08# Di Bawah Sinar Rembulan

421K 59.6K 29.3K
                                    

Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung digoleki pas atimu perih
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung dibutuhno pas atimu loro

- ILUX -

○○○●●●   》♤♤♤《   ●●●○○○

Anak-anak Pak Suyadi yang lainnya tahu bahwa Sastra punya kebiasaan aneh. Setiap kali bocah itu sedih atau sedang frustasi, dia akan berjongkok di halaman depan: mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di sana.

Seperti sore ini misalnya, Eros yang selesai mengelap body mobil di garasi tiba-tiba menemukan Sastra berjongkok di samping bunga-bunga Zinnia milik Mama yang tumbuh dengan subur. Air wajahnya gelap, seakan-akan ada banyak sekali beban yang dipikul oleh pemuda itu.

"Sastra.."

Laki-laki itu hanya berdeham. Masih asik mencabuti rumput dengan tangan kosong. Sementara Kak Ros duduk pada dipan kayu jati tidak jauh dari tempatnya berjongkok. Saat Sastra menoleh, kakaknya itu menyipit saat daun-daun kelengkeng yang diterawangnya ditembus sinar matahari.

"Kak?"

Gantian Kak Ros yang berdeham.

"Masa gue disuruh putusin Sahara."

"Siapa yang nyuruh?"

Sastra menarik napas dalam-dalam. Dia langsung frustasi, "Nana sama Mas Jovan."

Di luar dugaan, Eros malah tertawa. Ia bahkan mengacak-ngacak rambut Sastra dengan sangat gemas saat adiknya itu menatapnya dengan raut wajah yang lucu. Sastra.. Sastra, gue pikir lo udah dewasa. Kata Eros dalam hati.

"Apa yang lucu sih?" Sastra mendengus.

"Ya lo lah! Siapa lagi?"

Kalau sudah begini, Sastra malah semakin malas rasanya. Jiwanya lebih tentram saat berpikir sambil menjambaki rumput-rumput itu. Lumayan kan, Mama tidak perlu repot-repot beli obat rumput.

"Sastra.." panggil Eros. Tapi Sastra ogah menyahut.

"Yang menjalani hubungan kan lo sama Sahara. Kenapa musti repot-repot mikirin pendapat orang lain?"

"Jadi Kak Ros dukung aku sama Sahara?"

"Ya enggak gitu juga."

Bahu Sastra langsung lemas. Dia pikir, dia baru saja punya barikade pertahanan.

"Kalau lo sayang sama Sahara, ya perjuangkan. Tapi Sas, cinta itu yang perjuangin harusnya kan dua orang. Kalau lo sendirian, terus Sahara ngapain? Tim hore?"

Angin berhembus, menerbangkan rambut-rambut Eros yang mulai memanjang.

"Hubungan lo ya keputusan sepenuhnya ada di tangan lo. Lanjut atau berhenti itu juga terserah lo. Jangan peduliin apa kata orang lain diluar circle hubungan lo. Tapi lo juga harus mikir, hubungan lo itu toxic atau enggak. Kalau lo jadi pihak yang lebih banyak dirugikan, alasan lo mempertahankan itu apa? Emang lo nggak mau bahagia?"

"Ya mau lah!"

"Bahagia sama siapa?"

"Sama Sahara dong! Pakai ditanya segala."

"Nah! Saharanya emang mau bahagia sama lo?"

Sastra tidak tahu. Masalahnya, pertanyaan dari Eros juga menjadi pertanyaannya selama ini. Laki-laki itu lantas menghembuskan napas berat, praktis mengundang gelak tawa Eros yang masih memperhatikannya dalam diam.

Setelah melakukan peregangan ringan pada sendi-sendi leher dan bahunya, Eros bangkit. Lagi-lagi menepuk puncak kepala Sastra yang begitu tekun mencabuti rumput-rumput liar.

Tulisan Sastra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang