Chapter 4: My Hero

1K 158 7
                                    

"Tzuyu kamu kok gak makan?".

Seperti biasanya, Tzuyu dan sahabat-sahabatnya duduk bersama di kantin untuk menikmati makan siang mereka. Namun tidak seperti biasanya, Tzuyu terlihat sedang tidak fokus ketika mereka sedang bercakap-cakap. Bahkan, bekal makanan yang dibawa Tzuyu sama sekali belum tersentuh oleh dirinya.

"Kamu kenapa Tzu? Lagi sakit ya?" Tanya Jihyo yang khawatir akan temannya yang paling muda itu.

"Engga kok. Tzuyu cuma lagi pikir sesuatu." Jawab Tzuyu.

"Memangnya Tzuyu mikirin apa?" Sekarang giliran Sana yang menanyakan hal tersebut dengan mimik wajah agak khawatir. Melihat teman barunya itu, Tzuyu teringat akan pesam mamanya semalam. Bagaimana mungkin ia harus menjelaskan semuanya kepada teman-temannya, termasuk kepada Sana.

"B-bukan apa apa kok. Mending kita lanjut makan aja. Sebelum bel berbunyi."

Teman-temannya mengangguk untuk melepaskan kekhawatiran mereka. Namun Sana sendiri tahu, bahwa pasti sedang terjadi sesuatu terhadap Tzuyu. Tzuyu tidak sepertinya menjadi pendiam seperti ini. Sana merasa bahwa Tzuyu bersikap agak dingin terhadap dia dan lainnya.

Sementara Tzuyu, memang saat ini dia sedang bingung. Apakah ia harus menuruti permintaan orang tuanya? Ia sendiri tidak tega jika harus langsung menjauhi Sana begitu saja, sedangkan Sana baru menjadi salah satu bagian dari teman-temannya. Anak kecil seperti Tzuyu tidak tahu harus menghadapi permasalahan, yang jelas-jelas dia sendiri tidak tahu apa alasan ini semua terjadi.

Di saat Sana sudah menjadi dekat dengan dia, ia harus menjauhi Sana. To be honest, Tzuyu sendiri sudah menyukai Sana sebagai teman. Sangat jarang sekali Tzuyu menjadi dekat dengan seseorang dalam waktu sekejap. Sahabat-sahabatnya tahu bahwa dia sendiri bukanlah anak yang gampang bersosialisasi, Tzuyu tidak bisa langsung terbuka dengan orang yang baru ia kenal. Namun dengan Sana, Tzuyu membuka dirinya kepada Sana.

Pada akhirnya Tzuyu hanya bisa mengeluarkan semua pikiran-pikiran itu dari otaknya dan fokus untuk menyelesaikan makanannya. Dan pada saat bel masuk berbunyi, Tzuyu dan lainnya berjalan menuju kelas. Tetapi belum sempat mereka sampai pada ruangan kelas mereka, ada seorang bocah laki-laki yang dengan sengaja berjalan hingga menyenggol Sana. Alhasil, Sana pun terjatuh di lantai.

"Kalau jalan pakai mata dong, dasar jelek." Ejek bocah laki-laki itu. Rupanya, anak laki-laki tersebut merupakan orang yang sama membuat Sana terjatuh pada hari pertama ia pindah.

Melihat hal itu Tzuyu langsung menolong Sana untuk berdiri. Untung saja tidak ada lecet pada kulit putih susu gadis Jepang itu. Namun Tzuyu bisa melihat kalau lutut Sana memerah, mungkin karena terbentur terlalu keras.

"Apa masalahmu? Kenapa kamu memperlakukan Sana dengan kasar?!" Kata Tzuyu dengan amarah. Ia mendekati bocah laki-laki itu, walaupun tubuhnya lebih pendek dari bocah itu, Tzuyu sama sekali tidak takut padanya.

Jihyo dan Nayeon berdiri menjagai Sana, sedangkan Dahyun dan Jeongyeon berusaha untuk mencegah pertikaian antara Tzuyu dan anak laki-laki itu.

"Sudah Tzuyu, gausah diladenin. Mending kita pergi saja." Bujuk Dahyun dengan lembut.

Tzuyu menghela napas, perkataan Dahyun benar. Sebaiknya ia tidak usah peduli dengan anak nakal ini. Bisa saja, jika ia tidak mengendalikan emosinya mereka berdua bisa terlibat dalan perkelahian. Dan Tzuyu tidak mau itu terjadi. Ia tidak ingin orang tuanya dipanggil ke sekolah.

"Kamu beruntung aku gak mau cari masalah." Kata Tzuyu sebelum membalikkan badannya untuk berjalan pergi meninggalkan bocah itu.

"Kamu memang penakut Tzuyu. Kamu dan teman-temanmu sama, kalian semua lemah." Ejek laki-laki itu lagi.

𝘗𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘏𝘦𝘢𝘳𝘵𝘴 • 𝘚𝘢𝘵𝘻𝘶Where stories live. Discover now