ALPHA - PART 2

73 10 12
                                    

Tiba di hotel, kami langsung diajak ke kamar Aata dan Tayn, yang ternyata teman sekamar. Lelaki suku Maori itu meminjamkan ponselnya padaku, sementara Tayn mencoba menyalakan TV.

"Hello, Mom. It's ...."

"Oh, Alpha! Is that you?! How are you, Sweetie?! Kau berada dimana?!" pekik Mom terdengar cemas.

"Yeah, it's me. I'm fine, Mom. Ponselku mati. Aku di Taupo. Ada sesuatu terjadi di Rotorua. Apakah di London aman-aman saja?"

"Alpha, dengarkan, Nak. Terjadi sesuatu di sini. Sangat parah. Dengarkan Mom. Kau harus segera mencari regu penyelamat UN yang akan mengantarmu ke Filipina atau kau pergilah ke tempat yang aman. Tunggulah di sana. Dad akan memesan heli untuk menjemputmu secepat mungkin. Kau mengerti?"

"Kenapa harus ke Filipina?" tanyaku bingung.

"Disanalah tempat teraman. Dunia akan berkumpul di sana. Alpha, berhati-hatilah. Jangan sampai kau tergigit atau terkena muntahan makhluk-makhluk itu."

"Baik, Mom. Di mana Dad?"

"Dad sedang sibuk sekarang. Dia berusaha meyakinkan Bibi Rosy dan keluarganya untuk berlindung ke rumah kita sementara. Kami akan berlindung di ruang bawah tanah. Kau ingat ajaran Dad tentang bertahan hidup, bukan? Ia sudah mempersiapkan jauh-jauh hari persediaan makanan di ruangan itu, cukup untuk beberapa bulan. Kami akan bertahan di sini sampai regu penyelamat datang menjemput."

"Baiklah, Mom. Tolong jaga diri kalian!"

"Kau juga, Nak. I love you. Kia kaha."

"Love you more, Mom. Kia kaha."

Aku segera memberikan ponsel pada Lea yang sedang menunggu giliran. Perhatianku pun kini tertuju pada layar TV.

".... adanya mikroba Primp sp mengakibatkan terjadinya wabah aneh yang menyebabkan tingkah manusia yang terkena menjadi sosok sejenis mayat hidup. Mereka hilang kesadaran dan memiliki hasrat memakan manusia. Diharapkan pada semua agar menghindar dan segera mencari tempat perlindungan karena penyebarannya begitu cepat dan berbahaya. Tunggu atau cari regu penyelamat UN yang akan membawa kalian ke tempat aman di Filipina. Para ilmuwan tengah membuat antigennya di laboratorium yang dibangun di sana. Demikian BBC WorldNews malam ini."

Kami bengong sejenak menyaksikan siaran beberapa rekaman kerusuhan, kehancuran, dan serangan zombi yang terjadi di beberapa negara, khususnya Eropa.

"Zombie? Seriously? I can't believe this!" teriak Tayn.

"But, that's the truth, Ex! Kau punya masalah dalam menerima kenyataan tentang hal ini juga?" sahut Moana setengah kesal.

"Moana...," desah Tayn. "Aku masih mencintaimu. Tidak bisakah kau memaafkan kesalahanku dan berikan satu kesempatan lagi untukku?"

"Nope, thanks!"

"Hei, hei. Ingat, kita sedang menghadapi zombi. Bukan waktunya saat ini untuk bertengkar dengan mantan!" tegur Aata.

Tayn mendesah lesu. Moana membuka kulkas mini dan mengambil sebuah minuman soda.

"Cuma ada buah di kulkas. Aku lapar, kurasa Alpha dan Lea juga. Tidak adakah makanan yang bisa kita pesan?" tanya Moana.

"Aku dan Tayn juga belum makan malam. Kita pesan saja. Kalian ingin makan apa?" sahut Aata sambil bertanya balik.

"Pizza!" sahut kami serentak.

"Hei, di hotel banyak makanan enak, yang kalian inginkan hanya pizza?" protes Tayn.

"Kami sedang makan itu saat zombi bermunculan. Aku bahkan belum sempat menelan gigitan ketiga," ujar Lea dengan wajah memelas. Kami sontak tertawa. Aata menggeleng-gelengkan kepala sebelum beranjak.

Sci-fi Project : How We Survived SeriesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora