37

15K 2.1K 764
                                    

Taeyong dan Jaehyun kini telah berada di pesawat. Tidak bersama Rowoon, pria itu memilih untuk sedikit lebih lama disana. Berusaha mencari ketenangan dan berfikir jernih, jelas pria itu hanya ingin sendiri. Baik Taeyong maupun Jaehyun juga tidak memaksanya, mereka mengerti dan memilih untuk mengikuti kemauan Rowoon.

Jaehyun sesekali melirik kearah Taeyong yang duduk disampingnya. Lelaki kecil itu menjadi pendiam semenjak ucapan terakhir mereka. Memikirkan begitu banyak kemungkinan yang belum pasti terjadi.

Jaehyun sudah memberitahukannya bahwa tak perlu ia memikirkannya, namun Taeyong seperti tak mendengarnya dan terus saja berdiam diri membuat Jaehyun kalut dan khawatir.

Di dalam pesawat mereka hanya terdiam. Jaehyun yang meski khawatir, ia mencoba untuk memberikan ruang agar Taeyong bisa berfikir sendiri.

Untuk menghilangkan bosannya, kini Jaehyun mulai mencoba untuk tertidur. Jarak antara Jeju dan Seoul tak terlalu jauh jika ditempuh menggunakan pesawat, mungkin tidur beberapa menit merupakan pilihan yang tepat untuknya.

Hembusan nafas pelan mulai terdengar dari bibir Jaehyun. Ia baru saja memasuki alam mimpinya jika saja sebuah pukulan kencang bertengger dipahanya, membuatnya terlonjak kaget.

"Paman!" Panggil Taeyong penuh semangat tanpa menyadari bahwa Jaehyun baru saja akan memasuki alam mimpinya.

"Hm?" Hanya gumanan pelan yang Jaehyun keluarkan karena sejujurnya ia sedikit kesal. Namun melihat wajah Taeyong yang kini terlihat sumringah membuatnya untuk menahan rasa kantuk. Wajah ceria Taeyong lebih penting dibanding sebuah tidur.

"Aku tahu apa yang harus kita lakukan jika Ayah menentang hubungan kita." Ujarnya dengan kedua alis yang dinaik-naikkan.

"Hm? Bagaimana?"

Bibir Taeyong kini tersenyum. Ia mulai mendekat kearah Jaehyun dan berbicara sedikit berbisik. Ini adalah misi rahasianya, jadi tidak boleh ada yang tahu selain dirinya dan juga Jaehyun.

"Kita harus meyakini ayah." Jawabnya sambil berbisik membuat Jaehyun memandangnya takjub.

Bukan karena jawabannya, melainkan karena Taeyong yang memilih untuk memperjuangkan hubungan mereka. Jaehyun fikir, Taeyong akan memilih untuk menyerah dan memupus semua perasaan mereka karena sejak semalam Taeyong terlihat murung, namun ternyata dugaannya salah.

"Meyakini? Bagaimana caranya?" Tanya Jaehyun seraya mengambil sebotol air putih dan meminumnya.

"Kita bercinta didepan ayah!" Ucapnya lantang membuat Jaehyun tersedak minumannya sendiri.

Beberapa pasang mata dari penumpang lain terlihat menoleh kearah mereka. Jaehyun yang merasakan hal itu kini pura-pura menunduk, berakting seolah masih terbatuk padahal sejujurnya ia merasa malu.

"Eh, paman kenapa?" Tanya Taeyong panik sambil mengelus punggung Jaehyun.

Jaehyun tak menjawab, ia masih dengan aktingnya. Namun saat Taeyong hendak memanggil pramugari, Jaehyun langsung berhenti dan menghentikan Taeyong dengan membekap mulutnya dengan tangannya.

"Jangan dipanggil. Aku tidak apa-apa." Ujar Jaehyun seraya melepaskan bekapannya.

"Benarkah?" Taeyong masih menatap khawatir karena wajah Jaehyun terlihat memerah.

'Ah, pasti sebentar lagi paman akan demam.' Pikir Taeyong polos.

Jaehyun mengangguk, kemudian sedikit melirik kearah penumpang lain yang kini sudah tidak menatapnya lagi. Membuatnya langsung menghela nafas lega.

"Jadi bagaimana dengan ideku paman? Bukankah itu bagus?" Tanya Taeyong dengan tatapan berbinarnya.

Jaehyun sungguh merasa gemas. Namun mengingat ucapan Taeyong sebelumnya membuat menggeleng menahan geli. "Mengapa ide itu yang kau pilih? Apa tidak ada pilihan lain?"

Paman, Next Door [JAEYONG]Where stories live. Discover now