3. Sejak Kapan Kita Pacaran?!

1.2K 67 0
                                    

Musik romantis menggema di restauran itu. Restauran yang ditujukan untuk orang-orang yang sedang makan malam dengan kekasih tercintanya.

Beby merasa sedikit risih dengan keadaan sekitar, tidak berisik walau banyak pengunjung.

"Babe, dimakan makanannya!" Pinta Alan.

"Sebenarnya Kak Alan siapa sih?"

"Aku? Pacar kamu lah,"

"Hey sejak kapan kita pacaran?!"

"Sejak kamu datang kerumahku,"

Beby merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Aneh! Hanya karena ia masuk kerumah itu tiba-tiba saja jadi pacar? Gila bukan?

"Berarti kalau pria yang datang kerumahmu juga pacar kakak?"

"Ya enggak mungkin lah, aku gak akan mencium pria, aku normal"

"Atau kalau wanita lain yang datang juga akan jadi pacar kakak?"

"Selama aku tidak menciumnya tidak akan,"

Wajah Beby terasa memanas mendengar kata 'cium' dari mulut Alan.

Alan menyadari perubahan wajah Beby langsung tersenyum miring khas orang licik.

"Jadi Babe, kenapa kamu belum memakan makananmu? Apa mau aku suapi secara khusus?" Tanya Alan dengan wajah menggoda.

Beby langsung gelagapan. Jantungnya berdegub teramat kencang. Ia pun langsung memakan makanannya.

Alan tersenyum manis melihat tingkah Beby yang terlihat gelagapan dan kaku saat ia goda.

Setelah menghabiskan makanannya, Alan memilih untuk langsung pulang.

Motor sport Alan masuk kedalam halaman rumah Beby. Beby turun dari motor itu.

"Kamu libur kerja kapan?" Tanya Alan tiba-tiba.

"Kepo!" Jawab Beby ketus.

"Sama pacar sendiri masa gitu jawabannya?"

"Sejak kapan aku setuju dengan hubungan itu? Kak Alan ngaku-ngaku sendiri!"

"Gak masalah dong, kalo aku bilang kamu pacar aku ya berarti kamu pacar aku!"

"Kalo ngomong seenaknya aja! Orang pacaran itu karena perasaan saling suka! Bukan karena masuk rumah orang!"

"Itu menurut orang lain, aku punya pemikiran sendiri, kamu gak bisa samain aku sama orang lain,"

"Aku bahkan gak kenal Kak Alan sama sekali!"

"Kamu udah tahu, aku Alan Franklyn rumah tuh di samping kamu,"

Kepala Beby rasanya berdenyut sakit. Ia merasa bisa gila lama-lama kalau terus bersama tetangganya yang gila itu.

"Aku gak tau harus gimana ngadepin orang kaya kamu kak,"

Alan langsung meraih kunci rumah Beby dan menarik lengan pemilik rumah itu untuk masuk.

Alan mendudukan Beby di ruang tamu. Sofa yang tidak begitu empuk tidak membuat Alan terganggu.

"Udah akh sana pulang! Udah malem!" Beby mengusir Alan dari rumahnya.

Beby memegang pelipisnya yang terasa berdenyut. Tiba-tiba Alan memegang kedua pipinya. Ciuman di daratkannya di bibir Beby.

Beby tidak terkejut lagi dengan perlakuan Alan yang selalu menciumnya. Baru dua hari ia kenal Alan dan sudah empat kali pria itu menciumnya.

Beby memukul dada Alan berkali-kali. Ia tidak menyukai hal ini.

"Humpt!"

Beby sedikit merintih ketika bibirnya digigit dengan keras. Hal itu tidak disia-siakan Alan begitu saja. Ia langsung memasukan lidahnya kedalam mulut Beby.

Ini pertama kalinya Beby merasakan hal ini. Ia terkejut. Jantungnya berdegup begitu kencang.

Sesekali Alan memberi jeda untuk mereka bernafas namun tidak lama ia akan menciumnya lagi. Semakin lama semakin dalam dan memabukkan.

Beby merasa sangat kewalahan. Namun setan apa yang merasukinya sampai ia berani membalas ciuman Alan.

Tangan yang awalnya berada di dada bidang Alan kini berubah mengalung di leher pria itu.

Merasa mendapat balasan dari gadisnya itu, membuat Alan berani mengangkat tubuh Beby untuk duduk tepat diatas pangkuannya.

Jantung mereka sama-sama berdebar kencang. Rasanya ada sesuatu yang menggelikan dalam perutnya.

Merasa Beby sangat menikmatinya, Alan malah memberi jarak dan itu sukses membuat Beby merasa kehilangan.

"See?" Ucap Alan dengan wajah menyebalkan.

Wajah Beby sudah sangat merah karena malu. Ia ketahuan menikmati ciuman kali ini.

Alan terkekeh dengan ekspresi lucu yang Beby berikan.

"Istirahatlah, udah malam, besok kamu masih harus kerja kan?"

Beby dengan kaku beranjak dari pangkuan Alan. Alan pun berjalan keluar rumah diantar Beby.

"Kunci pintu dan jendelanya sebelum tidur,"

Beby hanya menganggukkan kepalanya.

Cup~

Kecupan Alan berikan pipi dan kening Beby sebelum pulang kerumahnya yang ada di sebelah.

Beby langsung masuk dan mengunci rapat-rapat pintu dan semua jendela rumah. Terutama jendela di kamarnya. Ia tutup dengan gorden dan menyembunyikan wajahnya dibalik bantal.

"Waaaa! Aku gila! Aku udah gilaaaa!!!" Teriaknya tertahan karena bantalnya.

Ia memegang jantungnya yang masih berdegub kencang. Tidak percaya dengan apa yang dia lakukan tadi.

Beby langsung merubah posisinya menjadi duduk diatas ranjang dan mengatur nafasnya.

"Hah, lupakan Beby lupakan tetangga gila itu, dia pria gila sangat gila, gak waras tenang Beby," gumamnya berkali-kali.

Setelah merasa tenang ia pun langsung masuk kedalan kamar mandi untuk sekedar gosok gigi. Namun tiba-tiba ia teringat dengan kejadian tadi. Ia pun langsung kesal sendiri dan cepat-cepat kumur dan pergi untuk tidur.

"Aku udah gila," ucapnya spontan karena bayangan Alan terus muncul dalam pikirannya ditambah jantungnya yang tidak bisa ia kontrol.

"Aku menikmatinya, dan aku udah gila," ucapnya lagi.

Di usianya yang ke 20 itu belum pernah ia merasakan apa itu pacaran. Untuk menyukai seseorang ia tidak penah jujur atau sekedar mengharapkan sesuatu. Ia lebih suka memendamnya sampai lupa sendiri.

"Apa ini yang namanya telat puber?" Gumamnya lagi.

"Lupakan! Lupakan!"

Beby berusaha untuk tidur sampai rasa kantuknya datang baru ia tertidur.

*\(^////^)/*
VOMENT! Vote n Comment!

My Crazy Neighbour (Completed)Where stories live. Discover now