09. Entitas Dua Dua

4.3K 1K 175
                                    

Aku adalah kumpulan doa dari orang-orang disekitarku, sebagian tentunya.




sian
Happy birthday perekque 😘😘🥰

mina
happy birthday anya syg 🥰❤

njun
Hbd teh doanya udh




Dari semua pesan itu, yang paling pertama aku buka adalah dari adikku!





njun

| Hbd teh doanya udh

kapan berdoa? |

| Teteh percaya jun ngedoa?

aisia |

| 😘





Semua pesan itu sudah aku balas, aku aminkan semuanya. Kucari-cari nama seseorang yang harusnya ada, kenapa tidak ada pesan dari Adi? Pesanku dengannya terakhir itu kemarin sore.

"Eh, si teteh ultah, euy. Traktir atuh Aa," kata a Winan begitu aku keluar kamar.

"Kebalik!"

Bisa kutebak kalau A Winan baru selesai nyuci mobil.

"Lucas gak kesini?" tanyanya.

"Lugas," koreksiku.

"Iya, gak kesini?" ulangnya.

Aku dan A Winan duduk didepan tv yang menyala, kulirik ke arah sana sebentar, cuma ada papa.

"Aa kayak gak tau mama, haha."

Dengar itu A Winan gak langsung jawab aku lagi. Tangannya tiba-tiba terulur ngacak-ngacak rambutku.

"Kalo jodoh gak akan kemana."

"Amin."

Hari itu adalah hari minggu yang berbeda dimana biasanya A Winan keluar setelah nyuci motor, dia cuma mandi dan diam di rumah. Begitupun biasanya si Njun apel, kali ini dia juga mandi dan diam di rumah. Alasannya adalah karena mama buat banyak masakan dalam rangka ulang tahunku katanya.

"Nih, teh. Kesukaan kamu Mama buatin,"

"Mana? Oh iya,"

"Aa mau lah,"

"Boleh, Aa..."

"Jun makan, Jun." ini titah Papa lihat si Njun cuma main ponsel sambil nonton tv.

"Si Njun berdoa katanya," kubilang.

"Wah?" A Winan langsung lirik tersangka.

"Emang ngedoa!" katanya sambil nyamperin meja makan.

"Kirain mau mempertahankan gelar." kataku.

"Gelar naon?" tanya A Winan.

"Kafir." jawabku.

Sepuluh Ribu SenjaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt