COULD DO ME NO REGRET (I)

1.6K 299 71
                                    

Halo loha! Uhuuuyyy akhirnya bab akhir REARY OR NOT kelaaarrrr! Aku terhuraaa : ' D
Terima kasih banyak buat dukungan tiada henti dari teman-teman, makasih juga udah setia nunggu meski aku updatenya lamaaaaaa banget, hewhew. Aku baru liat kalo book ini viewersnya udah 2k. THANK YOU SO MUCH!!! <3 Ternyata banyak juga yang minat sama book ini : ' D Sekarang book ini udah mencapai akhir. Karena bab terakhir aku ketiknya sampai 10k, jadi aku putusin buat dipecah jadi 3 bab inti dan 1 epilog. Ditunggu update-an selanjutnyaa yaaa (pastinya nggak bakal lama, in sha Allah).

Udah ah bacotnya :< Selamat membacaaa~ <3

.

.

.

Donghyuck mendesis, menggenggam erat pergelangan tangan kirinya, mencoba menghentikan, atau setidaknya, membuat aliran darah yang terus menetes dari telapak tangan yang terluka parah menjadi berkurang. Detak menggila yang menghantam bagian dalam dadanya sama sekali tidak membantu, embusan napas yang terengah dan kasar membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Kedua kakinya pun tak lagi mampu menopang tubuh secara lebih lama, kedua tungkai itu tidak dapat berdiri tanpa gemetar, dan Donghyuck semakin ketakutan, takut bahwa beberapa detik ke depan, ia benar-benar akan menemui ajal.

Johnny dan Renjun, dua orang yang menemukan kehadirannya di perpustakaan sebab keributan yang Donghyuck ciptakan bersama Jisungㅡyang secara teknis berarti bahwa ia menembak mati bocah laki-laki tersebutㅡmasih mengincarnya. Donghyuck sedikit lega bahwa ruang perpustakaan memiliki beragam rak buku yang tinggi menjulang, sehingga ia bisa memanfaatkannya untuk bersembunyi. Namun, itu juga berarti keuntungan yang sama bagi pihak pembunuhnya, sebab Renjun dan Johnny pun dapat mengintainya melalui baris dan deretan rak, mengintipnya dari celah-celah buku, dan Donghyuck memiliki kesempatan yang rendah untuk dapat bersembunyi lebih lama di tempat itu, sedang pistol yang terselip di pinggangnya pun menghantarkan rasa dingin, seolah memohon untuk diraih dan dipergunakan.

Setelah beberapa saat lalu seruan gaduh Johnny terdengar, berikut adegan kejar-kejaran akibat ia dan Renjun berhasil menangkap siluet Donghyuck, Donghyuck akhirnya bisa berhenti berlari dan bersembunyi di balik salah satu rak tinggi, tak begitu jauh dari pintu keluar, sebagai rencananya meninggalkan perpustakaan, cepat atau lambat. Ia menatap sambil meringis ke telapak tangan yang berlubang, terselubung oleh darah yang menggelap, mengisi seluruh permukaan kulitnya, meninggalkan tak adanya warna asli kulit di bagian tersebut, menjalar hingga siku tangannya, sebab lengan yang terus ia angkat, mencegah pendarahan yang lebih banyak. Meski begitu, tetesan darah tetap mengotori lantai, membuat jejak di tiap langkah Donghyuck.

Donghyuck buru-buru mencari sesuatu, benda yang bisa ia gunakan untuk menutup lukanya dan menghentikan pendarahan. Maka, yang ia lakukan kemudian adalah menggigit ujung piama, merobek dan menarik lepas kain bagian depan bajunya, sebelum melingkarkan potongan kain kecil itu ke telapak tangannya. Napas Donghyuck mengeras ketika ia memasang kain dengan gerak pelan di sana, kejutan rasa sakit membuat tangan-tangannya bergetar, dengan jantung berdetak tak karuan, antara takut juga kesakitan. Takut apabila suara desisan dan tarikan napas yang mengeras dari hidungnya akan terdengar cukup bagi telinga dua orang yang masih mengintai dalam ruang perpustakaan yang gelap dan hening tersebut.

Sambil mengikat kain sobekan piama ke telapak tangan dengan hati-hati, berikut rahang yang dikencangkan agar suara erangan tak terdengar lebih keras dari apa yang bisa tercipta, samar-samar Donghyuck mendengar desis percakapan beberapa jarak dari tempatnya. Donghyuck yakin baik Renjun maupun Johnny sudah berada cukup dekat dengan tempatnya, membuat ia dengan buru-buru mengikat sobekan kain, menutupi lubang di tangan, membuat ia harus menelan jerit kesakitan bulat-bulat sebab betapa sakit gerak buru-buru yang ia lakukan. Tangannya bergetar bukan main manakala kain sudah terikat dan memblokir aliran darah sia-sia dari luka tersebut, sehingga yang Donghyuck lakukan adalah berusaha menenangkan diri, berusaha mengatur napas dan melupakan rasa sakit yang seolah mampu membuat ia menggelepar mati saat itu juga.

[✔] Reary or Not [Bahasa]Where stories live. Discover now