ONE DAY IN LAMPUNG - Part 2

19 3 1
                                    

Aku memandang kecut ke arahnya, masih memegangi kepalaku. Namun, tatapan pemuda itu malah melanglang ke arah suara raungan yang kembali terdengar.

"Kita lanjut!" ajaknya sembari menepuk pundakku mantap.
Aku melayangkan pandangan ke asal raungan liar itu sejenak, sebelum akhirnya melangkahkan tungkai mengekori pemuda tersebut.
***
"Tadi itu apa?" tanyaku setelah dirasa kami cukup jauh melarikan diri dari kerusuhan.

Pemuda itu berjalan mendekati sebuah gedung yang masih dalam tahap renovasi. Banyak peralatan kasar diletakkan asal di sana, bahkan seperti ditinggalkan begitu saja. Pemuda itu mengambil salah satu potongan besi yang memiliki ujung tajam.

"Kelemahan mereka apa sih?" tanyanya entah kepada siapa.

Aku menggerutu. Ia pasti tidak mendengarkan pertanyaanku dan malah sibuk memilih potongan besi yang berserakan di dekat pondasi gedung.

"Perempuan biasanya pintar, kan? Jadi menurutmu apa kelemahan mereka?" tanyanya lagi setelah mendapat dua potongan besi kecil yang sama-sama berujung tajam dan menatap ke arahku.

Aku lantas mengerutkan kening membalas tatapannya. "Mana kutahu?!" ketusku.

Pemuda itu mendesah panjang menimpali. Ia berbalik dan kembali sibuk dengan pencariannya.

Cih, nyari apaan sih?! gerutuku dan malah turut melakukan hal yang sama dengan dirinya. Aku menyusuri salah satu sisi di area tersebut.

“Nyari sesuatu yang bisa dibuat untuk ....
Kalimat pemuda itu menggantung sesaat setelah dirinya menatapku. Aku yang menyadari hal itu sontak menghadap ke arahnya.

"Untuk apa?" tanyaku.

Dia memberiku isyarat dari kedua mata dan tangannya. Aku yang tidak begitu peka dengan kodenya mendadak bergeming tatkala sebuah geraman terdengar. Tubuhku terdiam menahan gemetar saat menyadari gemertak kasar itu berasal dari belakangku.

"Diam," desis pemuda tersebut seraya hendak melakukan sesuatu. Jangan bergerak, imbuhnya masih dengan nada yang sama.

Geraman itu semakin jelas terdengar. Bisa kuperkirakan jaraknya hanya sekitar satu atau dua meter di belakangku dan semakin mendekat. Mataku memandang pemuda tadi yang kemudian berjalan menyamping sambil menyiapkan sebuah potongan besi di tangan kanannya.

Sampai beberapa detik setelahnya, raungan liar terdengar memekakkan telinga. Aku tidak tahan dengan suaranya dan malah bergerak dari posisiku hingga tersungkur. Raungan kembali terdengar kala pemuda itu melemparkan potongan besi yang ia genggam ke arah manusia buruk yang hampir menerkamku barusan.

Pemuda itu menarikku bangkit dan membuat posisinya kini berada di depanku. Beberapa detik kemudian, manusia tidak normal tadi bangkit dan menyerang kami dengan liar. Serangannya tertahan oleh batang besi panjang yang diarahkan oleh pemuda yang lagi-lagi menolongku itu. Selama beberapa detik, manusia buruk itu berusaha meraih tubuh lawannya.

"Argh ... cepat bantu aku!" erang pemuda tersebut dalam keadaan telentang dengan tubuh si manusia buruk itu berada di atas, masih berusaha menerkamnya.

Pikiranku justru semakin runyam dalam keadaan sesulit ini. Kulihat sebuah linggis di antara tumpukan potongan besi. Tanganku terasa bergerak sendiri, mengambilnya, dan mengarahkan langsung ke punggung si pria berkulit pucat itu.

Aku melangkah mundur tatkala pria itu bangkit dan sedikit terdiam. Sementara pemuda yang kutolong tadi masih mengatur napas dan memandang musuh. Langkah mundurku terdengar oleh si pria buruk itu dan ia justru sigap berbalik dengan raungan liar mengarah padaku.

Teriakanku yang hampir lepas justru tertahan saat mendapati si pria buruk itu tersungkur seketika dengan potongan besi menancap di punggung bagian kirinya. Ritme napas masih terasa memburu, diiringi degup jantung yang semakin cepat. Sementara, netra ini masih memandang kaku ke arah jasad pria berkulit pucat itu.

Ternyata jantung, ucap pemuda tadi sesaat setelah dirinya memeriksa potongan besi yang dihunjam ke punggung pria buruk itu. Ia menarik linggis yang berhasil aku tancapkan ke bagian punggung yang lain dan memberikannya padaku. Aku menggeleng kuat menolaknya.

"Tentu saja! Aku syok saat itu!"

"Hm? Kenapa? tanya pemuda itu." Keningnya tampak mengerut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sci-fi Project : How We Survived SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang