BAB 11

103 11 0
                                    

   Noir menatap datar ke arah wanita Asia yang kini sedang mengobati luka di tangannya. Pria itu juga sama sekali tidak bicara dan memasang dingin. Ia masih memikirkan istrinya di luar sana, ia takut jika wanita itu merasa kesepian atau mungkin cemburu. Noir menarik tangannya saat wanita itu sudah menyelesaikan pengobatan pada tangannya, ia segera meraih ponsel yang bergetar di saku celananya.

   Pria itu tersenyum, ia segera berdiri dan pergi ke ruangan tempat Chaeri berada. Tangannya dengan cepat menjawab panggilan itu dan mendekatkan ponselnya ke arah telinga. 

   "Dad, apa Mommy baik-baik saja?" tanya suara seorang pria dari seberang sana.

   Pria itu terkekeh. "Cancri, kenapa kau terdengar begitu khawatir?" tanya Noir.

   "Bajingan! Awas saja jika kau menyakiti Mommy!" tegas Cancri di seberang sana. 

   Noir tidak menyahut, ia meneruskan langkah dan memasuki ruangan di mana Chaeri berada.

   "Dad?" tanya seseorang di seberang sana.

   "Hmmm," sahut Noir dengan gumaman.

   "Apa kau benar-benar menjaga Mommy?" tanya Cancri.

   Noir menaikkan sebelah alisnya. Ia menghampiri Chaeri yang masih duduk dan mendengarkan cerita dua orang di dekatnya. Pria itu mengecup lembut kening istrinya, memberi perhatian dan kasih sayang kepada wanita itu. Bagaimana ia tidak menjaga wanita itu? Sedangkan dirinya sudah terjebak dan tak bisa melepaskan Chaeri.

   "Ah … maafkan aku, Tuan. Anakku sedang menelepon dan bertanya tentang ibunya." Noir sama sekali tidak canggung untuk melakukan hal-hal manis di depan umum. Pria itu kemudian menatap istrinya yang terlihat malu, mungkin Chaeri terlalu merasa gugup atas tindakan yang ia lakukan.

   "Anakmu?" tanya Han Dami sambil menatap Chaeri.

   "Ya, anakku." Chaeri tersenyum, ia menatap Noir yang memberikan ponsel kepadanya.

   "Cancri. Kurasa dia sangat kesepian di sana." Pria itu bersandar pada sandaran sofa, ia melirik wanita yang tadi mengobati tangannya.

   "Cancri, ada apa sayang?" tanya Chaeri. 

   "Mom, apa Daddy menyakitimu?" suara Cancri terdengar agak keras.

   "Tidak. Daddy-mu menjaga Mommy dengan baik." Chaeri tersenyum lembut, ia melirik Noir yang kini mengacak gemas puncak kepalanya.

   "Benarkah?" tanya Cancri.

   "Kau bisa mengutus Near kemari jika tidak percaya," ujar Chaeri.

   "Baiklah, aku akan mengutus Near." Cancri segera memutuskan sambungan telepon.

   Noir menatap Chaeri. "Ada apa, Sayang?" tanya Noir.

   "Cancri memulai kegilaannya. Kau tahu bocah itu tak pernah mengizinkanku untuk pergi terlalu lama," sahut Chaeri.

   "Lalu?" tanya Noir.

   "Dia mengutus Near kemari. Anak-anakmu benar-benar membuatku gila," sahut Chaeri dan menatap jam di tangannya. Setahunya, Near memang sedang berada di Jeju saat ini.

   Noir menatap pria tua yang sejak tadi hanya diam, ia tak ingin menanggapi ucapan sang istri sekarang. "Tuan Han, maaf aku mengabaikanmu sejak tadi," ujar Noir pada akhirnya.

   Tuan Han hanya mengangguk. "Noir, sudah berapa lama kalian di Jeju?" tanya Tuan Han.

   "Seminggu. Mungkin besok kami akan kembali ke paris," sahut Noir.

CARIAD UNFFORDD [Slow Update]Where stories live. Discover now