Chapter 2 : I Love You and Thank You

125 10 1
                                    

"Maaf sebelumnya, berhubung tragedi pertengkaran antara Lee Jeno dengan Park Chanyeol... Ini..."

Kim Saem, kepala sekolah yang usianya sekitaran 50 tahun itu memberikan surat beramplop putih. Nyonya Park menatap lamat surat itu, diiringi dengan tatapan jengah nya kepada kepala sekolah itu.

"Kenapa harus anak saya? Jeno juga bersalah? Mentang-mentang anak saya keterbelakangan mental jangan jadikan alasan untuk itu!" seru tuan Park tak kalah marah.

"Saya juga memberikan skorsing kepada-"

"Hanya skorsing?! Anda sudah gila?! Anak saya hampr terkena gegar otak dan ia hanya diberikan skorsing? Sekolah ini pasti gila!"

"Maaf, tapi anak anda yang gil-"

"Anak saya gila?! Lalu bagaimana dengan kondisi anak di luar sana yang juga sama seperti anak saya?" nyonya Park tidak bisa menahan sakit hatinya, apalagi ketika anaknya dikatai orang gila seperti itu.

"Ma, sudah ya? Chanyeol masih ada disini, jangan bikin dia takut..." Baekhyun masih sibuk memeluk Chanyeol yang masih ketakutan dan terisak, Baekhyun memang memanggil kedua orangtua Baekhyun Ma-Pa karena kemauan mereka berdua.

"Iya, ma. Tenangkan diri mama, disini masih ada Chanyeol. Kasihan dia tampak tertekan seperti itu." tuan Park mengelus bahu istrinya yang tampak terengah, berusaha menetralkan emosinya.

"Baiklah. Saya akan memutuskan untuk mengeluarkan anak saya dari daftar catatan siswa di sekolah gila ini!"

Chanyeol yang mendengar itu lantas menggeleng keras, walaupun kepalanya berdenyut nyeri.

"Ma! Ja...jangan. Ka..kalau Baek... Hyun di..gang..gu gak ada Chan.. Yeol la...gi.."

Nyonya Park menatap lembut ke arah Chanyeol. "Sayang, kau tetap bisa melindungi Baekhyun. Tetapi bukan di sekolah, okay?" Chanyeol menurut, ia mengerucutkan bibirnya dan mengangguk lesu.

"Ma. A...ku mo..hon, Chan.. Yeol te..tap tidak ma..u ber..pisah deng...an Baek.." Baekhyun terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa kini.

Nyonya Park membelai rambut Chanyeol yang terdapat perban. Ia mencium kening anaknya lama dan menggenggam tangan Chanyeol erat.

"Mama percaya sama Chanyeol. Kini, mama kasih kepercayaan ke Chanyeol, dan ada Baekhyun yang selalu disamping Chanyeol, okay?" Chanyeol mengangguk. Ia tersenyum lebar dan mengangguk.

Baekhyun menunduk. Ia memutuskan untuk memberi tahu perasaannya pada Chanyeol kepada nyonya Park, "Ma, aku pengen ngomong sesuatu ke mama..." nyonya Park menatap lembut ke arah Baekhyun.

"Bicara apa, nak?"

"Tapi bisakah kita membicarakan ini di taman sekolah saja? Baekhyun tidak mau Chanyeol mendengar hal ini terlebih dahulu..." nyonya Park mengangguk dan mengikuti Baekhyun menuju taman sekolah.

-o0o-

"A-Aku mencintai Chanyeol..." kalimat itu terucap lancar keluar dari mulutku. Nyonya Park yang tadinya menatap ke arah depan seketika menatapku, menatapku tak percaya.

"Mama tidak percaya ini, Baekhyun." ucap nyonya Park membuatku mendesah kasar.

"Aku tahu ini memang sulit dipercaya. Namun, itulah yang aku rasakan ketika aku berada di dekat Chanyeol. Aku merasa jantungku berdebar setiap kali berada di dekatnya. Dan.. Begitu, aku merasa mencintainya!" ucapku tegas.

Nyonya Park terdiam, membuatku mendadak canggung. Lalu, terdengar isakan kecil dari Nyonya Park.

"Kau tahu sendiri kan dari dulu tidak ada yang mau berteman dengannya. Semua menjauhinya. Aku menyuruh ayahnya untuk menyekolahkannya di rumah saja, tapi... Ayahnya menolaknya dan juga dengan alasan dari Chanyeol bahwa..."

"... Chanyeol ingin melindungi dirimu, walaupun dirinya malah yang terluka, Baek. Karena itu."

Seutas kalimat yang entah kenapa ingin membuatku menangis atau bahagia karena merasa dilindungi oleh sahabatku itu.

-o0o-

"Baekhyunnn!!! Baekhyunnn!!! Ini akuuu...."

Oke, sudah dipastikan bahwa pemilik suara baritone itu adalah Chanyeol. Aku tertawa kecil lalu pergi ke lantai bawah, membuka pintu depan rumahku.

"Chan? Kenapa?" aku tersentak melihat tubuhnya yang tampak berkeringat dan juga dadanya yang naik-turun. Tampak seperti orang habis dikejar sesuatu.

"Kau kenapa?" tanyaku memegang lengannya.

Chanyeol memberikan bunga mawar merah padaku, lalu tersenyum bodoh.

"Ini un..tukmu. Tadi aku meme...tiknya di kebun pa...man Shin. Lalu aku di...kejar oleh anjing liar, lalu me...mutuskan un..tuk kesi..ni..." aku terdiam. Lalu meringis sendiri.

"Jangan seperti itu lagi! Untung saja anjingnya tidak menggigitmu. Tidak ada yang terluka kan?" Chanyeol tersenyum dan menggeleng kuat.

"Eh, ada Chanyeol..." Chanyeol mengangguk lalu membungkukkan badannya sopan ke mamaku.

"Baekkie, sejak kapan dia disini?" tanya mamaku sambil menghampiriku dan Chanyeol. "Barusan saja, ma!" mama tersenyum dan mengelus kepala Chanyeol lembut. "Ayo, masuk dulu sini..."

"Eh, gak usah ma! Bentar lagi Chanyeol pulanh, kok!" sanggah pria tinggi itu masih tersenyum. Lalu, mata mama menjuru ke mawar merah yang ku pegang, lalu menyeringai jahil. "Oh, jadi kalian sudah pacaran??" goda mama lalu segera aku balas dengan tatapan malu. "Ih, mama ngeselin!" mama terkikik geli, lalu segera pergi.

Ya. Meninggalkanku berdua dengan Chanyeol.

Aku tersenyum menatap wajahnya, lalu ku fokuskan di pipinya, terdapat goresan kecil. "Ini kenapa?" tanya menyentuh pelan luka itu. Chanyeol meringis pelan lalu mengerucutkan bibirnya lucu. "Ini? Itu... Tadi a..ku di..seko...lah kena ujung me..ja gara gara ber..tengkar deng...an Jeno..." ungkapnya lucu. "Lalu mengapa kau tak melawannya?"

Chanyeol menyeringai, dan satu dimple muncul di pipinya. Oh! Siapa yang mengajarkan hal itu kepadanya?!

"Hei, ada apa dengan senyummu itu?" ucapku sedikit merona. "Ini tadi diajarkan oleh Jongin. Katanya, kalau aku sering menunjukkan ini kepadamu, kau bisa tertarik padaku!" ucapnya lagi.

Tanpa kau tersenyum seperti itu saja aku sudah tertarik padamu, Yeol!

Aku tertawa. Lalu berjinjit dan...

Chu~

Aku mengecup pipinya yang terluka, membuat raut wajah bingung di wajahnya dan lebaran matanya.

"Ta-tadi itu?"

"Aku mencintaimu!" seruku sambil menunduk malu. Chanyeol masih menatapku bingung, siapapun tolong tenggelamkan manusia raksasa ini!

Aku mendelik dan menghembuskan nafasku. "Aku tertarik padamu!" kalimat itu membuat Chanyeol tersenyum lebar, ia bertepuk tangan dan bersorak. "Jo...ngin benar! Aku mem...buatmu terta...rik padaku... Kkkk, itu lucu!" tawanya terbahak-bahak membuatku mendengus.

"Sudah, kan?" tanyaku sambil menepikan poni hitamnya yang hampir menutupi rambutnya. Chanyeol mengangguk. "Hu'um! Sim..pan bunga itu ba...ik-baik, ya?" aku tertawa pelan dan mengangguk. Setelahnya, Chanyeol pergi dari rumahku, dengan berlari sedikit tergesa.

Bunga ini akan selalu simpan. Ini adalah kamu, selalu di benakku, ragaku, dan hatiku, Chanyeol! Love and Thank You...

—o0o—

Comeback!🥴

Delete, next, or stop?
Don't forget for vote and comment!
감사합니다!

. Big Love From Chanbaekist! .

-©marsaturncx!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY IDIOT BESTFRIEND (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang