Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pernah merasa waktu begitu cepat? Terlalu cepat hingga rasanya kewalahan mengejarnya?. Awalnya kita merasa cepat sehingga bisa mengikuti waktu, nyatanya masih di garis start sedangkan waktu sudah berada di titik kedua lintasan lari.
Kira-kira begitulah yang dirasakan Dohyon sekarang. Tau-tau sudah berada di sekolah padahal semalam ia duduk di sofa bersama Hangyul, sang kakak. Merayu Dohyon untuk bermain game bersama walaupun esoknya ia akan ulangan Fisika. Alhasil bukannya belajar malah menemani Hangyul hingga dini hari. Sampai-sampai ia kena marah mama, kakak nya malah menertawakan bukan membela. Dohyon kesal bukan main dan terlambat ikut bus sekolah. Akhirnya terpaksa ikut Hangyul dengan mobil dan terjebak macet.
“Aduh, lagi?” Dohyon tersenyum lebar.
Pak satpam geleng-geleng saat menemukan Dohyon sedang berjongkok. Kedua bibirnya dimajukan karena merasa kesal. Walaupun sudah diberi uang saku tambahan oleh Hangyul, tetap saja masih kesal. Apalagi Dohyon datang tepat saat gerbang ditutup. Andai saja Dohyon membuka pintu mobil lebih cepat, pasti ia sudah berada di kelas. Walaupun nanti ia akan tertidur selama ulangan.
“Kali ini kenapa lagi, anak kecil?” tanya pak satpam. Sudah berkacak pinggang di depannya.
“Aku sudah kelas 10 paman! Ish!” Sahut Dohyon ketus. Direspon tawa oleh satpam.
“Main game….” Ekspresi Dohyon kembali murung.
Dohyon mendongak ke atas dan melihat kelasnya dari kejauhan. Setelah ini dia pasti harus ikut susulan sendirian. Di ruang audit dengan guru yang akan terus mengelilingi mejanya. Membayangkan saja sudah membuat Dohyon ingin meledak saat itu juga.
Tangannya mengeluarkan lipatan kertas kecil dari saku. Membuka sebentar dan kembali memasukannya lagi. Jika ia benar-benar ikut susulan, maka akan semakin sulit menyontek. Dohyon harus menyiapkan cara lain agar bisa melihat catatan kecilnya nanti.
Sedang meratapi nasibnya sambil menendang kerikil di aspal, Dohyon tak melihat ke depan. Sehingga badannya bertabrakan dengan seseorang hingga keduanya terjatuh.
Dohyon memegangi bahunya yang terasa nyeri, mendongak melihat siapa yang menabraknya hingga mereka jatuh tersungkur seperti ini. Di hadapannya ada seorang pria mengaduh memegangi bahunya. Rupanya masih tak menyadari keberadaan Dohyon.
Namun begitu pria itu mendongak, Dohyon terkejut bukan main. Matanya sampai berkedip berkali-kali memastikan apakah ia salah lihat. Pria di hadapan Dohyon pun sama kagetnya. Keduanya saling tatap beberapa saat, hingga pria itu tiba-tiba merangkak dan mengacungkan telunjuknya.
Yang terjadi selanjutnya adalah Dohyon dicekik tanpa ampun. Pria itu menarik kerah secara paksa dan mencekik lehernya. Kilatan amarah terlihat dari wajah pria itu.
