Mila mendengus dan memutar bola matanya malas, "sok rahasiaan sama gue, awas lo,"

"Biarin aja. Mulut lo ember soalnya," balas Arga jujur.

"Tapi sayang sih, dia udah pacar," sambung Arga sedih. Arga menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit ruang tamu dengan ekspresi yang sedih disana. Mila terkekeh,

"Cantik banget emang?"

"BANGET!"

"Tikung aja coba. Selagi janur kuning belum melengkung, apa salahnya?"

"Asstagfirullah, Mil. Gak boleh gitu. Masalahnya, cowoknya galak banget. Natap gue tajem waktu itu. Ga berani gue ambil ceweknya,"

Mila mendengus dan memilih untuk diam saja. Ia menyumpalkan kedua telinganya dengan headset saja. Memutar beberapa lagu yang diputar secara random.

"Tadi Evan telpon gue," kata Sadam tiba-tiba saat melihat Laras baru saja keluar dari kamar sewa di salah satu hotel di kota Bandung. Sadam sedang berdiri didepan kamarnya, entah sedang apa. Laras menoleh ke arah Sadam,

"Dia telpon lo? Dia bilang apa?" Tanya Laras penasaran, berharap kalau Evan menanyakan dirinya.

Sadam tersenyum, "dia bilang, katanya nanti siang jam satu acara olimpiade udah dimulai,"

Mata Laras berbinar, perlahan gadis itu mendekat dan memegang tangan Sadam, memasang wajah memohon,

"Terus-terus. Dia bilang apalagi? Lo tanya gak dia lombanya dimana? Terus lo tanya gak dia udah makan apa belum?"

Sadam melongo dan menoyor kening gadis itu, "yakalii gue nanya udah makan apa belum. Entar dia curiga kalau gue suka sama dia. Padahal gue cowok normal, masih doyan sama cewek,"

Laras terkekeh, dan ia mengeluarkan ponselnya dari kantong bajunya, "ihhh, nih dia kenapa nelpon disaat ponsel gue mati sih?!!!!" Kesal Laras sembari memandang ponselnya yang memperlihatkan riwayat panggilan dari cowok itu.

"Coba telpon lagi," saran Sadam. Cewek berjaket biru langit itu langsung menelepon cowok itu, berharap Evan akan mengangkat panggilannya.

Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan coba sesaat lagi.

Lagi-lagi, suara operator yang menjawabnya. Laras kesal dan langsung memasukan ponselnya ke dalam kantong jaketnya, menarik lengan cowok itu,

"Ehh, mau kemana?" Tanya Sadam bingung seraya memandang tangannya yang ditarik. Laras menoleh,

"Ayo, keliing kota Bandung bentar aja. Kali aja, dapet jajanan," jawab Laras dengan cengiran khasnya. Sadam mendengus dan menuruti keinginan gadis itu.

"Van, lo diem aja kenapa?" Tanya Rafa saat baru saja duduk di sebelah cowok itu. Evan menoleh dan menggeleng,

"Gue gapapa kok,"

"Kalau ada masalah, jangan terlalu dipikirin. Takutnya nanti siang lo gak fokus ikut olimpiadenya," kata Erlin yang tiba-tiba datang dengan membawa buku tebal fisika di tangannya.

EVALARA [✔] Where stories live. Discover now