KILL OR BE KILLED (I)

1.8K 310 179
                                    

Fajar semakin mendekati putaran masa, keadaan bertambah genting dengan waktu yang tersisa kurang dari seperempat malam. Taeyong, yang mendapat desakan langsung dari sang ayah untuk segera mendapatkan Donghyuck, kendati para rekan turut menjadi korban, terlihat sebagai sosok yang paling tenang meski isi hati dan kepala sangat berantakan. Ia dengan segera memberi perintah agar semua rekan yang masih tersisa kembali berkumpul di titik tempat mereka memulai segalanya: Ruang Bermain. Satu demi satu mulai memasuki ruangan, ekspresi mulai dari lesu hingga kebingungan, memandang wajah yang satu demi yang lain, berbicara dalam atmosfer hening mencekam, mencekik setiap tenggorokan untuk mengeluarkan suara selain daripada gesekan acak antara tangan dengan pakaian yang kusut.

Taeyong memandangi sosok-sosok yang sudah berdiri dalam ruangan itu, mempelajari wajah mereka satu demi satu. Api di perapian nyaris padam, turntable tak memutar lagu selain suara gesekan piring kosong yang mengerikan. Setelah mengatur setiap kalimat dalam kepala serta berhasil menemukan suaranya, Taeyong lantas berkata.

"Hanya ini?" tanyanya, merujuk pada jumlah kawanan yang kini mengisi ruangan. Mendengar pertanyaan macam itu lantas membuat mereka kembali saling menoleh, memperhatikan lebih jeli mengenai wajah sosok satu dengan yang lain.

Memang, mereka kurang jumlah dari yang terdahulu. Tak ada wajah Jeno, Jaemin, Chenle juga Ten di sana, lantas membuat mereka yang tidak tahu menahan napas gusar. Renjun, yang tidak menyadari hilangnya Jaemin sebelumnya, menjadi pihak yang tampak lebih khawatir. Kedua maniknya bergetar, meski mulutnya tak mengeluarkan sejumput leksikon pun. Sementara Jisung, yang menyadari tiadanya Chenle di ruangan itu pun menolehkan kepala ke sana kemari, menanyai orang-orang di sampingnya mengenai keberadaan sang sahabat. Tetapi, jelas tak ada yang mengetahui dengan pasti. Sementara Ten, tidak ada yang melihat lelaki itu terakhir kali.

"Sudah, sudah," ucap Taeyong, menghentikan gerasak-gerusuk di sekitar mereka. "Kalau memang hanya segini, tidak apa-apa. Kita masih menang jumlah, dan dengan kawanan yang sebanyak ini, tidak akan sulit bagi kita menangkap target yang hanya dua orang," imbuhnya.

"Dua orang?" Taeil seketika bertanya, menimbulkan raut bingung serupa di antara rekan lainnya.

Taeyong menyeringai. "Sayangnya kita memang ketambahan satu tamu. Kuharap kalian tidak lupa dengan Mark Lee, teman lama kita."

Seketika, semua orang dalam ruangan itu selain Lucas, mengeluhkan hal yang sama, berapa mereka tak menyukai keterlibatan Mark dalam permainan malam ini. Lucas? Ia hanya mampu tertegun dan diam, tak juga paham ekspresi apa yang selayaknya ia tampilkan.

"Benar, teman-teman. Mark Lee membantu Donghyuck menghindari kita di luar sana."

Jungwoo tiba-tiba mengangkat tangan dengan ragu, menyita perhatian semua orang di sana, membuat kerumunan yang semula menggerutu menjadi bungkam. Lelaki itu tampak ragu-ragu dan tidak bisa menahan diri untuk tak menundukkan wajah, sampai ketika Taeyong menyuruhnya bicara, barulah ia kembali mampu mengangkat muka.

"Apa kita... harus memburu... Mark juga?" tanyanya, sedikit terbata. Jaehyun mendengus di sampingnya.

"Kita lakukan apa yang memang harus dilakukan, Jungwoo." Taeyong melipat kedua tangan di depan dada, eskpresinya malas tak terbaca. "Kalau Mark mengambil peran sebagai penghalang bagi kita dalam mencapai tujuan, maka tak ada salahnya kalau dia juga..." ia mengangkat sebelah tangan mendekati leher, sebelum memberi gestur menggorok, "...dimusnahkan."

Terjadi keheningan selama beberapa saat setelah jawaban itu. Lucas yang berdiri di seberang Jungwoo membuang napas sambil menunduk, sebelum beralih menjadi seseorang yang kembali mengeluarkan pertanyaan, dan itu sesuatu yang telah bersarang dalam kepalanya sepanjang malam ini.

[✔] Reary or Not [Bahasa]Where stories live. Discover now