4. Cobaan Hari Pertama

Start from the beginning
                                    

"Kak Arvin?" Lova bergerak mencondongkan tubuhnya, dia perlu mencari tahu kebenarannya.

"Apa, Sayang?"

Aduh ... Lova mendadak mual dipanggil seperti itu. Mungkin akan melayang-layang kalau orang yang Lova suka yang bersikap demikian. Orang yang Lova kagumi kepribadiannya, tutur bahasanya, kecerdasan dan kebijaksanaannya. Ini? Orang yang kewarasannya dipertanyakan, orang yang datang memporakporandakan hidup Lova, orang yang seenaknya melanggar privasi yang dimiliki Lova. Belum lagi dengan delusi tidak masuk akal Arvin yang selama ini menganggap mereka sedang menjalani hubungan diam-diam. Ah, kepala Lova pusing. Dia mungkin akan muntah sebentar lagi.

"Kok, Kak Arvin tahu aku suka perkedel sama ayam kecap? Dari mana juga Kak Arvin tahu aku suka jus tomat?" Lova bisa melihat dengan jelas pantulan wajah Arvin yang sedang meliriknya dari kaca spion. Kacanya tidak ditutup, membuat Lova bisa melihat matanya yang tampak menyipit. Pasti Arvin sedang senyum sekarang. "Lihatnya ke depan, dong, gak usah lirik-lirik kayak gitu. Aku enggak mau belok ke rumah sakit, bukannya ke sekolah."

"Bilang aja lo gugup," jawab Arvin dengan penuh percaya diri. Lalu sorot matanya berpindah ke jalanan, berubah serius. "Masa gue enggak tahu apa-apa tentang pacar gue sendiri? Goblok kalau ada cowok yang kayak gitu. Biarpun lo enggak kasih tahu gue langsung, gue yang bergerak buat cari tahu sendiri."

Sungguh, yang ini juga tidak romantis. Terdengar sangat menakutkan di telinga Lova. Dia berusaha untuk bersikap biasa saja. Rasa penasaran di benaknya jauh lebih besar saat ini. "Nyari tahunya gimana?"

"Gue nguping pembicaraan lo sama temen lo yang ngondek itu." Tanpa merasa bersalah, Arvin menyebutkan bahwa Agus itu 'ngondek'. "Waktu itu lo masih kelas 10, lagi ngobrol di kelas sama dia, ngomongin masalah makanan sama minuman favorit. Gak bisa dibilang gak sengaja nguping juga, sih. Gue sengaja lewat kelas lo biar bisa ketemu lo. Waktu itu kita belum jadian."

Lova manggut-manggut, sebuah kebiasaan jika sudah diterangkan sesuatu. Mau mengerti atau tidak, kepalanya secara otomatis saja bergerak demikian. "Terus, Kakak tahu aku suka warna kuning, mau jadi pilot, mau jalan-jalan ke Raja Ampat, itu dari mana?" Love sedikit terkejut saat Arvin tiba-tiba meliriknya dengan tatapan tajam. "Emm ... kemarin aku diajak masuk ke kamar Kak Arvin sama Bu Indira."

"Gue stalking akun sosial media lo dulu." Arvin kembali fokus dengan jalanan. Sebentar lagi mereka akan memasuki area sekolah. Dan bersiaplah akan menjadi pusat perhatian banyak orang lagi.

Benar juga, feed Instagram Lova banyaknya berwarna kuning. Dia juga pernah memposting foto pesawat saat mengantarkan ayahnya yang akan bertugas ke luar pulau. Caption yang tertulis di sana, Lova berjanji suatu hari nanti ayahnya akan naik pesawat yang dioperasikan olehnya. Dan tentang Raja Ampat, ada satu foto yang diambil Vanka saat jalan-jalan bersama teman kampus. Jelas sekali kalimat yang tertulis di sana berisi keirian Lova terhadap kakaknya. Bahkan, di sana tertulis bahwa dia ingin honeymoon ke sana, bersama suaminya nanti.

"Terus, tanggal jadian kita, kapan?"

Cit!

Duk!

Grep!

Tangan Lova langsung memeluk Arvin supaya tidak terjungkal. Karena secara tiba-tiba, Arvin menarik tuas rem sampai helm mereka bertubrukan. Dan sialnya, motor itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah, berhasil mengundang perhatian banyak orang. Apalagi dengan kalimat yang keluar dari mulut Arvin selanjutnya, lengkap dengan nada dingin.

"Kenapa lo nanya tanggal jadian kita? Udah jadi hobinya cewek buat kasih tes dadakan ke cowoknya, ya?"

***

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now