"Gue gak peduli mau lo ketos atau bukan! Itu gak ada hak buat gue nonjok muka lo yang sok kegantengan ini kan?"

Bachtiar menggeleng dan segera menepis tangan Evan yang ada di kerah bajunya. Hal itu mengundang para siswa-siswi SMA Pasifik yang ada di kantin langsung menonton kejadian menegangkan itu. Most wanted boy VS Ketua OSIS.

"Vann.. udah," Laras memohon pada Evan agar langsung membiarkan saja Bachtiar pergi. Tapi Evan menggeleng dan bersikeras ingin mencekik cowok itu lagi.

"Dia udah keterlaluan! Udah deketin lo gitu aja! Maksudnya apa? Dia suka sama lo? Iya?"

Laras menggeleng. Bachtiar hanya diam saja di kursi itu. Tangannya sibuk merapikan dasi yang dikenakannya.

"Kalau sekali lagi gue liat lo deketin cewek gue, muka lo yang sok kecakepan itu hancur di tangan gue!" Ancam Evan tidak main-main. Cowok itu sudah pergi meninggalkan kantin. Siswa-siswi yang lain sudah kembali fokus dengan makanannya masing-masing. Laras mendengus, semakin hari Evan semakin possesif saja. Padahal kan mereka tidak berpacaran, hanya sekedar komitmen saja.

"Kalau ada cowok yang berusaha deketin kamu, jangan diterima atau diladenin! Gue gak suka!"

"Kemarin Erlin meluk kamu, kamu terima! Apa?!"

Mata Evan terbelalak, kejadian itu sudah lewat beberapa hari yang lalu. Kenapa masih saja diungkit kembali?

"Makan aja! Gak usah bahas-bahas itu. Kan gue udah minta maaf!" Bentak Evan yang membuat pandangan siswa-siswi lain yang sedang di kantin itu menoleh pada mereka berdua. Laras sudah tidak mood makan sekarang, ditambah Evan membentak dirinya. Evan tidak tahu apa? Kalau Laras dibentak pasti bakalan sedih dan lemah seperti ini. Gadis itu segera pergi keluar kantin meninggalkan dirinya. Sepanjang koridor pun banyak siswa-siswi lain yang bertanya-tanya melihat Laras menangis sambil berjalan di koridor kelas yang memang masih ramai karna jam istirahat masih berlangsung.

Ersya yang sedang duduk berdua dengan Naura pun langsung menahan pundak gadis itu, Laras menundukan kepalanya dalam. Tak berani menatap wajah Ersya,

"Kenapa? Diapain lagi sama Evan?" Tanya Ersya lembut. Ia menoleh sebentar pada Naura. Naura yang seakan mengerti tatapan Ersya padanya pun langsung mengajak Laras agar ke taman belakang sekolah sekarang supaya gadis itu tenang.

Sesampainya di taman belakang sekolah pun, Naura menyuruh gadis itu untuk duduk dan ia menurut. Naura juga ikut duduk di sebelahnya,

"Coba kak ceritain, kakak ada masalah apa sama kak Evan?"

Laras menghembuskan nafas, "gue gak ngerti lagi," lirihnya.

"Gak ngerti gimana?"

Laras tidak menjawab. Ia sibuk mengusap air matanya, lalu kembali menundukan kepalanya.

"Gue trauma kalau dibentak seseorang, apalagi itu sama Evan. Dan tadi dia bentak gue di kantin. Rasanya gimana coba? Malu,"

Naura mengangguk paham dan segera mengelus punggung Laras agar gadis itu sedikit tenang. Naura paham, gadis yang usianya satu tahun lebih tua darinya ini memiliki masa lalu yang sangat pahit dengan ayahnya. Jadi kalau ada seseorang yang berani membentaknya, pasti Laras akan down seperti ini.

EVALARA [✔] Where stories live. Discover now