Sebuah tombak menancap di punggung Jisoo, yang untuk terakhir kali memantulkan sinar dari matanya. Kedua maniknya berhasil menemukan Jennie—namun ia hanya terduduk di sana, tidak ada untuknya.

Satu lagi meriam terdengar. Jeritan pilu Rose menyertainya.

Ketika dilihatnya tombak itu dicabut dan langkah Ten mengarah kepadanya, Jennie meyakinkan diri ia harus menyimpan waktu untuk berduka. Dengan sais di tangan kanannya ia bertumpu untuk kembali berdiri, giginya gemertak atas kemarahan. Langkah keduanya semakin mendekat, hingga akhirnya senjata mereka bertemu.

Ten mengarahkan tombak milik June pada perutnya, namun Jennie menjegalnya dengan sais miliknya. Tangan kirinya menarik tombak itu ke sampingnya, menyebabkan Ten untuk ikut tertarik dan jatuh berlutut. Pegangan Jennie terhadap saisnya kini semakin erat, buku-buku jarinya memutih, dan tangannya terangkat. Leher laki-laki itu telah menjadi target terkunci.

Ketika Ten mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya, Jennie telah mengarahkan saisnya untuk beraksi.

Jennie, amarahnya semakin meningkat, tidak akan menyangka adanya interupsi.

Jaehyun terbaring dengan sais menancap di lehernya. Jennie membelalak melihatnya, lantas pandangannya kembali ke arah Ten—yang kini sudah lari menjauh. Dilihatnya Jaehyun dengan darah mengalir deras, membekasi jaketnya, kemudian bunyi meriam kembali terdengar.

Jennie tidak mau repot-repot mencabut saisnya dari leher laki-laki itu, maka ia membalikkan badan untuk melihat tempat Jisoo tadi berbaring. Mayatnya kini telah tiada, menyisakan jejak darah yang dimulai dari dekat api unggun hingga tempat terakhirnya.

Ketika ia melihat Mark, Ten, dan Chungha melarikan diri lewat tempatnya dan June tadi berada, ia beringsut mendekat ke tempat saudarinya, dan di situ Jennie akhirnya menumpahkan air mata.

Ketika ia melihat Mark, Ten, dan Chungha melarikan diri lewat tempatnya dan June tadi berada, ia beringsut mendekat ke tempat saudarinya, dan di situ Jennie akhirnya menumpahkan air mata

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Hoshi tidak berani menghitung sudah berapa lama mereka berjalan sejak matahari terbit. Mau menghitung pun Hoshi tak akan tahu caranya. Waktu seakan berjalan seenaknya di dalam arena. Yang jelas, kakinya sudah mulai pegal dan persediaan air yang YooA temukan di ransel yang ia ambil dari Cornucopia sebentar lagi habis. Di sebuah celah di antara lebatnya hutan mereka memutuskan untuk beristirahat.

YooA dan Binnie melihat celah tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk melihat angkasa—yang jelasnya, tempat burung-burung berterbangan. Binnie meminjam panah yang dimaksudkan untuk diberikan pada Dokyeom, lantas menyusul YooA berdiri di tengah-tengah dan membidik beberapa jabberjay yang terbang ke sana kemari.

Hoshi menaruh jaketnya di dekat tumpukan senjata mereka. Diperhatikannya YooA dan Binnie yang masih berusaha membidik, kedua tangan ia letakkan di pinggang.

"Pernah ngerasa se-gak berguna ini?"

Mingyu tiba-tiba berdiri di sebelahnya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Hoshi hanya bisa menghela nafas mendengar ejekan adiknya. "Gue mau latian pedang seberapa sering juga ga bakal guna kalo ga ada mangsanya," keluhnya.

marked of sorrow | kpop thg!au.Kde žijí příběhy. Začni objevovat