HIDE AND SEEK

2.5K 393 153
                                    

Halo, salam dari author yang suka ilang-ilangan ini. Ada beberapa alasan sebenarnya kenapa cerita-ceritaku suka lamaaaa banget updatenya.

1. Aku agak kehilangan semangat nulis. Kayak... tiap duduk bentar dan ngetik dikit aja udah ngantuk, udah suntuk gitu T-T
2. Terlalu mudah terdistraksi sama hal-hal gak penting. Contoh: scrolling ig, download-download film -,-
3. Penyakit malas baca kumat, jadi aku gak punya banyak stok kata dan cara penyampaian
4. Hectic dengan masalah hidup (halah). Tapi beneran. Lagi berada di titik 'versi terburuk dari diriku'

Jadi... Mohon maklum yaa. Lagi berusaha jadi bener lagi kok ini.

Semoga kalian suka bab ngebut ini, yang aku ketik, edit, revisi dan beta dalam sekali duduk. Mungkin bakal banyak detail yang terlewat, mohon maafkan saja. Maksa buat update soalnya sadar diri udah ninggalin cerita lama muehehe. Maaf juga buat adegan gore yang malah tidak terasa seperti gore karena mbak yang nulis ini sebenernya gak kuat kalo liat atau ngebayangin luka berdarah-darah gitu yaa... Ihiwhiwhiw :3

Lagu buat bab ini tentu sajo The Hide and Seek Song by Headquarters Music. Bisa didengarkan di Spotify, atau di mulmed kalo gamau ribet keluar masuk wattpad, ehe.

So, please enjoy the story.

***

Malam semakin larut. Pekarangan asrama telah lama redup, menyisakan titik-titik cahaya dari tiang lampu di sekitar gedung sekolah maupun jalanan menuju gerbang. Keadaan pun sunyi, cukup untuk membuat suara serangga-serangga malam menjadi lebih dominan.

Sebagai murid sekolah menengah, pukul lewat tengah malam dijadwalkan sebagai waktu istirahat. Keadaan yang sepi dan semakin gelap pun seharusnya menumbuhkan rasa awas dan menciptakan kesadaran untuk segera tidur, namun bukanlah hal itu yang sekumpulan remaja lelaki, yang mengelilingi meja persegi, lakukan saat ini. Melainkan, mereka diam seribu bahasa, menatap satu sama lain dengan mata yang memicing, seolah tengah mendorong seseorang untuk segera mengisi kekosongan yang telah terjadi sejak perbincangan terakhir kali.

"Petak umpet?" Donghyuck, salah seorang dari remaja lelaki di sekitar meja itu, akhirnya membuka suara. Memecah keheningan yang semula hanya terisi oleh derak di perapian. Lelaki berambut cokelat tersebut terkekeh pelan, memperhatikan setiap wajah di sekitarnya. "Apa kita benar akan memainkannya? Di tengah malam begini?"

Taeyong yang duduk di kursi ujung seketika menggerakkan kepala yang semula mematung bagai bangau tertidur. Kedua telapak tangannya menyatu di depan dada, sedang kotak hitam yang semula dipegangnya telah tergeletak di atas meja. "Aturan tetaplah aturan," ujarnya. "Kartu apa pun yang keluar dari kotak, kita harus memainkannya."

"Tapi pasti ada opsi lain kan, Hyung?" Jaemin yang duduk di samping Donghyuck, yang sejak tulisan di kartu dibacakan telah bersikap begitu tegang, lantas mengajukan pertanyaan. "Maksudku, hari sudah terlalu larut untuk memainkan permainan itu. Mungkin kita bisa memasukkan kartu yang lain dan melihat permainan apa yang akan keluar? Bukan begitu?" Ia melirik gugup pada semua orang di atas meja, namun tak ada yang berani bicara untuk sekadar menguatkan pendapatnya.

Taeyong lantas bangkit dari duduknya dengan perlahan. "Aturan adalah aturan, Na Jaemin," ujarnya tegas. "Kita harus memainkan apa yang kartu perintahkan. Kurasa kau jauh lebih dari sekadar mengerti akan hal ini." Mata tajam lelaki itu, yang semula berpatok pada Jaemin, kini mengedar ke setiap wajah dalam ruangan. "Kita akan main petak umpet, tak peduli apa yang terjadi."

"Kau bilang aku akan memimpin permainan. Bagaimana dengan itu?"

Taeyong kini menoleh pada Donghyuck, pun menyeringai. "Itu adalah aturan yang baru akan kujelaskan. Sangat sederhana sebetulnya, tentu saja dengan alasan tidak ingin memusingkanmu.

[✔] Reary or Not [Bahasa]Where stories live. Discover now