08

23.3K 3.3K 535
                                    

Jemari kecil itu kini sedang menari-nari diatas tombol-tombol kecil. Kacamata yang sedikit turun sedikit mengganggu konsentrasinya, membuatnya harus menaikkan kembali ke tempat yang benar.

Sementara itu lelaki lain kini sedang menatapnya bosan. Ia hanya duduk selama tiga puluh menit untuk melihat lelaki mungil itu mengerjakan novelnya.

"Jadi, kau benar-benar merubah semua isinya?" Doyoung, yang sedari tadi memperhatikan gerakan si mungil hanya mengeluh bosan setiap detiknya.

Sedangkan Taeyong, lelaki itu hanya mengangguk tanpa mau menjawab pertanyaan dari atasannya itu.

"Tapi mengapa? Ku pikir tidak ada yang salah dari isi ceritamu itu." Doyoung tak habis pikir dengan ide gila dari teman sekaligus karyawannya itu.

Hari terus berjalan, dan otomatis tanggal deadline pun semakin dekat. Namun entah mengapa bocah bar-bar itu justru malah mengulang semua isi ceritanya secara tiba-tiba, membuat Doyoung tak habis pikir bukan main.

"Karena aku membuat sifat karakternya salah disini." Klik. Bunyi itulah yang terdengar sebelum Taeyong merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Sedangkan Doyoung hanya mengernyit tak mengerti maksud Taeyong. "Salah bagaimana? Bahkan jalan ceritamu sudah diterima sejak lama. Jadi mengapa baru sekarang kau bilang salah?"

Taeyong memutar bangku yang ia duduki untuk menghadap Doyoung yang duduk tegak dipinggir tempat tidur. Saat ini mereka memang berada di apartemen Taeyong. Doyoung sengaja datang ke apartemennya karena terlalu terkejut saat temannya itu menghubunginya dan menyatakan bahwa ia akan merubah seluruh isi karyanya.

Taeyong menatap wajah Doyoung yang terlihat meminta penjelasan. "Aku salah membuat sifat karakter Jeffrey, karena nyatanya Jeffrey tidaklah sedingin yang aku tulis."

Taeyong tahu bahwa Doyoung masihlah terlihat bingung. Untuk itu ia kembali menegakkan tubuhnya dan mulai menjelaskan secara detail.

"Aku mulai dekat dengan paman Jaehyun. Dan kupikir, ia tidaklah sedingin yang aku kira. Ia sangat baik, bahkan sering membantuku.." cicitnya.

Alis Doyoung terangkat. "Jadi, karena itu kau merubahnya?" Tanyanya dan dibalas sebuah anggukan oleh Taeyong.

Doyoung menghela nafas. Kemudian beranjak dari duduknya menuju kearah Taeyongㅡlebih tepatnya komputer yang dipakai Taeyong.

Tubuh tegapnya sedikit menunduk. Mata tajamnya kini menatap layar dan jemarinya kini memainkan mouse berwarna pink milik Taeyong.

Tak ada pembicaraan diantara keduanya selain suara klik dari jemari Doyoung dan juga bunyi printer yang kini mulai mengeluarkan kertas-kertas putih bertinta.

Doyoung mengambil kertas-kertas tersebut sebelum akhirnya kembali ke tempatnya. Mata jelinya mulai menatap satu persatu kalimat-kalimat yang Taeyong ciptakan sebelum akhirnya matanya kembali mengernyit.

"Kau menghapus adegan bdsm-nya?" Tanya Doyoung tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas tersebut.

Taeyong menggaruk belakang telinganya. "Uhm, ya. Karena ku pikir, paman Jaehyun tidak menyukai hal itu." Ucapnya pelan.

Doyoung kembali melanjutkan acara membacanya sebelum kemudian kedua matanya kembali mengernyit.

"Tunggu sebentar.." raut wajah yang diciptakan oleh Doyoung kali ini begitu aneh. Ia sedikit memiringkan kepalanya sebelum bertanya pada Taeyong dengan ragu.

"Jadi, kau bilang kau menghapus adegan bdsm karena kau berfikir bahwa paman Jaehyunmu itu terlihat tidak menyukai seks yang seperti itu?" Tanyanya.

Paman, Next Door [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang