'Yesss, makasih Pa. Papa emang peka banget deh jadi cowok. Papa ter ter ter the best deh,' Gumam Intan dalam hati dengan mata terpejam dan bibir yang mengembang.

Namum tiba-tiba saja ada yang membuka pintu mobil, lantas Intan langsung  membuka matanya yang semula terpejam dan melihat kesamping kiri.

"Pa-," belum selesai Intan mengucapkan kalimatnya, mata Intan langsung melebar kala itu, shock dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.

"Keluar!"

"Ta-tapi."

"Keluar Intania!"

"Pa," rengek Intan.

"Mau semua fasilitas kamu Papa tarik? Termasuk handphone dan laptop kamu?" Ancam Rio tak main-main.

Intan menggeleng cepat dan segera keluar dari mobil, Intan tidak ingin laptop dan ponselnya di sita. Kedua benda tersebut adalah temannya di rumah yang menemani Intan disaat apapun. jika di ambil maka Intan akan merasa sangat kesepian.

Rio memang sangat menyayangi Intan bahkan sering memanjakannya tapi Rio juga kadang perlu bersikap tegas kepada Intan layaknya seorang ayah pada mestinya. terlebih lagi masalah sekolah. Rio tidak ingin Intan menyia-nyiakan sekolahnya.

Rio hanya ingin Intan bisa mewujudkan mimpinya dan menjadi orang yang berguna bagi dirinya, keluarga dan juga orang lain.

Setelah Intan keluar dari mobil Rio kembali masuk kedalam mobil sedangkan Intan masih diam mematung memperhatikan papanya. Rio menurunkan kaca mobil dan menatap putri kesayangannya.

"Selamat menikmati hukumanmu sayang," ujar Rio dengan nada menggoda dan seringai di bibirnya membuat Intan kesal setengah mati.

"Papa!" teriak Intan keras dengan kaki yang di hentak-hentakan ke tanah membuat guru yang ada didalam sontak membuka gerbang dan menghampiri Intan. Sedangkan Papanya sudah pergi dengan tergelak mendengar teriakan Intan.

"INTANIA!" suara bu Dian terdengar jelas di gendang telingan Intan yang membuatnya takut setakut takutnya melebihi orang yang takut setakut takutnya orang takut. pokoknya gitudeh gak bisa di jelasin.

Intan perlahan tapi pasti mulai membalikkan badannya menghadap bu Dian. Dengan mata terpejam dan tentunya sambil merapalkan doa dalam hati.

'Allahumma inni a'udzu bika minal khubutsi wal khobaits.'

'Aduhhh mati gue. Pa, ma. maafin Tania yang sering lupa siram WC ya.'

"Ehh ibu. udah lama disini bu? Kenapa ibu nggak masuk? Disini panas loh bu. Kan sayang ibu udah beli skincare mahal-mahal. Mending ibu masuk deh, emang ibu gk ngajar? Udah ber..."

Intan terus saja berceloteh tidak jelas, mengajukan pertanyaan pertanyaan yang sama sekali tidak penting. Namun saat menyadari raut wajah bu Dian yang sepertinya tidak bisa di ajak bercanda, Intan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Ma-maaf bu, lupa di rem," cicit Intan.

"BERSIHKAN SELURUH LAPANGAN!" Titah bu Dian tak terbantahkan.

WHAT THE . intan reflek melebarkan matanya dengan mulut sedikit terbuka.

Seluruh lapangan? SMA STARCAL memiliki lapangan yang sangat luas. Bagaimana bisa Intan mengerjakannya sendiri. Intan belum sarapan dan nampaknya matahari akan bersinar dengan terik hari ini.

"Sendiri bu?"

"Hari ini hanya kamu yang telat. Kerjakan hukuman kamu setelah itu kembali ke dalam kelas."

Intan mengangguk pasrah. Ia berjalan melewati gerbang dengan langkah gontai dan tak ikhlas. Sesekali dia menendang krikil yang ada di depannya.

'Ya allah. Ambillah nyawa bu Dian. Hamba rido," batin Intan

INTANIA : Melepas Pergi (SELESAI✔)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα