19

17.5K 2.8K 464
                                    

"Jadi kau benar-benar ingin merawatnya?" Doyoung, yang kini memakai setelan jaket jeans-nya dan juga segelas kopi ditangan menatap heran kearah Taeyong yang kini sedang membaca sebuah surat ditangannya.

"Ya." Wajah kecil itu mendongak menatap sahabatnya. "Ternyata dugaanku selama ini benar."

Doyoung tak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Bibirnya terbuka dengan kedua mata bunny itu yang membesar.

"Kau serius? Kau hanya melihatnya sekali."

Taeyong menggeleng pelan. "Tidak, kali ini aku sangat yakin." Tangannya mengangkat kertas yang sebelumnya ia baca itu dihadapannya. "Jadi, aku cukup tanda tangan saja, bukan?"

Doyoung menghela nafas sebelum mengangguk membalas pertanyaan Taeyong.

Tatapannya tak henti-hentinya tertuju pada pria mungil yang kini mulai membubuhkan tanda tangannya ditempat yang telah tersedia.

"Pengerjaan novelmu akan dilakukan besok, dan mungkin dua atau tiga minggu akan segera selesai." Ucap Doyoung saat Taeyong memberikan lagi kertas tersebut.

Taeyong hanya mengangguk, lalu mulai beranjak dari duduknya dan mengambil tas punggungnya yang tergeletak disampingnya.

"Bagaimana jika Jaehyun tahu?"

Ucapan tiba-tiba dari Doyoung membuat pergerakan Taeyong terhenti. Butuh waktu beberapa menit sebelum Taeyong membalikkan tubuhnya dan menjawab pertanyaan Doyoung.

"Entahlah. Aku hanya akan menunggu apa reaksinya dan aku siap dengan konsekuensinya."

"Tapi tidak semudah itu, Lee Taeyong." Doyoung yang sedari tadi bersandar pada meja kerjanya kini menghampiri lelaki yang lebih pendek darinya itu. "Dengar, kau mungkin bisa melewati Jaehyun atau pun ayahnya Jaehyun itu. Tapi perlu diingat bahwa Jaehyun masihlah memiliki seorang ibu dan juga tunangan."

Satu alis Taeyong terangkat bersamaan dengan bibir cherry-nya yang tersenyum. "Aku tahu. Namun jangan berfikir terlalu jauh seperti itu, aku hanya ingin membantunya."

Helaan nafas kembali terdengar dari Doyoung. "Ya ya ya, aku percaya padamu." Ucapnya sambil mengusak surai cokelat milik Taeyong.

"Telepon aku jika kau ingin dijemput."

Kali ini senyuman miring yang terpampang diwajah Taeyong. "Eyy, kau sangat perhatian ya kepadaku."

Kedua mata Doyoung memutar, jengkel. "Aku memang selalu perhatian kepadamu. Kau saja yang tidak peka."

Taeyong terkekeh mendengar celotehannya. "Seharusnya kau yang menjadi pacarku, Doy." Guraunya.

Decihan kecil keluar dari bibir Doyoung. "Itu tidak mungkin. Kau 'kan menyukai om-om."

Taeyong langsung tertawa kencang mendengarnya. Tangannya menepuk bahu Doyoung dengan keras membuat dirinya mendapatkan death glare dari korban kebrutalannya.

"Mau bagaimana lagi, pria dewasa lebih nikmat."

"Kau mengatakan hal itu seolah-olah kau sudah pernah merasakan milik Jaehyun." Sarkasnya. "Padahal setiap kau butuh pelampiasan, kau akan selalu datang kepadaku."

Taeyong menghentikan Tawanya, diikuti dengan kedua matanya yang memicing. "Kau tahu, kau terlihat sedang cemburu kepadaku."

"Dalam mimpimu, Lee!" Doyoung bergedik. "Sudahlah, sana kau pergi."

Taeyong kembali tertawa. Kemudian ia memajukan tubuhnya dan mencium cepat bibir Doyoung yang terkejut.

"Aku mencintaimu, bunny! Bye!" Teriaknya dan pergi meninggalkan Doyoung yang hanya terdiam mematung.

Paman, Next Door [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang