"Masalah?" balas Daiki sewot. "Sudah ah, Dai mau ke kamar Mama mau tidur. Ingat, jangan ganggu barang-barang Dai," pesan Daiki sekali lagi lalu meninggalkan Ryosuke.

Ryosuke menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah saudaranya yang terlihat kekanakan dan manja, tapi ia merasa sedikit iri melihat apa yang dimiliki Daiki.

***

Ryosuke mengerjap-ngerjapkan matanya. Cahaya mentari pagi yang menerobos lewat jendela membuat pandanganya silau. Ia pun keluar dari balik selimut, lalu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Ohayou!" Terdengar sapaan yang ternyata adalah Daiki yang baru saja membuka gorden.

"Ohayou!" balas Ryosuke lalu bangkit, bermaksud membereskan tempat tidur.

"Sudah, biar Dai yang beresin. Ryo ditunggu Om Yuya tuh di bawah," kata Daiki sambil mulai membereskan kamarnya.

Ryosuke pun keluar dari kamar, tampak pamannya itu sudah bersiap untuk pulang dan Mamanya yang juga sudah rapi dengan stelan kantor, mengantar sampai depan pintu.

"Om!" panggil Ryosuke sambil berlari menuruni tangga. "Om sudah mau pulang?" tanya Ryosuke tampak sedih.

"Iya. Ryo baik-baik di sini, nurut sama Mama," pesan Yuya sambil memeluk keponakannya itu.

"Iya. Om juga hati-hati di jalan," balas Ryosuke dengan mata berkaca-kaca.

"Ya sudah, Om pulang dulu. Sampai jumpa," ucap Yuya lalu berjalan ke arah gerbang, dimana taksi yang akan membawanya sudah menunggu.

Ryosuke melambaikan tangan sampai taksi yang ditumpangi Yuya bergerak menjauh.

Setelah Yuya berlalu, Inoo dan Ryosuke berbalik hendak menutup pintu. Tiba-tiba seorang pria tinggi membuka gerbang dan berjalan ke rumah itu. Inoo yang memang sudah ada janji dengan seseorang pun langsung menyambutnya.

"Selamat pagi, Fukazawa-san," sapa Inoo ramah.

"Selamat pagi, Inoo-san?" balas pemuda bernama Fukazawa itu.

"Saya sedari tadi menunggu Anda. Tunggu, saya panggil anak saya dulu," kata Inoo "Daichan!" panggil Inoo.

"Iya, sebentar," sahut Daiki.

Tak lama kemudian, Daiki keluar sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Ada apa, Ma?" tanya Daiki sambil menatap penuh selidik pada tamunya.

"Kenalkan, ini Fukazawa-san, bodyguard baru kamu," kata Inoo.

Daiki hanya membungkuk hormat sembari tersenyum.

"Ingat, jangan suka iseng lagi, jangan ditempelin permen karet saat dia duduk atau apapun itu. Mama capek cari orang yang mau jagain kamu. Awas kalau kamu begitu lagi," ancam Inoo sambil melotot.

"Iya, iya, Ma," jawab Daiki dengan wajah terpaksa.

"Oh, iya, Fukazawa-san, bukan cuma Daichan yang harus Anda jaga, tapi juga Ryosuke, putraku yang baru pulang dari luar negeri," kata Inoo sambil merangkul Ryosuke. "Anda juga harus menjaganya di sekolah, dan ke manapun dia mau."

"Baik, Inoo-san." Fukazawa mengangguk setuju.

"Eh, Ryo nggak perlu dikawal, Ma. Ryo bisa ke mana-mana sendiri," kata Ryosuke tidak setuju.

"Tidak, Sayang. Ini aturan Mama. Dari kecil Daiki selalu dikawal dan Mama nggak mau ngambil resiko terjadi sesuatu sama kalian. Jadi kamu harus ikut aturan Mama," kata Inoo tegas.

Ryosuke pun akhirnya diam, sementara Daiki menatap Fukazawa sambil tersenyum licik. Sepertinya ia sudah merencanakan sesuatu.

"Ya, sudah Fukazawa-san. Anda boleh mengantar Daiki sekarang," kata Inoo sambil menyerahkan kunci mobil yang biasa dipakai untuk mengantar Daiki.

"Baik, Inoo-san. Saya permisi," pamit Fukazawa.

"Dai berangkat sekolah dulu, Ma, Ryo," kata Daiki seraya melambaikan tangan yang dibalas oleh keduanya.

"Besok kamu sekolah di sekolah Daichan, semua keperluan kamu sudah Mama siapkan. Mama juga sudah daftarkan kamu ke bimbingan belajar untuk pelajaran Matematika," kata Inoo setelah mobil yang ditumpangi Daiki menghilang di balik gerbang.

"Matematika?" tanya Ryo kaget.

"Iya. Mama dengar dari papa dan om kamu, katanya sangat lemah dalam pelajaran Matematika," kata Inoo. "Ryo, kamu anak laki-laki Mama satu-satunya, dan yang bisa meneruskan bisnis Mama cuma kamu. Jadi Mama cuma mau mempersiapkan kamu dari sekarang," lanjut Inoo.

"Iya, Ma." Ryosuke mengangguk paham walaupun ia tidak setuju dengan tindakan mamanya.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu baik-baik di rumah, Mama ke kantor dulu," kata Inoo seraya mengusap kepala Ryosuke.

"Loh, Mama nggak sarapan dulu?" kata Ryosuke.

"Mama sarapan di kantor saja, takut terlambat. Kamu sarapan sendiri nggak apa-apa, kan?" kata Inoo.

"Iya, Ma."

Inoo pun berlalu, meninggalkan Ryosuke dengan perasaan mengganjal di hatinya. Ia merasa tidak suka dengan semua aturan yang dibuat mamanya. Ia suka bebas, tapi mamanya mengekangnya dengan pengawalan ke mana-mana. Ia tidak suka Matematika, tapi mamanya malah memasukkannya ke bimbingan belajar Matematika.

Ryosuke mendengus kesal. Bagaimana bisa Daiki bertahan dengan semua aturan mamanya?

Forbidden Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang