[EVALARA • 36]

1.8K 120 0
                                    

"Vann! Dipanggil sama bu Ayu di ruang guru!" Kata Deon, salah satu teman sekelas Evan. Evan mengangguk dan berjalan keluar menuju ruang guru. Laras merasa bingung, ada apa bu Ayu memanggil Evan kesana? Ada hal yang pentingkah?

"Ngelamun mulu! Entar kesambet, syukur," ejek Ersya sambil duduk di depan bangku Laras yang kosong. Laras mendelik sebal,

"Ngapain? Gak ngapelin si Naura?" Tanya Laras pada cowok itu. Ersya menggeleng dan mulai memiringkan ponselnya untuk bermain game.

"Dia lagi ke rumah sakit," jawab Ersya datar. Laras mengernyit, "siapa yang sakit?"

"Ah, kepo lo," cibir Ersya yang pergi dari tempatnya duduk tadi. Ia berjalan keluar kelas untuk mencari angin.

Sesampainya di ruang guru, Evan dipersilahkan duduk oleh bu Ayu, guru mata pelajaran Fisika khusus kelas dua belas.

"Maaf, bu. Saya dipanggil kesini ada apa ya?" Tanya Evan bingung. Bu Ayu tersenyum dan mulai berbicara,

"Kamu bersedia untuk ikut olimpiade Sains tingkat Nasional di Bandung? Mengingat kalau kamu adalah satu-satunya juara umum 1 paralel. Ibu ingin, kamu mengikuti lomba itu yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Ini lomba terakhir yang bisa kamu ikuti sebelum kamu benar-benar disibukan dengan segala macam ujian menjelang UN,"

Evan tersenyum tenang dan mengangguk, "saya siap bu untuk ikut itu. Kira-kira kapan?"

"Lomba itu akan diadakan minggu depan. Kamu tidak sendiri. Karena pihak lomba menyuruh sekolah mengutus tiga orang untuk satu tim. Ibu sudah menyuruh Rafa dan Erlin untuk ikut juga,"

Evan kenal dengan mereka berdua. Langsung saja ia mengangguk dan bu Ayu mempersilahkan cowok itu keluar dan Evan tersenyum senang saat mendengar pernyataan dari bu Ayu kalau ia diikut sertakan untuk mengikuti lomba olimpiade Sains tingkat nasional di Bandung, Jawa Barat selama tiga hari. Kalau ia dan tim nya bisa membawa pulang piala dan beberapa uang binaan yang jumlahnya tidak sedikit, pasti ia bisa membanggakan SMA Pasifik dan orang tuanya. Evan sangat tidak sabar untuk menunggu olimpiade itu tiba.

Ia memilih untuk berjalan ke arah perpustakaan untuk sekedar belajar disana. Iya, dia memang pintar dan berotak cerdas, tapi apa salahnya kalau ia belajar dan terus menggali ilmu?

Setelah mendapatkan beberapa buku tebal di tangannya, ia langsung mencari tempat duduk dan setelah mendapatkan tempat duduk, ia mendudukan diri. Membuka satu buku tebal berisi rumus-rumus kimia untuk sekedar ia baca dan ia pahami.

Sedangkan di kelas, Laras tampak gelisah karena sudah lebih dari tiga puluh menit, Evan tidak kembali lagi ke kelasnya. Kemana perginya cowok itu? Laras mendengus sebal. Ia memilih untuk tidur saja setelah melipat kedua tangannya di atas meja. Matanya mulai terpejam, perlahan ia masuk ke alam mimpi.

Laras mendengus, ia melirik ponselnya. Sudah beberapa hari ini, Evan tidak pernah mengirimnya pesan. Pesan yang ia kirimkan pada cowok itu tidak pernah mendapat balasan. Apa cowok itu sudah bosan padanya? Laras takut kalau sampai hal itu terjadi. Ia sebenarnya sudah berusaha menepis segala pikiran negatifnya. Tapi sayang, ia terus berpikiran yang tidak-tidak.

Di kelas pun, Evan banyak berubah. Hanya sekedar melemparkan senyum seadanya, lalu saat istirahat, ia tidak pernah ke kantin untuk sekedar makan bareng dengannya atau dengan kedua temannya. Evan jadi berubah sekarang, Laras sedih melihatnya.

Pada saat pulang sekolah, Evan tidak pernah mengajaknya pulang bareng lagi. Pernah Laras bertanya pada cowok itu,

"Kok kamu udah gak pernah mau pulang bareng aku lagi? Aku bau ya? Nanti aku beli parfum yang banyak kok. Tenang aja! Atau aku bawel ya? Padahal aku selama ini kalau lagi boncengan sama kamu selalu diem. Kamu kenapa sih?" Tanya Laras pada cowok itu. Evan hanya menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala dan langsung pergi meninggalkannya di kelas sendiri. Laras menatap punggung itu dengan nanar, rasa sesak mulai menyelimuti hati kecilnya.

EVALARA [✔] Where stories live. Discover now