Part Dua

61.1K 5.6K 313
                                    

Pria itu baru saja keluar dari pintu kedatangan bandara Internasional Soekarno Hatta, kalah teriakan para penggemar begitu histeris menyambut dirinya yang baru menyelesaikan tour konser ke beberapa negara bagian Asia Tenggara.

Tersenyum mendapati sambutan yang begitu hangat, iya angkat tangan kanan, setelah diturunkan masker yang menutupi hidung dan mulut.

Teriakan kian kencang, kala ia memberi senyum dan ucapan terima kasih sebelum kemudian pamit undur diri.

Ia begitu lelah. Para penggemar yang berjumlah puluhan wanita berusia muda, yang menyambutnya dengan perasaan tak menyangka akhirnya bisa melihat langsung kehadiran penyanyi papan atas Indonesia yang namanya terus melejit selama tiga tahun terakhir, setelah lima bulan lamanya tak berada di Indonesia karena mempersiapkan konser hingga tour itu selesai, mempersilakan dirinya untuk ke mobil, karena tahu idola mereka butuh istirahat.

Ya ... istirahat sebentar sebelum mengadakan pertemuan lagi dengan para penggemar yang sudah sangat merindukannya.

Pria yang disebut penggemarnya sebagai Pangeran Patah Hati karena tema lagu yang dibawakan selalu memiliki unsur kepedihan, terutama perihal cinta itu sudah memerintahkan asisten kepercayaan untuk membicarakan kepada para penggemarnya di mana mereka akan bertemu nanti.

Para penggemar yang menamai mereka sebagai Awan Putih itu pasti akan menunģgu hingga sang idola hadir untuk memupus semua rindu.

Awan putih.

Mengapa awan putih?

Karena pria itu adalah Langit Biru. Dan para penggemar yang mencintainya menganggap Langit Biru berjodoh pada Awan Putih yang berarak indah menaungi kumpulan burung yang mengepakan sayap di bawah sinar mentari. Dan awan putih akan terus menemani Langit Biru, yang mereka harapkan akan selalu terang, seterang nama pria itu.

Langit Biru.

Ah ... sayangnya, sinar pria itu tak seabadi nama yang akan ia sandang seumur hidupnya.

Langit Biru, hatinya tak lagi secerah nama dan harapan orang di sekitarnya.

Karena Langit Biru kini sudah menutup dirinya dengan tirai hitam bernama luka, hingga sinar sang raja siang, sulit untuk menembusnya.

"Ke rumah?"

Melepaskan topi dan membiarkan rambut ikal yang mulai panjang di atas bahu, pria itu yang sudah melunturkan senyumnya, menggeleng menjawab tanya sang manajer, Chandra.

"Ke hotel. Aku ngga jamin bisa menemui Awan Putih kalau aku pulang. Nenek pasti membuat seribu alasan untuk melarang aku pergi."

Chandra yang duduk di samping sopir yang menjemput mereka mengangguk sebelum duduk lurus menghadap ke depan, sambil sesekali melirik artis-nya yang duduk termenung di belakang, menatap suasana di luar dari balik jendela kaca hitam mobil yang mereka tumpangi.

"Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan, Lang."

Sedang berpangku dagu dengan singku ia tekan ke pintu, Langit menaikkan sebelah alis sambil menelengkan kepala menatap Chandra. Pria yang lebih tua tiga tahun saja dari dirinya. Sosok yang membantunya bangkit dari keterpurukan beberapa tahun silam.

"Apa?"

Chandra tersenyum, menatapi raut dingin pria itu. Rasanya senyum Langit hanya akan terbit lebar di hadapan penggemar dan keluarga pria itu saja. Selebihnya, senyum pria itu hanya sebagai bentuk formalitas saja, atau memang semua senyum yang terbit indah di bibirnya itu hanya sebuah kamuflase semata. Ya ... untuk menyamarkan sebuah hitam yang tak pernah ingin menyingkir dari kehidupan pria itu.

"Tentang pekerjaan. Em...." Chandra melirik sopir yang merupakan asisten pertama Langit, sebelum kemudian melirik pria lain di samping Langit yang menaikkan sepasang alis ikut penasaran, baru kemudian ia patri tatapan pada Langit seolah sedang meyakinkan diri sendiri. "Sekretaris Gween menghubungi kita. Dia mau kamu jadi bintang tamu acara ulang tahun perusahaan South Agro."

FatedWhere stories live. Discover now