sundanya yang khas sambil mengangkat sebelah tangannya. Jari tengah dan jari telunjukknya mengacung sedangkan ketiga jari tangannya terkepal membentuk tanda 'Peach'. Lalu, pria asal sunda itu tersenyum menyengir menampakkan giginya kepada Qila.
"Qila mau pulang dulu, Mang. Titip rumah ya, Mang", ucap Qila sambil kembali mendorong kopernya.
"Emang mama nya Non udah pulang ?" tanya Mang Usep kemudian mengambil alih koper gadis yang menjadi sahabat dari majikannya. Membantu gadis itu membawa kopernya ke rumahnya yang tepat di depan rumah Alga.
"Udah"
"Den Alga kemana, Non ? Tumben gak di anter sama Den Alga. Apalagi berantem ?", kalimat terkahir yang diucapkan Mang Usep sukses membuat Qila menghentikan langkahnya.
"Kok Mang usep bisa bilang gitu ?"
"Kan biasanya nih... biasanya ya Non. Den Alga selalu nganterin Non pulang kalau nginep di sini. Lah ini tumben absen. Makanya Mang Usep pikir lagi berantem."
"Alga belum pulang dia ada...owh iya ada urusan dulu katanya. Iya urusan dulu....Lagian rumah Qila kan deket. Tinggal nyebrang jalan doang. Hehehe." Qila nyengir kuda kepada Mang Usep setelah menemukan alasan yang tepat atas ke absenan Alga di sampingnya.
"ooooooooooh."
Qila menghela nafas lega berhasil membuat Mang Usep percaya.
"Makasih Mang Usep udah bantu bawain kopernya, Qila" ucap Qila memasuki rumah.
"Iya sama-sama, Non. Salam buat mamanya ya."
"Gak mau mampir dulu, Mang ?"
"Gak dulu deh, Non. Mang Usep masih ada kerjaan nyapuin taman belakang. Pamit ya, Non."
***
Ketika dirinya memasuki rumah, dirinya tidak mendapati siapa pun. Rumahnya terasa hampa, sepi dan sunyi. Berbeda sekali dengan rumah Alga yang ramai dengan lulucon Kak Bayu yang suka menggodanya atau juga perdebatan dua kakak beradik itu.
Qila melemparkan kopernya asal-asalan ke dalam kamar. Menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang biru doraemon yang berada di tengah ruangan kamarnya. Kepalanya mengadah ke atas menatap langit-langit kamar.
Seharian ini, Qila benar-benar menghindari Alga. Mulai dari bangun lebih pagi, sebelum Alga bangun. Berangkat sekolah lebih dulu dengan memesan ojek online. Di sekolah, tiap kali melihat batang hidung Alga. Dirinya langsung ngumpet atau lari ngacir menghindari laki-laki itu. Tak ayal, bahkan ketika Alga menghampirinya di kelas dan mengajaknya makan siang bareng Qila bersembunyi ke toilet perempuan dengan menitipkan pesan kepada Ailin jika ia tidak lapar. Alhasil Ailin membawakan batagor kesukaannya yang ditipkan Alga kepada teman sebangkunya itu. Untung saja, pas pulang sekolah dia tidak perlu repot, sibuk mencari alasan untuk menghindar lagi dari Alga karena laki-laki itu sudah mengirimkan pesan lebih dulu kepadanya. Memberitahu bahwa hari ini dia ada kerja kelompok lagi dan tidak dapat mengantar gadis itu pulang.
Bukan tanpa alasan gadis itu menghindar. Qila malu. Benar-benar malu. Kejadian semalam bener-benar membuatnya malu untuk bertatap muka dengan sahabatnya itu. Semalam mereka berdua hampir saja. Ah...sudahlah.
Suara gerbang dibuka. Sukses membuat Qila bangkit dari tidur ayamnya. Ia berlari ke balkon melihat gerbang rumah Alga yang berada tepat di depan rumahnya terbuka. Alga baru pulang.
Gadis itu memandangi setiap gerakan sahabatnya itu. Mulai dari ia turun dari mobil dengan kedua tangannya yang penuh membawa banyak kertas sampai ketika tubuh itu hilang di balik pintu rumahnya.
Gadis itu mendesah, kalau bukan Alga dan Kak Bayu, ia pasti benar-benar sendiri sekarang.
Qila memandang langit yang mulai berubah warna menjadi kelabu. Dengan kumpalan awan mendung yang sudah berat siap untuk menumpahkan air matanya. Lagi-lagi hujan akan turun membasahi bumi. Matanya sibuk menatap langit yang penuh dengan awan yang bergumpal sampai ia tidak sadar seseorang sudah memperhatikan nya dari balkon rumah disebrang rumahnya. Sosok itu tidak lain adalah Alga.
Dering ponsel mengambil alih perhatian gadis itu. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dari layar hanphonenya tertera nama call id dari seseorang yang dia hindari seharian ini. Qila bergeming menimbang-nimbang untuk mengangkat atau tidak panggilan tersebut. Sisi hitam dan putihnya mulai berdebat membuatnya pusing. Sebelum panggilan itu berakhir, Qila menggeser layarnya menerima panggilan tersebut. Meletakkan Hanphonenya ke telinga kanannya.
"Kenapa gak bilang ?", ucap suara di ujung sana tanpa basa-basi.
"Hah?"
"Kenapa gak bilang kalo mau pulang ?"
"Kan Alga lagi di luar?"
"Kan bisa kirim pesan"
"Qila, lupa", ucap Qila sambil tertawa geli.
"Gak usah ketawa. Gue serem denger sama liat ketawa lo."
"Kok Alga, bisa tau ?"
"Ya bisa lah orang gue juga lagi di balkon rumah," ucapan Alga sukses membuat Qila mengalihkan pandangannya ke depan. Menatap Alga yang memandangnya sambil tersenyum.
Tanpa Qila sadari pipinya terasa panas. Wajahnya mulai memerah seperti tomat.
"Pipi lo merah?"
"Engga! Alga sok tau deh", suaranya Qila meninggi naik satu oktaf. Terdengar hampir menjerit membuat Alga menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Gak usah teriak. Kuping gue sakit denger teriakan lo."
"Makanya jangan sok-sokan jadi cenayang deh."
"Kapan gue bilang gitu. Gue beneran bisa liat pipi lo merah dari sini kok."
"Bohong!"
"Seribu rius deh. Lagipula....", Alga menggantungkan kalimatnya membuat Qila penasaran dengan lanjutan kalimat tersebut.
"Gue suka ngeliat pipi cubby lo merah kayak tomat. Apalagi merahnya karena gue",
"Gue eng.....lah kok dimatiin. Alga...Hallo...Alga...", Qila ingin menyanggah tapi ucapannya terpotong karena Alga telah lebih dulu mematikan sambungannya membuat. Gadis itu kemudian menoleh ke balkon arah rumah Alga melihat laki-laki itu tersenyum kemudian melambaikan sebelah tanganya sebelum berlalu memasuki rumah.
"Ih nyebelin deh. Seenaknya aja matiin telpon. Telpon balik aja deh"
Belum sempat Qila menekan tombol hijau tapi sebuah pesan dari Alga sukses membuat dirinya melotot karena geram.

Alga Hendratakusuma
Gak usah telpon balik. Gue capek mau mandi terus tidur.
Besok pagi berangkat sekolah bareng. Jangan berangkat duluan ataupun ngehindar dari gue lagi. Gue akan kejar lo kemana pun lo kabur.





ATTENTION!!!!!!


ATTENTION!!!!!!

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
My Sweet AlgaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum