[EVALARA • 34]

1.8K 131 3
                                    

Dua bulan kemudian...

Sekarang, Laras sudah duduk di kelas dua belas, tepatnya di kelas 12 IPA 5. Ia rindu akan sosok Sheila. Sayang sekali, gadis itu memutuskan untuk pindah ke luar kota sekeluarga. Tepat sehari saat kepulangan Sheila dari rumah sakit, gadis itu memberinya sebuah pesan lewat chat. Ia mengatakan, kalau Sheila akan pindah rumah serta sekolah ke Medan.

Sadam Savero, cowok yang diketahui menyukai Sheila itu pun tak bisa melarang Sheila meninggalkan dirinya. Setidaknya ia lega, perasaan sukanya terhadap Sheila tak perlu ia pendam lagi. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukanya di rumah sakit dua bulan yang lalu,

Flashback on,

"Dam, ajak gue jalan-jalan di sekitar rumah sakit ini. Gue bete," pinta Sheila dengan wajah memelasnya. Sadam tersenyum dan mengangguk menuruti keinginan gadis itu. Langsung saja, ia menarik kursi roda dan membantu Sheila agar duduk di kursi roda tersebut.

Akhirnya, Sadam membawa gadis itu ke taman bunga yang ada di rumah sakit itu. Ia berlutut di depan gadis itu, memberinya setangkai bunga yang ia petik tadi.

"Ini, buat lo,"

"Loh, tumben banget ngasih gue bunga. Ada apa?" Tanya Sheila bingung. Sadam tersenyum tipis dan meraih kedua tangan gadis itu untuk digenggamnya,

"Gue suka sama lo," ungkapnya jujur. Mata Sheila terbelalak lebar,

"A-apa? Lo su-suka sama gue?" Tanya Sheila memastikan. Sadam mengangguk mantap, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong kemejanya, sebuah kalung berliontin bulan bintang dengan inisial S&S tampak sangat indah apabila Sheila memakainya.

"Sini gue pakein. Pasti tambah cantik," ujarnya lembut. Sheila tersipu malu, ternyata Sadam menyukainya. Ia tidak menyangka.

"Sheila mengangguk dan segera mengangkat rambutnya ke atas agar mempermudahkan Sadam dalam memakaikan kalung tersebut pada cewek yang ia sukai.

"Cantik banget, jangan pernah dilepas ya," pesan Sadam dengan nada lembut. Sheila mengangguk dan tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi sendu. Sadam bingung dan langsung mengelus punggung tangan Sheila dengan ibu jarinya,

"Kenapa hm? Ada yang sakit?"

Sheila menggeleng pelan, "kayaknya, gue bakal pergi, Dam,"

Kening Sadam berkerut, "kemana?"

"Ke Medan, menetap disana. Otomatis, gue juga pindah sekolah pas naik kelas dua belas,"

Sadam jadi sedih, baru saja ia mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, tapi sekarang? Ia harus menerima kenyataan, bahwa gadis itu akan pergi jauh darinya.

"Maafin gue, Dam. Sebenarnya udah lama gue mau bilang ini. Cuma gue gak berani, apalagi gue udah bikin onar di sekolah. Gue malu, apalagi sama Laras. Pasti dia kecewa banget punya sahabat kayak gue. Emang dasar guenya, gak tau diuntung. Gue juga udah ngerusak kebahagiaan dia. Gue salah besar. Ini memalukan banget bagi gue," lirih Sheila. Tangis Sheila pun pecah seketika. Sadam menggeleng dan langsung memeluk tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya.

"Udah jangan sedih. Laras udah maafin lo kok. Tenang aja. Gue gak mau liat lo sedih gini, apalagi didepan gue. Gue gak bisa liat cewek nangis," ucap Sadam serius. Sheila mengangguk dan melepaskan pelukan itu, menatap Sadam penuh arti,

"Makasih banyak, Dam. Gue gak bakalan ngelupain orang yang udah bikin hidup gue berkesan selama disini."

Sadam mengangguk dan mengelus pipi pucat gadis itu, "suatu saat, kalau gue udah punya duit banyak, gue bakalan susul lo ke Medan. Gue mau minta restu sama orang tua lo,"

EVALARA [✔] Where stories live. Discover now